SELAMAT DATANG DI "TEOLOGI KAUMAWAM"

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih telah mampir di blog yg sederhana ini. Kami sangat berterimakasih bila saudara berkenan memberi tanggapan atas tulisan yang saudara baca di blog ini. Karena dengan tanggapan itu kami akan dapat belajar dan berbagi, sebab untuk itulah blog ini dibuat agar hidup kita tetap terpelihara dalam persekutuan. Semua tulisan dalam blog ini dapat dikutip dengan tetap mencantumkan sumbernya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Pax Vobiscum, Erianto Hasibuan

Minggu, 04 Desember 2011

Memberi arti dalam penantian


Jika kepada kita ditanyakan, apa yang berbeda Adven kali ini dengan sebelumnya?  Mungkin sebagian dari kita sulit untuk menjawabnya, tetapi tidak bagi saya, setidaknya adven kali ini sangat berbeda dari sebelumnya, karena baru kali ini sejak berkeluarga saya melalui adven dalam kesendirian.
Pada sisi lain, pada adven kali ini bagi saya berbeda, karena saya tidak dapat mengikuti kebaktian di GKI, sebab di Banjarmasin memang tidak ada GKI. Apa yang membuat itu berbeda ? Biasanya saya membaca Lentera Umat dan Dian Penuntun, sebelum mengikuti kebaktian. Saat Sang Pdt. Kotbah “kepala” saya mulai melakukan rekonsiliasi, bagaimana penekanan yang dilakukan penulis Dian Penuntun dan Lentera Umat (karena biasanya keduanya saling menopang alias nyambung) dan bagaimana penekanan yang dilakukan sang pengkotbah. Emang harus diakui kadang juga “jaka sembung” alias ngak nyambung, tapi itulah dinamika.
Saat ini saya tidak dapat menikmati hal tersebut, karena kotbah yang saya diikuti di gereja lain, belum bersifat leksionaris. Jadi seolah saya mendapat dua pembelajaran berharga, yang mungkin juga bisa disambung-sambung sendiri.

http://letupanjiwa.files.wordpress.com/2010/12/2-advent.jpgTopik dalam Lentera Umat meberi judul “Pemerintahan Tuhan Mengubah Penindasan menjadi perdamaian” (Mikha 4: 1-5). Umat Israel pada masa pembuangan dan pasca pembuangan, mengalami tekanan yang sangat berat dan “nyaris” tanpa harapan, kehancuran masa kini membuat mereka seolah tanpa masa depan. Pada saat itu Mikha memberikan  pengharapan atas masa depan.  Pengharapan yang begitu indah saat Allah menjadi Hakim atas dunia. Pada masa itu bangsa-bangsa akan menempa pedangnya menjadi mata bajak, tombaknya menjadi pisau pemangkas, artinya sesuatu yang semula digunakan untuk menghancurkan dan menyakiti akan diubah menjadi alat yang membangun dan memberi kehidupan.
Kehadiran pemerintahan Allah tidak untuk menghancurkan tetapi untuk membangun, seyogianya kita yang mengaku umat Allah dan tunduk terhadap pemerintahan Allah, kehadiran kita juga selayaknya untuk membangun, artinya kata-kata dan prilaku kita eloklah untuk membangun dan menguatkan, jika sebelumnya menghancurkan dan melemahkan maka saatnya pada masa Adven ini untuk mengubahnya.
Dian Penuntun pada Minggu Adven kedua ini memberi judul “Bersiap Menyambut Kedatangan Mesias” (Yes. 40:1-11; Maz. 85:1-2, 8-13; 2 Pet 3: 8-15a; Mrk.1:1-8) Persiapan menyambut kedatangan Mesias kadang menjadi sesuatu yang tidak memberi makna apapun bagi kita, jika kita melihat bahwa Adven hanya sekedar rutinitas kalender gerejawi semata. Penulis Dian Penuntun dengan cerdas mengajak pembacanya untuk mendengarkan suara detik jam, untuk mengingatkan bagaimana kita memandang waktu. Adakah kita melihatnya bagai sebuah takdir yang harus dijalani karena segala sesuatu telah ditentukan, atau keseluruhannya tergantung pada kita. Tanpa harus memperdebatkan kedua pendapat tersebut, kita mengakui bahwa Allah memberi ruang kebebasan pada kita, sekaligus kita mengakui adanya otoritas Allah.
 Bersiap menyambut kedatangan Mesias bukanlah dengan memperdebatkan kapan kedatangan Sang Mesias, atau betulkah Sang Mesias akan datang? Inilah yang dihadapi jemaat di Asia kecil. Mereka “nyaris” disesatkan oleh ajaran para guru dan nabi palsu. Mereka mencoba mencoba memecahkan misteri Allah dengan mulai berhitung kapan dan apakah Mesias akan datang? Mereka mulai mengingkari bahwa Allah memiliki otoritas Nya sendiri. Banyak contoh kehancuran dari upaya ini, sebut saja Branch David  di USA yang akhirnya membakar diri bersama pengikutnya dan juga Mangampin Sibuea di Bandung yang akhirnya diringkus ke buih, semua kehancuran itu terjadi karena kutak-atik mereka berlalu dengan sia-sia.
Sebagaimana yang diuraikan dalam Lentera Umat, pada saat penantian yang perlu dilakukan dalam mempersiapkan adalah dengan merubah diri dari penindas menjadi pembawa damai. Inilah yang dikatakan Yohanes sebagaimana yang dituliskan Markus dengan “Pertobatan”, karena bagi Yohanes, Pertobatan adalah suatu perubahan pikiran yang menjadi permulaan dari pekerjaan anugerah dalam hati manusia. Pertobatan sebagaimana yang disimbolkan Yohanes dalam baptisan di Sungai Yordan, akan menyelamatkan manusia bila diikuti dengan iman kepada Yesus Kristus yang menjadi juru selamat manusia. Dengan demikian dalam penantian (adven) ada ruang untuk memanfaatkan kebebasan yang diberikan Allah kepada manusia, apakah akan digunakan untuk mempersiapkan diri melalui pertobatan atau hanya menjadikan sebagai ritual semata ? Kita memiliki kebebasan untuk menentukannya. Selamat menantikan dengan penuh arti. SELAMAT ADVEN ! (has04122011-bdj)