SELAMAT DATANG DI "TEOLOGI KAUMAWAM"

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih telah mampir di blog yg sederhana ini. Kami sangat berterimakasih bila saudara berkenan memberi tanggapan atas tulisan yang saudara baca di blog ini. Karena dengan tanggapan itu kami akan dapat belajar dan berbagi, sebab untuk itulah blog ini dibuat agar hidup kita tetap terpelihara dalam persekutuan. Semua tulisan dalam blog ini dapat dikutip dengan tetap mencantumkan sumbernya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Pax Vobiscum, Erianto Hasibuan

Sabtu, 25 Februari 2012

Tujuh Puluh Tiga


        Tujuh puluh tiga tahun yang lalu, seorang wanita dilahirkan. Sebagai anak wanita satu-satunya, tentu ia mendapatkan kasih sayang penuh dari seluruh keluarga. Tetapi jalan hidup seseorang memenag tidak dapat diduga, semasa sekolah ayahnya menigga, yang kemudian diikuti ibunya.
        Ia dibesarkan dalam keluarga Non Kristen namun tinggal dilingkungan Kristen.  Seorang pria kemudian menyuntingnya, namun tidak lama usia pernikahan mereka, ia ditinggal pergi suaminya untuk selama-lamanya tidak kembali. Ibu muda, dengan usia 26 tahun harus melanjutkan hidup dengan tiga anak yang masih sangat kecil, bahkan si bungsu baru berusia kurang dari sebulan.
         Dengan kegigihan yang dimilikinya, ia tetap setia untuk membesarkan ketiga anaknya. Sekalipun tidak mungkin menurut hitungan manusia, tetapi ia mampu menyekolahkan ketiga anaknya bahkan hingga perguruan tinggi. Ditengah hadirnya harapan, saat anaknya yang sulung telah bekerja, kebahagiaan tersebut tidak berlangsung lama, karena sebuah kecelakaan lalulintas telah merenggut si anak kebanggaan keluarga, untuk selama-lamanya tidak kembali. Itupun tidak mengurunkan niat si Ibu untuk tetap berjuang dan berusaha tanpa banyak kata-kata, karena memang sangat pemalu.
         Yang menakjubkan, sekalipun si Ibu mengenal Kekristenan saat ia tealah dewasa, tetapi, ia, dengan kebersahajaannya menanamkan kekristenan kepada ketiga anaknya. Kedua anaknya yang masih berkarya saat ini, memiliki latar belakang teologia, bahkan yang wanita memilih profesi sebagai guru agama dan melayani dilingkungan gereja.
         Tanpa banyak kata-kata ia telah mengajarkan arti kesetiaan, setia pada pilihan, setia pada komitmen, bahkan setia untuk tidak pernah meminta-minta kepada siapapun kecuali kepada Sang Khalik, walaupun permintaannya (Doanya) sejak anak-anaknya  masih SD hingga saat ini, masih tetap sama. Doa makan, doa mau tidur, doa bangun tidur, "nyaris sama". Mungkin itu bentuk kesetiaan nya juga.  Namun  ternyata Sang Khalik memahami bahasa manusia walau diucapkan secara keliru, tetapi Roh Allah ada pada manusia, mengerti keinginan manusia bahkan yang tidak terucapkan, itulah yang telah dibuktikan ibu dalam perjalanan hidupnya.
         Ibu itulah Mamaku, yg berjuang seorang diri membesarkanku sejak usia 10 hari. Memungkiri kepentingan pribadinya demi kami anak-anaknya. Selamat Ulang Tahun Mama, Horas jala gabe. (ERH14092011)
Tulisan ini dimuat dalam Buletin Mercusuar Edisi 23 Desember 2011.

                                                                                              Pematang Siantar September 2011