SELAMAT DATANG DI "TEOLOGI KAUMAWAM"

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih telah mampir di blog yg sederhana ini. Kami sangat berterimakasih bila saudara berkenan memberi tanggapan atas tulisan yang saudara baca di blog ini. Karena dengan tanggapan itu kami akan dapat belajar dan berbagi, sebab untuk itulah blog ini dibuat agar hidup kita tetap terpelihara dalam persekutuan. Semua tulisan dalam blog ini dapat dikutip dengan tetap mencantumkan sumbernya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Pax Vobiscum, Erianto Hasibuan

Minggu, 14 September 2008

KELUARGA YANG TAKUT AKAN TUHAN

Oleh : P. Erianto Hasibuan
Nats : Maz. 128 : 1- 6



Apabila saya bertanya kepada kita, pribadi lepas pribadi, apakah anda merasa bahagia saat ini ?, lalu saya bertanya lagi, apakah keluarga anda adalah keluarga yang berbahagia ?. Jawabannya tentu beragam. Mungkin ada yang mengatakan di dalam hati, apa kriteria nya ? saya dan keluarga saya disebut bahagia?, atau ada yang langsung bekata saya saat ini memang berbahagia, demikian juga keluarga saya, setidaknya saya dan pasangan saya masih dapat berangkat bersama ketempat ini, atau ada juga mungkin ibu yang mengatakan ah.. sebetulnya kalau pertanyaan ini deberikan kepada kami pada pekan kedua sebelum natal, pasti jawabannya bahagia, tapi sekarang ? wah sulit untuk menjawabnya.
Apapun jawaban kita akan hal itu, yang pasti bila bapak/ibu, menjawab ia bahagia dan keluarganya bahagia, tentu pasangannya juga menjawab hal yang sama. Jika tidak, kita mungkin perlu atur waktu untuk ketemu dan berbicara lebih jauh, ada apa dengan kebahagiaan di keluarga ini.
Untuk jenis kebahagiaan seperti ini, ada sebuah kisah tentang seorang moralis yang bernama Tolstoi, semasa hidupnya ia memberitakan pesan-pesan moral seperti damai sejahtera dan hidup penuh dengan toleransi. Tetapi tak lama setelah Tolstoi meninggal dunia, isterinya menulis sebuah buku yang menggemparkan, karena sang isteri menuliskan, selama puluhan tahun saya dan anak-anak hidup bersama dengannya tetapi untuk hitungan jam sekalipun kami tidak pernah merasakan damai sejahtera bersama dia. Istilah ini kemudian berkembang hingga saat ini dengan mengatakan keKristenan Tolstoi bagi mereka yang hanya dapat memberitakan damai sejahtera ataupun Firman Tuhan, tanpa mengimplementasikan dalam hidupnya.

Takut akan Tuhan
Bacaan kita Maz. 128 ayat 1 dengan gamblang menyatakan "Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!".
Ada 2 unsur penting untuk takut akan Tuhan/Allah :
1. Mengenal dia dan memahami siapa sesungghuhnya Dia (Amsal 2:5) "maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah".
2. Percaya kepada Tuhan bahwa Dialah pertolongan dan perisai satu-satunya. (Maz 115:11) "Hai orang-orang yang takut akan TUHAN, percayalah kepada TUHAN! -- Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka." => Ayub. 1:10 Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya?
Bagaimana kita dapat memerikasa diri kita pribadi lepas pribadi dan keluarga lepas keluarga bahwa kita Takut akan Tuhan ?, Setidaknya ada 4 tanda-tanda orang yang takut akan Tuhan, yaitu :
1. Sangat suka kepada segala perintah Tuhan (Maz. 112 :1) "Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya."
Mereka yang suka segala perintah Tuhan pasti tidak akan melewatkan satu hari pun tanpa menggumuli Firman Tuhan, ia akan memiliki waktu khusus sesibuk apapun dia dalam hidupnya. Saya semasa masih kecil selalu menyaksikan ompung (kakek dan nenek) saya melakukan hal sangat mengagumkan saya, mereka selalu bernyanyi dan membaca Firman Tuhan dan berdoa bersama setelah bangun pagi, dan sebelum tidur. Hari-hari bahagianya adalah saat ia memiliki kesempatan untuk memperbincangkan Firman Tuhan. Sudah barang tentu hari Minggu bukanlah hari yang membosankan baginya, persekutuan seperti ini juga bagian dari schedule utamanya.
2. Mengikuti ketetapan-ketetapan Nya dan yang tidak melakukan kejahatan.
Kita tentu tidak ingin disebut dengan seorang Kristen Tolstoi. Artinya apa yang kita pelajari dari Firman Tuhan kita melakukannya, sehingga kita dapat menjadi teladan.
3. Mengajarkan perintah Allah kepada anak-anaknya. (Ul. 4 :10) "yakni hari itu ketika engkau berdiri di hadapan TUHAN, Allahmu, di Horeb, waktu TUHAN berfirman kepadaku: Suruhlah bangsa itu berkumpul kepada-Ku, maka Aku akan memberi mereka mendengar segala perkataan-Ku, sehingga mereka takut kepada-Ku selama mereka hidup di muka bumi dan mengajarkan demikian kepada anak-anak mereka." => (Ul. 6:6-7) Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, (7) haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
Masihkah perintah ini relevan ?. Secara kedokteran didalam otak kita ada ratusan milyar NEURON yaitu sel-sel otak yang saling berhubungan, belajar adalah mencita dan memperkuat jalan dari impuls-impuls listrik menempuh neuron-neuron. Tapi diantara dan tiap hubungan di otak kita ada celah kecil yang disebut SINAPS. Setiap kita belajar sesuatu yang baru, sinyal listrik itu harus melompat celah ini untuk melanjutkan perjalanannya. Cara kerjanya dapat diilustrasikan bagaikan seorang pendaki gunung yang hendak menyeberangi sebuah tebing ke tebing yang lain yang terpisah karena adanya cebuah celah. Si pendaki gunung pada tahap awal harus bersusah payah untuk menyeberanginya dengan menggunakan tali, melemparkannya ke sisi tebing yang lain, kemudian menggunakan tali itu untuk menyeberang. Penyeberangan pertama sangatlah sulit, demikian halnya saat kita mempelajari sesuatu yang baru, pada awalnya adalah sulit, penyeberangan kedua sudah serasa lebih mudah, bahkan pada penyeberangan selanjutnya si pendaki telah dapat membuat jembatan yang menghubungkan kedua sisi gunung tersebut, pada tahapan ini hampir tidak ada lagi kesulitan untuk menyeberangitebing tersebut. Demikian halnya sesuatu yang kita pelajari tersebut pada akhirnya akan serasa begitu mudah. Inila yang disampaikan musa kepada umat Israel dan kita saat ini, yaitu mengajarkan Firman Tuhan berulang-ulang. Tahap awal mungkin begitu sulitnya, saya sendiri membutuhkan waktu 10 tahun untuk mengajak isteri saya untuk memiliki waktu pribadi untuk membaca Firman Tuhan, pada awalnya menurut pengakuannya apa yang saya selalu bicarakan padanya tetntang Firman Tuhan, baginya adalah sesuatu yang membosankan tapi karena dia masih menghormati suaminya ia mendengarkannya walau tidak menyimak. Tetapi tidak ada usah yang sia-sia, saat ini itulah yang dilakukannya kepada saya, dia dengan semangat menceritakan dan mendiskusikan nats yang dibacanya pada hari itu. Kata-kata memang penting untuk mengajar, tetapi contoh yang kita berikan secara konsisten akan mengajar melampaui kata-kata yang dapat kita ucapkan.
4. Hidup Bahagia (Pkh. 8:12) "Walaupun orang yang berdosa dan yang berbuat jahat seratus kali hidup lama, namun aku tahu, bahwa orang yang takut akan Allah akan beroleh kebahagiaan, sebab mereka takut terhadap hadirat-Nya." => Kis. 9:31 "Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus."
Kita dapat melihat sekarang, bahwa setiap keluarga yang takut akan Tuhan adalah keluarga yang memiliki kebahagiaan, karena mereka akan memiliki Damai, sebagaimana jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria yang damai karena penghiburan Roh Kudus. Jadi apa kriteria keluarga anda berbahagia ? bila ada kedamaian di dalamnya, kedamaian yang didasarkan pada pertolongan dan penghiburan Roh Kudus, jadi tidak ada kaitannya saat menerima THR atau tidak.

Upah Keluarga yang Takut akan Tuhan

1. Dapat menikmati hasil jerih payah (2)
Ulangan 28: 1-14 mengajarkan kepada kita bagaimana berkat bagi mereka yang mendahulukan Tuhan artinya mereka yang baik-baik mendengarkan suara Tuhan, dan melakukan dengan setia segala perintahNya, tetapi tidak demikian bagi mereka yang mengabaikan perintah Tuhan sebagai mana umat Israel yang menolak ajakan Nabi Hagai untuk membangun kembali Bait Allah, tetapi umat itu menolak dengan alasan belum saatnya karena mereka beranggapan bahwa Bait Allah sebaiknya dibangun setelah kondisi kehidupan mereka baik, atau dengan kata lain setelah urusan perut dan hidup selesai baru urusan Tuhan. Situasi mengabaikan Tuhan ini berakibat pada keadaan mereka yang tidak dpat menikmati apa yang mereka kerjakan (Hag. 1:6)
Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang!
2. Isteri dan Anak menjadi sumber berkat. (3)
Pohon Anggur dan Zaitun adalah lambang berkat Allah yang tak terhalangi. Isteri seperti pohon anggur yang membutuhkan tunjangan, namun senantiasa memberi lebih banyak dari menerima dalam hal menyediakan kebahagiaan bagi suaminya. Sebagaimana pemazmur menggambarkan Maz 105:15 dan anggur yang menyukakan hati manusia, yang membuat muka berseri karena minyak, dan makanan yang menyegarkan hati manusia.
Anak seperti tunas pohon Zaitun yang digambarkan pemazmur menghijau di dalam rumah Allah. (Maz.52:10) Tetapi aku ini seperti pohon zaitun yang menghijau di dalam rumah Allah; aku percaya akan kasih setia Allah untuk seterusnya dan selamanya.

Berbahagialah kita, yang pada saat ini di sapa Tuhan untuk menjadikan keluarga kita menjadi keluarga yang takut akan Tuhan. Karena kita dapat memulai dari sejak dini .

Ilustrasi :
Pada suatu hari, seorang tua yang bijaksana berjalan dengan seorang pemuda yang terkenal tidak bisa bertanggung jawab dan berkepala batu. Orang tua itu menghentikan langkahhnya, lalu menunjuk sebuah pohon oak yang kecil sekali. "Cabutlah pohon itu," katanya. Dengan segera pemuda itu membungkuk dan hanya dengan dua jari saja secara mudah dia dapat mencabut pohon itu.
Setelah berjalan lebih jauh lagi, orang tua itu berhenti didepan sebuah pohon yang sudah agak besar tubuhnya. "Cabutlah pohon ini," katanya. Sekali lagi pemuda itu menuruti perintah orang tua itu, namun kali ini ia menggunakan kedua tangannya dan tenaganya sekuat mungkin untuk mencabut akar pohon itu. Akhirnya mereka berhenti lagi didepan pohon oak yang besar sekali. "Sekarang, cabutlah pohon ini!" perintahnya lagi.
"Wah, hal itu tidak mungkin!" protes pemuda itu. "Aku tidak dapat mencabut pohon sebesar ini, untuk memindahkannya diperlukan sebuah buldozer."
"Engkau benar sekali," jawab orang tua itu. "Kebiasaan, entakah itu baik ataupun buruk, sama seperti pohon-pohon itu. Kebiasaan yang belum berakar dalam, seperti pohon oak yang masih kecil sekali, dapat dicabut dengan sangat mudahnya. Kebiasaan yang akarnya mulai mendalam adalah seperti pohon yang sudah agak besar tumbuhnya. Untuk mencabutnya diperlukan usaha dan tenaga sekuat mungkin. Kebiasaan yang telah lama sekali sudah terlalu dalam akarnya, sehingga orang itu sendiri tidak mungkin lagi bisa mencabutnya.

Simpulan :
Akhirnya marilah kita memeriksa keluarga lepas keluarga, apakah keluargaku keluarga yang takut kepada Allah ?
1. Sudahkah keluarga ku Sangat suka kepada segala perintah Tuhan ?
2. Sudakah aku dan keluargaku mengikuti ketetapan-ketetapan Nya dan yang tidak melakukan kejahatan?
3. Apakah aku sudah mengajarkan perintah Allah kepada anak-anak ku?
4. Sudakah keluarga ku hidup Bahagia?.

Berbahagialah kita yang mendapati bahwa keluarga kita adalah keluarga yang Takut akan Tuhan, karena Pemazmur bermazmur : Maz. 112 : 1-4
Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya.
Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati.
Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya.

Disampaikan pada Kotbah Minggu 14 September 2008 Pkl. 19.00 Ibadah Persekutuan Doa Oikumene (PDO) Villa Ubud Puri Gading Pondok Gede.