SELAMAT DATANG DI "TEOLOGI KAUMAWAM"

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih telah mampir di blog yg sederhana ini. Kami sangat berterimakasih bila saudara berkenan memberi tanggapan atas tulisan yang saudara baca di blog ini. Karena dengan tanggapan itu kami akan dapat belajar dan berbagi, sebab untuk itulah blog ini dibuat agar hidup kita tetap terpelihara dalam persekutuan. Semua tulisan dalam blog ini dapat dikutip dengan tetap mencantumkan sumbernya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Pax Vobiscum, Erianto Hasibuan

Minggu, 24 Mei 2009

Menjadi Pemenang pada tahun 2009, Mungkinkah ?

Oleh : P. Erianto Hasibuan

Siapa yang memiliki suatu alasan (why) untuk hidup akan sanggup mengatasi persoalan hidup dengan cara (how) apa pun. Nietzsche


 

Sejumlah prediksi dan ramalan yang disajikan sejak akhir Desember 2008 hingga memasuki tahun 2009, didominasi dengan gambaran yang "menakutkan" paling tidak membuat "nyali" ciut untuk memasuki tahun 2009. Bahkan para pengkotbah sekalipun tidak luput untuk memberikan gambaran suram, sekalipun pada akhirnya akan menunjukkan gambaran yang penuh harapan.

Prediksi dan ramalan tersebut sesungguhnya bukanlah isapan jempol belaka, karena fakta trimester tiga tahun 2008 angka-angka indikator ekonomi nasional dan internasional menunjukkan arah ke krisis global. Dimulai dari runtuhnya para raksasa ekonomi Amerika, hingga anjloknya pasar modal hampir diseluruh dunia. Ketidak mampuan para debitor housing di Amerika Serikat untuk membayar angsuran karena kenaikan suku bunga, telah berdampak pada hilangnya kepercayaan investor terhadap secondary mortgage yang dimilikinya. Selanjutnya hanya tinggal menuggu waktu dari efek domino tersebut. Lembaga keuangan yang menjamin surat berharga tidak lagi mampu menyelesaikan kewajibannya. Sederhananya memang kondisi itu hanya terjadi di Amerika Serikat, seharusnya hanya negara itu yang mengalami krisis. Tetapi karena surat berharga yang diterbitkan negara paman sam tersebut laku keras, sehingga banyak dimiliki oleh negera-negara lain, termasuk Indonesia, maka kita tidak dapat lepas dari dampakk tersebut.

Untuk Indonesia, prediksi ekonomi yang pesimis pada tahun 2009 masih ditambah lagi dengan kekawatiran akan pelaksanaan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden pada tahun yang sama. Bayang-bayang peristiwa kerusuhan Mei 1998 seolah lahir kembali dalam ingatan.


 

Realita Kehidupan

Untuk menyajikan persoalan hidup yang lebih nyata, penulis menyajikan dua peristiwa yang pernah terjadi beberapa tahun yang lalu.

Minggu 11 Maret 2007 di Malang ditemukan jenazah Mercy Junaina (31) bersama keempat anaknya. Sang ibu Mercy meracuni anaknya sendiri dengan Potasium yang dimasukkan dalam kapsul, dan akhirnya meracuni dirinya sendiri.
Berdasarkan berita yang ada di detik.com diuraikan bahwa penyebab tragedi ini dipicu oleh permasalahan keuangan, karena usaha bengkel suami Mercy mengalami kebangkrutan sementara salah satu anaknya mengalami gagal ginjal sehingga harus melakukan cuci darah seminggu sekali.

Kasus yang lain terjadi di Medan, yaitu Melawati br. Simanjuntak (34) seorang PNS isteri dari seorang Bintara Polri pada Senin 16 April 2007 bunuh diri dengan cara menembakkan senjata api milik suaminya ke perutnya sendiri. Menurut Kabid Humas PoldaSU, penyebabnya diduga karena ybs depresi akibat sakit yang diderita selama ini tidak kunjung sembuh. Berdasarkan informasi dari teman sekerjanya, diceritakan bahwa ybs sehari-hari dalam bekerja juga sering mengalami depresi.


 

Belajar dari Musa

Saat musa memimpin umat Israel keluar dari tanah Mesir menuju tanah perjanjian, kerap ia seolah berjalan sendiri menentang kekerasan hati dan ketidak percayaan umat Israel. Peristiwa di Pi-Hahirot di tepi Laut Teberau (Kel. 14 : 1-14). Saat bangsa Israel berkemah mereka di serang oleh 600 kereta kuda tentara Mesir.

Bangsa Israel ternyata tidak lebih baik dari Mercy dan Melawati. Mereka putus asa, melihat didepan terhampar lautan yang tak mungkin terseberangi, sementara dibelakang tentara Mesir yang bergerak dengan gemuruh dan membuat "nyali" mereka ciut. Mereka melupakan janji Tuhan, dan memilih menyerah dengan kematian sebagai jalan keluar terbaik. (Kel. 14:11).

Andai saat itu Musa tidak bersama dengan mereka, maka bangsa itu hanya akan tinggal meratap dan menunggu "dihabisi" oleh tentara Mesir. Tetapi kehadiran Musa telah merubah segalanya,


"    Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya." (Kel. 14:13)


 

Fakta yang dilihat oleh Musa dan Bangsa Israel tidak berbeda, tetapi cara mereka melihat yang berbeda. Bangsa Israel fokus pada persoalan yang ada, yaitu jalan buntu didepan karena ada laut yang terbentang luas, sementara tentara Israel terus bergerak mendekat mereka. Persoalan ini membuat mereka melupakan janji Tuhan, dan bahkan ingin kembali ke masa lalu sebagai budak di Mesir. Musa melihat hal yang sama, tetapi ia mengingat janji Tuhan bahwa mereka bekemah di Pi-Hahirot agar Tuhan dapat menyatakan kemuliaan-Nya kepada Firaun dan seluruh pasukannya. (Kel.14:1-4)

Andai disisi Mercy Junaina dan Melawati br. Simanjuntak saat itu ada seseorang yang memiliki pandangan seperti Musa, maka mereka tidak akan melihat bahwa kematian adalah jalan keluar bagi persoalan yang sedang mereka hadapi.

Jika kita lihat lebih jauh, buah dari pengaruh Musa. Dia tidak hanya membuat bangsa Israel memiliki pengharapan dan mampu bangkit untuk menyeberangi laut Teberau, bahkan memampukan Miryam nabiah itu yang sebelumnya memiliki mental menyerah seperti bangsa itu, memimpin kaumnya menyanyikan lagu kemenangan (Kel. 15 : 20-19)


 

Refleksi

Musa telah memberi teladan bagi kita, tidak hanya memberikan semangat sebagai pemenang bagi bangsa Israel, tetapi lebih dari itu mengubah mentalitas "budak" menjadi mentalitas pemimpin. Miryam saudara perempuan Musa tidak dibesarkan di Istana seperti masa kecil Musa, tetapi ia hidup seperti bangsa Israel hidup di Mesir sebagai budak. Artinya ia memiliki mentalitas seperti bangsa Israel kebanyakan, tetapi dengan pengaruh Musa, ia dapat menjadi pemimpin bagi kaumnya dan menyanyikan nyanyian kemenangan bagi Tuhan.

Menghadapi tahun 2009, masalah pasti akan datang silih berganti, besar kecil. Tidak ada yang dapat memastikan bagaimana cara menghadapinya, karena persoalan bukan hanya sebatas persoalan ekonomi, tetapi hubungan personal antar sesama juga dapat menjadi persoalan yang kadang menerpa bak kereta kuda tentara Mesir yang terus bergerak. Seperti yang dihadapi Mercy, usaha bengkel suaminya yang bangkrut bagaikan laut Taberau yang tak terseberangi, sementara biaya cuci darah anaknya seminggu sekali harus berjalan terus, bagaikan gerakan kereta kuda tentara Mesir yang tak terbendung.

Siap menjadi pemenang pada tahun 2009 ? Terserah anda. Jika anda menghadapi tahun 2009 laiknya bangsa Israel, maka anda hanya dapat menyelematkan diri anda sendiri dan tidak lebih hanya sebagai penonton yang baik. Tetapi jika anda bertindak seperti Musa, yang dapat hadir pada saat orang lain butuh untuk dikuatkan, maka anda tidak hanya sekedar menjadi pemenang, tetapi menghadirkan pemenang-pemenang baru.

Ada benarnya apa yang dikatakan Nietzsche : Siapa yang memiliki suatu alasan untuk hidup akan sanggup mengatasi persoalan hidup dengan cara apapun. Tepatlah apa yang dikatakan Paulus, alasan kita untuk hidup adalah menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada Tuhan Yesus dan mendapat hidup yang kekal. (1Tim. 1:16). Dengan cara memiliki cara pandang Musa, yang selalu setia pada Janji Tuhan. SELAMAT MENJALANI TAHUN 2009, SELAMAT MENJADI PEMENANG.

Tulisan ini dimuat pada: Bulletin Mercusuar edisi 12 Maret 2009. (GKI Kemang Pratama – Bekasi)