SELAMAT DATANG DI "TEOLOGI KAUMAWAM"

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih telah mampir di blog yg sederhana ini. Kami sangat berterimakasih bila saudara berkenan memberi tanggapan atas tulisan yang saudara baca di blog ini. Karena dengan tanggapan itu kami akan dapat belajar dan berbagi, sebab untuk itulah blog ini dibuat agar hidup kita tetap terpelihara dalam persekutuan. Semua tulisan dalam blog ini dapat dikutip dengan tetap mencantumkan sumbernya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Pax Vobiscum, Erianto Hasibuan

Minggu, 03 Februari 2008

YEHOVAH NISSI (TUHANLAH PANJI-PANJIKU)

Oleh : P. Erianto Hasibuan

MINGGU ESTOMIHI = QUINQUAGESIMA

Nats : Kel. 17 : 8-16 Epistola: MAT. 7 : 24-27


PENDAHULUAN :
Didalam berbagai diskusi dan mungkin juga didalam benak kita semua, kerap kali muncul pertanyaan, begitu kejamkah Allah ? sehingga Ia tega untuk menghapuskan ciptaannya yaitu orang Amalek, bahkan akan menghapuskan orang Amalek dari ingatan manusia ? (14).
Siapa sesungguhnya orang Amalek itu dan apa kesalahan mereka hingga mereka mendapat ganjaran yang begutu luar biasa. Amalek dilahirkan oleh Timna yang adalah gundik Elifas anak Esau. (Kej. 36:12) Jadi Amalek adalah Cucu Esau, Saudara kembar Yakub. Esau melambangkan orang yang tidak dipilih Allah, sedang Yakub melambangkan orang yang dipilih Allah. Mengapa Esau tidak dipilih ? menurut penulis Ibrani karena ia memiliki nafsu yang rendah yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.(Ibr. 12 : 17).
Alkitab memberikan gambaran kepada kita sifat orang Amalek, yaitu :
1. Jahat (Orang berdosa) (1 Sam 5:18 tumpaslah orang-orang berdosa itu, yakni orang Amalek)
2. Suka Menindas Hak.10:12 suku Amalek dan suku Maon yang menindas kamu, ketika kamu berseru kepada-Ku?
3. Suka berperang (Perampok) Ul. 25 : 17-18 "Ingatlah apa yang dilakukan orang Amalek kepadamu pada waktu perjalananmu keluar dari Mesir; 25:18 bahwa engkau didatangi mereka di jalan dan semua orang lemah pada barisan belakangmu dihantam mereka, sedang engkau lelah dan lesu. Mereka tidak takut akan Allah.
Sekalipun orang Amalek adalah Turunan Ishak dan saudara kembar Yakub, tetapi hal tersebut tidak menjamin mereka mendapat tempat dalam kasih karunia Allah bahkan Bileam bernubuat buat mereka "Yang pertama di antara bangsa-bangsa ialah Amalek, tetapi akhirnya ia akan sampai kepada kebinasaan." (Bil.24:20).

El Shaddai
Pada minggu Esto mihi atau Quinquagesima minggu ke tujuh sebelum Paskah, bacaan kita dari Kel. 17 : 8-16 didahului dengan Kel. 17 :1-7 yang bercerita bagaimana orang Israel sudah mulai meragukan kehadiran Allah pada saat mereka bersungut-sungut kepada Musa karena kehausan mereka. Kehausan tersebut seolah menghilangkan seluruh fakta mujizat yang pernah dibuat Allah kepada mereka, sejak mereka keluar dari Mesir hingga tiba di Masa dan di Meriba. Puncak ketidak percayaan mereka adalah ketika mereka mempertanyakan "Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?" (Kel. 17 :7b). Mereka tidak lagi dapat mengatakan EL SHADDAI atau ALLAH MAHA KUASA, ALLAH PEMELIHARA DAN SUMBER KEKUATAN.
Ditengah-tengah kegalauan dan ketawaran hati tersebut, mereka berhadapan dengan orang Amalek, bangsa pengembara yang hidupnya adalah dengan berperang dan merampok untuk menguasai pihak lain. Bagaimana mungkin orang yang sudah meragukan kehadiran Allah ditengah-tengah mereka mampu berperang melawan musuh ? Secara mental dan semangat dapat dipastikan mereka memiliki semangat yang patah dan mental sebagai orang-orang yang kalah. Sementara disisi sana, orang Amalek memandang mereka hanyalah segerombolan para budak yang sedang kebingungan tidak tentu arah. Orang Amalek memandang orang Israel adalah segerombolan budak yang mudah untuk dikalahkan, karena mereka tentu tidak mengerti bagaimana caranya berperang dan angkat senjata. Bagaimana Musa memimpin bangsa dengan mental seperti itu ?

YEHOVAH NISSI
Musa menepis keraguan orang Israel dengan memberikan jaminan bahwa jika mereka berperang dia akan berdiri di puncak bukit dengan memegang tongkat Allah. (9). Musa membangkitkan kembali ingatan orang Israel kepada tongkatnya yang adalah lambang kehadiran Allah ditengah-tengah mereka. Tongkat itu pasti mengingatkan mereka kepada peristiwa penyeberangan di Laut Teberau dan juga peristiwa di Masa dan Meriba. Tongkat yang mengingatkan mereka akan adanya PENGHARAPAN akan KEMENANGAN bila Allah ada dipihak mereka.
Yosua memimpin pasukannya berperang melawan Amalek, bukan lagi dengan keputus asaan tetapi dengan PENGHARAPAN dan KEYAKINAN bahwa Allah menjadi kekuatan mereka yang diperlambang oleh Musa, Harun dan Hur yang ada di puncak bukit.
Kehadiran Allah itu nyata, saat Musa mengangkat tangannya maka pasukan Yosua lebih kuat, tetapi bila ia menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek. Karena peperangan terjadi terus menerus maka Musa penat hingga perlu ditopang oleh Harun dan Hur.
Kita tidak dapat memahami sepenuhnya cara kerja Allah, tetapi bacaan kita mengajarkan kepada kita pada saat tangan Musa ada di atas, Israel lebih kuat, tetapi bila ia menurunkan tangannya Amalek lebih kuat. Tangan Musa dan tongkat yang di atas melambangkan kehadiran Allah. Saat Allah menguasai kita (ada melampaui keinginan kita) maka kita lebih kuat dari lawan kita. Lawan kita adalah Amalek, yang melambangkan orang yang Jahat (Orang berdosa), Suka Menindas, Suka berperang (Perampok).
Semua kita pada dasarnya senantiasa digoda oleh keinginan kita untuk menjadi orang Jahat (berdosa), berkeinginan untuk menindas orang lain, utamanya untuk menunjukkan bahwa kita melebihi orang lain. Dimana kita memiliki kekuasaan disitu kita berpeluang untuk menindas orang lain, Sebagai pendidik yang berhak memberi penilaian kepada para murid, kita tergoda untuk menindas para murid sesuai keinginan kita, hingga kita lupa bahwa sesungguhnya tugas kita hanyalah memindahkan nilai yang telah dihasilkan oleh para siswa. Suka berperang disini bukan berperang dalam arti untuk mempertahankan hak, atau kehormatan bangsa, tetapi berperang untuk merampok, untuk menguasai milik orang lain. Pada saat kita mengetahui orang lain lemah atau tak berdaya, bukannya kita tergerak untuk memberi belas kasihan, tetapi kita tergoda untuk merampoknya. Suatu kali saya pernah terlibat pembicaraan dengan seseorang, kami memiliki profesi yang sama, saya seorang bankir dan iapun seorang bankir bedanya saya bekerja untuk perusahaan, ia bekerja untuk dirinya sendiri. Saat saya belajar bagaimana sistem perhitungan bunga yang dilakukannya kepada peminjamnya, lalu saya heran dan bertanya, apa ada bisnis yang mampu menghasilkan keuntungan lebih besar dari beban biaya dan bunga yang bapak lakukan ? Dengan enteng dia menjawab, memang rata-rata yang meminjam dari aku bangkrutnya Pak. Hasibuan. Kita kadang berlaku seolah sebagai penolong yang baik, tetapi sesungguhnya kita sedang melancarkan suatu strategi untuk merampok.

Orang Israel telah memberikan contoh, pada saat mereka meninggikan Allah, mereka mampu mengalahkan orang Amalek, tetapi pada saat Allah tidak ditinggikan, mereka kalah. Demikian halnya dengan kita, saat kita bermaksud untuk berubah dan bertobat dari sifat-sifat kita yang buruk, Jahat, Penindas dan Perampok sangat tergantung pada dimana posisi Allah kita tempatkan, apakah kita menempatkannya untuk mengikuti kehendak kita, atau kita menempatkannya di atas kehendak kita. Bila kita meletakkan kehendak kita dibawah kehendak Tuhan, maka kita akan seperti seorang yang bijaksana yang mendirikan rumahnya di atas batu (Mat. 7 : 24b). Sehingga kita tetap kukuh sekalipun datang hujan yang mengakibatkan banjir, artinya sekalipun persoalan hidup kita seolah sambung menyambung tiada henti bagaikan hujan, hingga membanjiri seluruh aspek kehidupan kita, baik ekonomi, kesehatan, karir, hubungan keluarga, bahkan kepercayaan kita. Tetapi bila Allah tetap di atas, kita akan dapat mengatakan YEHOVAH NISSI (Tuhanlah Panji-panjiku).
Untuk dapat mengatakan YEHOVAH NISSI (Tuhanlah Panji-panjiku) maka 2 hal yang perlu kita lakukan, yaitu :
1. Kita harus mengakui kehadiran Allah didalam kehidupan kita.
Bagaimana kehadiran Allah digambarkan dengan mudah, berikut ada sebuah ilustrasi.
Suatu kali seorang atheis meminta seorang anak perempuan kecil untuk mengucapkan beberapa kata tertentu setiap malam sebelum tidur. Dia menuliskan kata-kata itu agar anak itu tidak lupa : ” God is nowhere ” (Tuhan itu tidak ada).
Anak kecil itu mempelajari tulisan itu dan mngejanya huruf demi huruf, demikian : G-o-d God i-s is n-o-w now he-re here. Anak itu berkata, “Mudah sekali! Saya akan memulai doa saya dengan berkata, “God is now here”. (Tuhan sekarang ada di sini)
Artinya, walau persoalan hidup kita seolah memaksa kita untuk mengatakan God is nowhere ” (Tuhan itu tidak ada), tetapi tetaplah katakan “God is now here”. (Tuhan sekarang ada di sini).
2. Tetaplah Bersyukur, layaknya Musa mendirikan Mezbah setelah mereka mengalahkan orang Amalek. Jangan pernah melupakan apa yang pernah dilakukan Allah padamu, saat engkau meminta pertolongan pada Tuhan atas persoalan ataupun pertobatanmu, dan pada saatnya engkau telah dibebaskan dari itu, akuilah bahwa Allah yang bekerja dan Bersyukurlah, Ucapkanlah terima kasih.
Dengan demikian kita dapat mengatakan YEHOVAH NISSI (Tuhanlah Panji-panjiku)

PENUTUP
Kehidupan kita sehari-hari, lingkungan kita, mungkin kerap membuat kita sulit merasakan kehadiran Tuhan, tabiat kita yang tidak baik bahkan mungkin persoalan hidup yang tidak kunjung selesai, kesulitan ekonomi yang tidak pernah berhenti, sakit penyakit yang tidak pernah sembuh, pasangan hidup yang tidak kunjung sesuai, banyak berpacaran tetapi tidak juga menemukan yang cocock, pekerjaan yang tak kunjung hadir, ada pekerjaan tetapi jauh dari yang diharapkan, berkali-kali mengikuti tes tetapi tak kunjung diterima, rangking dikelas yang tidak kunjung membaik, dll. Semua itu mengajak kita untuk menyatakan "Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?" bahkan pada akhirnya kita tergoda untuk mengatakan Tuhan itu tidak ada. Tetapi hari ini, Firman Tuhan menyapa kita dengan kabar Baik, “God is now here”. (Tuhan sekarang ada di sini), ”Yehovah Nissi”, Tuhanlah Panji-panjiku. Aku tidak lagi sama seperti sebelumnya, karena saat ini aku yakin Tuhan sekarang ada di sini. Amin.

Disampaikan pada Kotbah Minggu 3 Feb 2008 Pkl. 10.15 GEREJA POUK MARANATHA