SELAMAT DATANG DI "TEOLOGI KAUMAWAM"

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih telah mampir di blog yg sederhana ini. Kami sangat berterimakasih bila saudara berkenan memberi tanggapan atas tulisan yang saudara baca di blog ini. Karena dengan tanggapan itu kami akan dapat belajar dan berbagi, sebab untuk itulah blog ini dibuat agar hidup kita tetap terpelihara dalam persekutuan. Semua tulisan dalam blog ini dapat dikutip dengan tetap mencantumkan sumbernya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Pax Vobiscum, Erianto Hasibuan

Selasa, 21 Juli 2009

Keseimbangan Roh dan Daging

Oleh : P. Erianto Hasibuan *)

Nats : Mat. 26 : 41

Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."


 

Peserta diminta untuk membentuk lingkaran, dan memainkan ice breaking KESEIMBANGAN. Setiap cerita yang akan disampaikan ada kata-kata PETRUS, peserta diminta untuk melakukan dua hal sekaligus, pertama tangan kanan akan menangkap jari peserta disebelahnya, sekaligus tangan kiri harus menghindarkan diri dari tangkapan sebelahnya,

Dari permainan ini banyak peserta yang melakukan tindakan sekalipun dalam cerita belum ada kata PETRUS, demikian halnya masih ada peserta yang tidak bereaksi apapun saat mendengar kata Petrus. Peserta yang jarinya tertangkap juga tidak sedikit bahkan lebih dari 3X dari 5X kata Petrus dalam cerita.

Permainan ini menunjukkan bagi kita, 3 Hal penting :

PERTAMA,     MEMAHAMI perintah, perintah yang disampaikan dalam permainan tersebut sesungguhnya sanagat sederhana, menangkap jari rekan sebelah kiri dan sekaligus melepaskan jari telunjuk sebelah kanan dari tangkapan, pada saat mendengar kata-kata "Petrus". Perintah ini bahkan lebih sederhana dari perintah Yesus pada murid-muridnya (Petrus dan kedua anak Zebedeus, Yakobus dan Yohanes) : "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku." (Mat. 26 :38b), hasilnya ? mereka bukannya berjaga-jaga tapi malah ketiduran, dan ini terjadi selama 3X Tuhan Yesus berdoa. Dalam kehidupan sehari-hari kita kerap tidak memahami apa yang diinginkan orang lain dari kita, jika kata-kata saja tidak dapat kita pahami, bagaimana dengan bahasa tubuh atau mimik seseorang tanpa bahasa ? Banyak hubungan yang menjadi tawar karena kesullitan untuk memahami maksud satu sama lain, jangankan dalam keluarga besar dalam hubungan suami isteri sekalipun kerap ada terjadi saling tidak memahami. Paguyuban ini, bisa jadi sebagai langkah awal untuk saling memahami satu sama lain sehingga hubungan yg lebih erat dapat dijalin. Sekalipun ada pepatah yang mengatakan "pohon kelapa yang ditanam berdekatan akan sangat mungkin dahannya saling bergesekan" itu benar, tetapi alangkah indahnya jika gesekan itu tidak untuk menjatuhkan dahan yang satu oleh yang lainnya, tetapi justru untuk menopang dahan yang lemah. Artinya semakin tinggi frekuensi berkomunikasi, sangat mungkin terjadi ketidak sepahaman satu sama lain, tetapi ketidak sepahaman tersebut selayaknya menjadi penguat satu sama lain, caranya. Ada sebuah kisah berikut : Ini sebuah kisah tentang dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah perjalanan, mereka bertengkar dan salah seorang menampar temannya. Orang yang kena tampar merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, dia menulis di atas pasir: "Hari ini, sahabat terbaikku menampar pipiku." Mereka terus berjalan sampai akhirnya menemukan sebuah oasis. Mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencoba berenang namun nyaris tenggelam, tapi dia berhasil diselamatkan oleh sahabatnya. Ketika dia siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu: "Hari ini, sahabat terbaikku menyelamatkan nyawaku."
Orang yang menolong dan menampar sahabatnya, bertanya "Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir dan sekarang menuliskan ini di batu?" Sambil tersenyum temannya menjawab, "Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan itu. Dan bila sesuatu yang luar biasa baik terjadi, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar takkan pernah bisa hilang tertiup angin."

KEDUA,     MELAKSANAKAN perintah, boleh jadi kita memahami perintah tersebut pada saat awal disampaikan, tetapi dalam pelaksanaannya begitu banyak rintangan yang harus kita hadapi, misalnya ah…sebelah saya kan mertua saya, masah sih saya mempermalukannya ? atau udalah kan ini cuma permainan ndak apa-apalah. Demikian halnya dengan ketiga murid Yesus, boleh jadi mereka memahami dengan baik perintah sederhana tersebut, tetapi kelelahan yang mereka alami seharian membuat mata mereka begitu berat, sehingga mereka tidak sanggup lagi melawan kantuknya. (Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat Mat. 26 : 43)

    Inilah yang kerap kita hadapi, besar sesunguhnya hasrat kita untuk melaksanakan perintah Tuhan, bahkan di doa kita selalu kita meminta agar kita dan keluarga kita dapat memiliki prilaku yang segambar dengan Tuhan Yesus, tetapi pada kenyataannya ? adik-adik misalnya untuk dapat ikut tes di Perusahaan Besar dan BUMN saja IPK harus diatas dua koma tujuh lima, bahkan untuk program officer develpoment harus diatas tiga, nah ini membuat godaan melakukan kecurangan. Habis gimana kadang sudah belajar serius eh..eh.. yang keluar ujian malah yang lain.. Mereka yang berkarir juga demikian, belum lama kita membaca di berbagai harian, bagaimana seorang perwira keepolisian yang memiliki karier diatas normal, sebagai akibat kedekatannya dengan para pengusaha dan saat ini dituduhkan berkonspirasi untuk menghilangkan nyawa orang lain.

KETIGA,     KESEIMBANGAN, dalam game tadi kita diminta untuk melakukan dua hal sekaligus, konsentarasi kita tidak boleh pecah hanya kepada salah satu sisi tangan saja, sebab jika demikian yang terjadi adalah kegagalan untuk melaksanakan perintah dengan baik. Ketiga murid Yesus juga mengalami hal yang sama, mereka tidak dapat mengatur stamina mereka dengan baik, sehingga pada saat mereka diminta untuk berjaga-jaga, bahkan hanya satu jam saja (40b), kelelahan tubuh mereka mengalahkan niatan mereka untuk setia terhadap perintah gurunya. Kondisi ini dimengerti dengan baik oleh sang guru, hingga saatnya Yesus mengatakan :"Tidurlah sekarang dan istirahatlah.(45 b).

Roh dan Daging

Keseimbangan perhatian terhadap roh dan daging (baca : tubuh) menjadi perhatian kita, karena pada era borderless (tanpa batas) saat ini kita seolah mundur ke era abad pertama masehi saat berkembangnya ajaran Gnostik, pemahaman yang kiliru akan kasih karunia dan pemahaman keselamatan, membuat mereka tidak lagi menjaga kesucian tubuhnya. Kita diingatkan oleh Matius, bahwa sejak awal Yesus telah memperingatkan kita, bahwa daging (sarks) lemah. Para teolog sistematika membagi struktur manusia menjadi empat yaitu Nyawa/jiwa, roh, daging dan tubuh. Roh didefenisikan sebagai kemampuan manusia untuk bekerjasama dengan Allah, dan Daging didefenisikan sebagai kemampuan manusia untuk bekerjasama dengan iblis (Indra, 2003 p. 90).

Kemampuan manusia bekerjasama dengan iblis (daging) diingatkan Yesus adalah lemah, sedang Roh adalah penurut, artinya diperlukan keseimbangan akan hal keduanya dengan lebih menitkberatkan pada pertolongan roh agar kita dimampukan untuk mengelolah tubuh ini tetap menjadi persembahan yang hidup bagi Allah. Bukakah Paulus meminta kita untuk
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup. (Roma : 12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.)

REFLEKSI

Kita kerap mendengarkan kata-kata klise "ah sudalah…toh kita masih hidup didunia, tipu-tipu dikit bolelah…atau istilah berbohong untuk kebaikan… atau banyak istilah lain yang sejenis, pada dasarnya hal itu menunjukkan bagaimana sulitnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan daging dan roh, atau berarti pula ketidak pahaman kita akan ajaran, karena kita masih lebih berkonsentrasi pada hal-hal yang bersifat kedagingan dan melewatkan kemapuan kita untuk berkomunikaasi dengan Allah. Saat ini kita diingatkan, untuk menjaga keseimbangan keduanya, kemampuan kita untuk bekerja sama dengan Allah selayaknya mengendalikan aktivitas kedagingan kita. Sehingga seperti game yang kita lakukan, kita dapat membebaskan jari kita dari genggaman lawan laiknya kita membebaskan diri kita dari ketergantungan yang bersifat hedonisme dan disisi lain kita dapat menangkap sesama kita untuk masuk dalam keluarga Tuhan. Amin.

(Disampaikan pada acara renungan pertemuan keluarga besar Yoharam Sueharno di Baturaden, 18-20 Juli 2009).