SELAMAT DATANG DI "TEOLOGI KAUMAWAM"

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih telah mampir di blog yg sederhana ini. Kami sangat berterimakasih bila saudara berkenan memberi tanggapan atas tulisan yang saudara baca di blog ini. Karena dengan tanggapan itu kami akan dapat belajar dan berbagi, sebab untuk itulah blog ini dibuat agar hidup kita tetap terpelihara dalam persekutuan. Semua tulisan dalam blog ini dapat dikutip dengan tetap mencantumkan sumbernya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Pax Vobiscum, Erianto Hasibuan

Jumat, 27 Juni 2008

MENDIDIK ANAK SUPAYA BERHIKMAT

Oleh : P. Erianto Hasibuan

MINGGU VI SETELAH TRINITAS
Nats : Amsal 4 :1-9 BACAAN : Rom. 11 : 33-36


Pembuka :
Tidak seperti sebelumnya, jadwal kotbah saya adalah minggu pertama setelah kehadiran saya untuk pertama kali di sini pada Minggu 06 Mei 2006, dan saat ini adalah pelayanan saya yang terakhir secara rutin di tempat ini sehubungan dengan kepindahan kami sekeluarga ke BEKASI karena pindah tugas.

PENDAHULUAN :
Kitab Amsal merupakan bagian dari kitab syair dan hikmat yang begitu tersohor, Amsal merupakan hikmat para bijak yang terilhamkan. Istilah Ibrani mashal yang diterjemahkan “amsal”, bisa berarti “ucapan” orang bijak, “perumpamaan” atau “peribahasa berhikmat”.
Tujuan kitab Amsal dengan jelas dinyatakan dalam Amsal 1:2-7, yaitu :
1. Untuk mengetahui hikmat dan didikan, untuk mengerti kata-kata yang bermakna (2)
2. Untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan dan kejujuran, (3)
3. Untuk memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda (4)
4. Untuk menambah ilmu dan sebagai bahan pertimbangan bagi orang yang berpengertian (5)
5. Untuk mengerti amsal dan ibarat, perkataan dan teka-teki orang bijak. (6)
6. Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.(7)
Nats, yang dituliskan oleh Salomo dalam Amsal 4 :1-9, merupakan refleksi dari pengalaman Salomo begitu pentingnya untuk mendengarkan didikan seorang Ayah. Salomo merasakan sendiri bagaimana ayahnya Daud telah mendidik dia di Jalan Allah, bahkan pada saat menjelang akhir hayatnya Daud masih memberikan pesan yang indah : (1 Raj. 2 :3-4)
“Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam segala yang kautuju, dan supaya TUHAN menepati janji yang diucapkan-Nya tentang aku, yakni: Jika anak-anakmu laki-laki tetap hidup di hadapan-Ku dengan setia, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa, maka keturunanmu takkan terputus dari takhta kerajaan Israel”.

Pengalaman Salomo atas didikan Ayahnya ini yang membuat dia pada saat Allah menampakkan diri kepanya dan berfirman “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepada mu”. (2Taw.1:7b) maka ia tidak meminta seperti yang orang lain pikirkan, tetapi ia meminta seperti yang Allah kehendaki II Taw.1:10 :
“ Berilah sekarang kepadaku hikmat dan pengertian, supaya aku dapat keluar dan masuk sebagai pemimpin bangsa ini, sebab siapakah yang dapat menghakimi umat-Mu yang besar ini?"
Sebagai jawaban dari Doanya (I.Raja-raja 4:29-30):
“ Dan Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasir di tepi laut, sehingga hikmat Salomo melebihi hikmat segala bani Timur dan melebihi segala hikmat orang Mesir”.

Didikan seorang Ayah (1-4)
Salomo telah belajar tentang jalan-jalan Allah dari ayahnya dan kini ia meneruskan pengarahan itu kepada anak-anaknya. Allah ingin agar kesalehan dan pengabdian sungguh-sungguh kepada jalan-jalan-Nya diajarkan terutama melalui pengajaran orang tua dan teladan di rumah, dan bukan dengan mengalihkan tanggung jawab secara menyeluruh kepada program pendidikan gerejani. Sejak semula Alkitab telah mengajarkan kepada kita bahwa tanggung jawab itu ada pada orang tua Ul. 6:7.
“ haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun”.

Saat ini begitu banyaknya tawaran pendidikan full day school terutama bagi anak-anak SD bahkan pada pendidikan yang berbasis pada agama. Bagi orang tua yang suami isteri bekerja dan memiliki dana yang cukup sekolah jenis ini sangat cocok, karena mereka dapat berangkat kerja bersama dengan anaknya dan pulang kerja kembali orangtua menjemput dari sekolah bersamaan. Sangat efisien dan efektif menurut ukuran manusia modern dan sibuk. Sampai di rumah, masing-masing telah lelah seharian di sekolah dan di pekerjaan. Orang tua merasa tugasnya sudah selesai dengan menyediakan sarana dan biaya pendidikan yang memadai, merekapun perlu waktu untuk beristirahat dan berdua (suami isteri) sedang si anak biarlah asyik dengan Pr nya atau PS nya. Pada saatnya si anak bertingkah tidak sesuai dengan yang diharapkan orang tua, maka sekolah atau gereja yang menjadi sasaran, biasanya nadanya demikian “ Kurang apa lagi Papa dan Mama, kan sudah disekolahkan disekolah yang faforit dan bergengsi lengkap dengan ekstra kurikuler dan keagamaan, hari minggu ikut sekolah minggu di gereja yang guru sekolah minggunya mendapat pendidikan rutin dengan materi yang standard, lalu kenapa koq jadi begini ?”
Saya tidak sedang mengatakan bahwa full day school itu tidak baik, tetapi jangan hal itu mengantikan peran orang tua dalam mendidik anak-anak.
Inilah kealpaan kita sebagai orang tua, kita melupakan apa yang telah diperintahkan Allah kepada bangsa Israel, itu juga perintah untuk kita pada saat ini (Ul. 6:7), berapa kali dalam sehari, seminggu bahkan sebulan kita membicarakan Firman Tuhan kepada anak-anak kita.
Bagaimana seharusnya hubungan prang tua dengan anak, agar didikannya dapat diterima si anak dengan baik ? Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Kolose telah membantu kita (Kol. 3 : 21) “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya”. Demikian juga untuk anak (Kol. 3 : 20) “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan”.
Jadi yang terutama bertanggung jawab dalam memberikan didikan Alkitabiah kepada anak-anak adalah Keluarga, bukan gereja atau sekolah minggu ataupun sekolah formal. Lembaga-lembaga tersebut hanya membantu didikan orang tua.

Perolehlah Hikmat dan Pengertian (5-9)

Hikmat bukanlah sesuatu yang mudah untuk didapatkan, karena hanya diberikan kepada mereka yang mau berusaha untuk mendapatkannya. Hikmat disalurkan melalui dua jalur :
1. Pendidikan.
Melalui pendidikan seorang akan mengalami perubahan rohani yang mencakup hal berbalik dari kejahatan menuju kepada pengenalan akan Allah. Hubungan pribadi dengan Allah menjadi langkah pertama dalam memperoleh hikmat sejati. Orang percaya harus takut akan Tuhan dan membenci kejahatan. (Ams. 8:13) Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat.
Ams. 9: 10 Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.

2. Pengabdian
Hikmat adalah untuk orang yang mengerti nilainya dan karena itu mencarinya dengan tekun Ams. 8:17 “Aku mengasihi orang yang mengasihi aku, dan orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku”. Orang yang bijaksana belajar dari ajaran Ams. 9:9 “berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah”. dan didikan Allah Ams. 3:11 Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya.
Yesus Kristus adalah perwujudan unggul dari Hikmat Allah (I Kor. 1:30) Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita.
Segala harta hikmat ada didalam Yesus Kristus (Kol. 2 : 2-3)
supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih, sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus, sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.

Selama setahun lebih saya telah melayani di Gereja POUK Maranatha ini, setiap minggu pertama setiap bulannya. Apapun yang saya sampaikan kepada Ibu Bpk. Sekalian tidak akan ada artinya bila ibu/bpk. dan saudara sekalian tidak mengerti nilai dari Firman Allah yang saya sampaikan. Tetapi dengan kita mengerti nilainya kita akan bertumbuh dan memiliki Hikmat Tuhan hingga pada gilirannya memiliki kerinduan untuk membicarakan/mengajarkannya siang dan malam sebagaimana perintah Tuhan dalam Ul. 6:7.
Isteri saya sejak muda berkecimpung di aktivitas Gereja, di komisi pemuda gereja dan komisi sekolah minggu. Meskin cukup lama menjadi guru sekolah minggu, sementara saya tidak pernah aktif dikegiatan gereja dimasa kecil dan muda saya, selain berjemaat, tetapi saat saya tanyakan apakah dia sudah pernah membaca Alkitab dari Kejadian hingga Wahyu, dia menjawab belum pernah. Seiring dengan perkuliahan saya di Teologia, saya selalu membicarakan hal-hal yang mencakup firman Tuhan kepadanya, terutama bila saya mendapatkan bacaan harian yang menarik, saya selalu menceritakan kepadanya, entah dia suka atau tidak. Tetapi sesuai dengan pengakuannya sendiri kepada saya, dia sama sekali tidak tertarik, bahkan sekalipun saya pernah menjanjikan kepadanya bahwa jika ia berhasil menyelesaikan pembacaan dari Kejadian sampai dengan Wahyu saya akan beri dia hadiah senilai Rp. 5 juta. Entah karena hadiah itu atau bukan, yang jelas apa yang menurutnya selama ini membosankan karena saya selalu menceritakan Firman Tuhan kepadanya setiap kali ada kesempatan, itulah yang sekarang dilakukannya kepada saya. Setiap saya kembali dari kantor dia selalu dengan antusias menceritakan nats-nats yang dibacanya dan mendiskusikannya dengan saya.
Saat ini isteri saya telah mengerti nilainya hikmat Allah, hingga ia tidak mau lagi melalukan hari tanpa membaca Firman Tuhan. Anak saya yang bungsu (6 thn) belum mengerti dengan jelas akan hal itu, tetapi dia sudah memulai membuka Alkitab setiap hari. Anak saya yang besar (10 thn) belum melakukannya, tetapi saya percaya pada saatnya dia akan melakukannya sekalipun saya tidak perlu memaksa dia, karena setiap hari itulah yang dia lihat. Bagaimana dengan anda ? Ingat kata Ki Hajar Dewantara, Ing Ngarso Sung Tulodo. (di depan /pemimpin memberi contoh).
Untuk dapat mengulang-ulang apa yang sudah saya sampaikan dalam setiap Kotbah, saya telah mempublikasikan catatan setiap kotbah di http://teologiawam.blogspot.com dengan media ini diharapkan dapat menolong kita untuk mengingat kembali hal-hal yang pernah saya sampaikan dalam kotbah minggu.
Simpulan :
Sebagai orang tua (ayah/ibu) dan keluarga adalah orang yang paling bertanggung jawab untuk memperkenalkan dan mengajarkan Hikmat Allah kepada anak-anak kita dengan mengajarkannya berulang-ulang dan terus menerus. Untuk dapat mengajarkan dengan benar, maka terlebih dahulu kita harus memperoleh hikmat dan pengertian melalui pendidikan yang memalingkan kita dari kejahatan menuju pengenalan yang benar akan Allah dan Pengabdian yang secara tekun mencarinya karena kita mengetahui nilainya.
Pada akhirnya kita akan memohon kepada Tuhan kita Yesus Kristus supaya Ia memberikan kepada kita Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. Biarlah kiranya doa Paulus kepada jemaat di Efesus, sebagai langkah awal kita untuk mendidik anak kita kepada pengenalan yang benar akan Hikamat Allah, seperti yang ada pada Efesus 1 : 17 :
“dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar”. Amin.

Disampaikan pada Kotbah Minggu 29 Juni 2008 Pkl. 10.15 GEREJA POUK MARANATHA MEDAN – SUMUT. (KOTBAH PERPISAHAN))

Tidak ada komentar: