SELAMAT DATANG DI "TEOLOGI KAUMAWAM"

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih telah mampir di blog yg sederhana ini. Kami sangat berterimakasih bila saudara berkenan memberi tanggapan atas tulisan yang saudara baca di blog ini. Karena dengan tanggapan itu kami akan dapat belajar dan berbagi, sebab untuk itulah blog ini dibuat agar hidup kita tetap terpelihara dalam persekutuan. Semua tulisan dalam blog ini dapat dikutip dengan tetap mencantumkan sumbernya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Pax Vobiscum, Erianto Hasibuan

Jumat, 27 Juni 2008

MENDIDIK ANAK SUPAYA BERHIKMAT

Oleh : P. Erianto Hasibuan

MINGGU VI SETELAH TRINITAS
Nats : Amsal 4 :1-9 BACAAN : Rom. 11 : 33-36


Pembuka :
Tidak seperti sebelumnya, jadwal kotbah saya adalah minggu pertama setelah kehadiran saya untuk pertama kali di sini pada Minggu 06 Mei 2006, dan saat ini adalah pelayanan saya yang terakhir secara rutin di tempat ini sehubungan dengan kepindahan kami sekeluarga ke BEKASI karena pindah tugas.

PENDAHULUAN :
Kitab Amsal merupakan bagian dari kitab syair dan hikmat yang begitu tersohor, Amsal merupakan hikmat para bijak yang terilhamkan. Istilah Ibrani mashal yang diterjemahkan “amsal”, bisa berarti “ucapan” orang bijak, “perumpamaan” atau “peribahasa berhikmat”.
Tujuan kitab Amsal dengan jelas dinyatakan dalam Amsal 1:2-7, yaitu :
1. Untuk mengetahui hikmat dan didikan, untuk mengerti kata-kata yang bermakna (2)
2. Untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan dan kejujuran, (3)
3. Untuk memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda (4)
4. Untuk menambah ilmu dan sebagai bahan pertimbangan bagi orang yang berpengertian (5)
5. Untuk mengerti amsal dan ibarat, perkataan dan teka-teki orang bijak. (6)
6. Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.(7)
Nats, yang dituliskan oleh Salomo dalam Amsal 4 :1-9, merupakan refleksi dari pengalaman Salomo begitu pentingnya untuk mendengarkan didikan seorang Ayah. Salomo merasakan sendiri bagaimana ayahnya Daud telah mendidik dia di Jalan Allah, bahkan pada saat menjelang akhir hayatnya Daud masih memberikan pesan yang indah : (1 Raj. 2 :3-4)
“Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam segala yang kautuju, dan supaya TUHAN menepati janji yang diucapkan-Nya tentang aku, yakni: Jika anak-anakmu laki-laki tetap hidup di hadapan-Ku dengan setia, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa, maka keturunanmu takkan terputus dari takhta kerajaan Israel”.

Pengalaman Salomo atas didikan Ayahnya ini yang membuat dia pada saat Allah menampakkan diri kepanya dan berfirman “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepada mu”. (2Taw.1:7b) maka ia tidak meminta seperti yang orang lain pikirkan, tetapi ia meminta seperti yang Allah kehendaki II Taw.1:10 :
“ Berilah sekarang kepadaku hikmat dan pengertian, supaya aku dapat keluar dan masuk sebagai pemimpin bangsa ini, sebab siapakah yang dapat menghakimi umat-Mu yang besar ini?"
Sebagai jawaban dari Doanya (I.Raja-raja 4:29-30):
“ Dan Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasir di tepi laut, sehingga hikmat Salomo melebihi hikmat segala bani Timur dan melebihi segala hikmat orang Mesir”.

Didikan seorang Ayah (1-4)
Salomo telah belajar tentang jalan-jalan Allah dari ayahnya dan kini ia meneruskan pengarahan itu kepada anak-anaknya. Allah ingin agar kesalehan dan pengabdian sungguh-sungguh kepada jalan-jalan-Nya diajarkan terutama melalui pengajaran orang tua dan teladan di rumah, dan bukan dengan mengalihkan tanggung jawab secara menyeluruh kepada program pendidikan gerejani. Sejak semula Alkitab telah mengajarkan kepada kita bahwa tanggung jawab itu ada pada orang tua Ul. 6:7.
“ haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun”.

Saat ini begitu banyaknya tawaran pendidikan full day school terutama bagi anak-anak SD bahkan pada pendidikan yang berbasis pada agama. Bagi orang tua yang suami isteri bekerja dan memiliki dana yang cukup sekolah jenis ini sangat cocok, karena mereka dapat berangkat kerja bersama dengan anaknya dan pulang kerja kembali orangtua menjemput dari sekolah bersamaan. Sangat efisien dan efektif menurut ukuran manusia modern dan sibuk. Sampai di rumah, masing-masing telah lelah seharian di sekolah dan di pekerjaan. Orang tua merasa tugasnya sudah selesai dengan menyediakan sarana dan biaya pendidikan yang memadai, merekapun perlu waktu untuk beristirahat dan berdua (suami isteri) sedang si anak biarlah asyik dengan Pr nya atau PS nya. Pada saatnya si anak bertingkah tidak sesuai dengan yang diharapkan orang tua, maka sekolah atau gereja yang menjadi sasaran, biasanya nadanya demikian “ Kurang apa lagi Papa dan Mama, kan sudah disekolahkan disekolah yang faforit dan bergengsi lengkap dengan ekstra kurikuler dan keagamaan, hari minggu ikut sekolah minggu di gereja yang guru sekolah minggunya mendapat pendidikan rutin dengan materi yang standard, lalu kenapa koq jadi begini ?”
Saya tidak sedang mengatakan bahwa full day school itu tidak baik, tetapi jangan hal itu mengantikan peran orang tua dalam mendidik anak-anak.
Inilah kealpaan kita sebagai orang tua, kita melupakan apa yang telah diperintahkan Allah kepada bangsa Israel, itu juga perintah untuk kita pada saat ini (Ul. 6:7), berapa kali dalam sehari, seminggu bahkan sebulan kita membicarakan Firman Tuhan kepada anak-anak kita.
Bagaimana seharusnya hubungan prang tua dengan anak, agar didikannya dapat diterima si anak dengan baik ? Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Kolose telah membantu kita (Kol. 3 : 21) “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya”. Demikian juga untuk anak (Kol. 3 : 20) “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan”.
Jadi yang terutama bertanggung jawab dalam memberikan didikan Alkitabiah kepada anak-anak adalah Keluarga, bukan gereja atau sekolah minggu ataupun sekolah formal. Lembaga-lembaga tersebut hanya membantu didikan orang tua.

Perolehlah Hikmat dan Pengertian (5-9)

Hikmat bukanlah sesuatu yang mudah untuk didapatkan, karena hanya diberikan kepada mereka yang mau berusaha untuk mendapatkannya. Hikmat disalurkan melalui dua jalur :
1. Pendidikan.
Melalui pendidikan seorang akan mengalami perubahan rohani yang mencakup hal berbalik dari kejahatan menuju kepada pengenalan akan Allah. Hubungan pribadi dengan Allah menjadi langkah pertama dalam memperoleh hikmat sejati. Orang percaya harus takut akan Tuhan dan membenci kejahatan. (Ams. 8:13) Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat.
Ams. 9: 10 Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.

2. Pengabdian
Hikmat adalah untuk orang yang mengerti nilainya dan karena itu mencarinya dengan tekun Ams. 8:17 “Aku mengasihi orang yang mengasihi aku, dan orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku”. Orang yang bijaksana belajar dari ajaran Ams. 9:9 “berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah”. dan didikan Allah Ams. 3:11 Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya.
Yesus Kristus adalah perwujudan unggul dari Hikmat Allah (I Kor. 1:30) Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita.
Segala harta hikmat ada didalam Yesus Kristus (Kol. 2 : 2-3)
supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih, sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus, sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.

Selama setahun lebih saya telah melayani di Gereja POUK Maranatha ini, setiap minggu pertama setiap bulannya. Apapun yang saya sampaikan kepada Ibu Bpk. Sekalian tidak akan ada artinya bila ibu/bpk. dan saudara sekalian tidak mengerti nilai dari Firman Allah yang saya sampaikan. Tetapi dengan kita mengerti nilainya kita akan bertumbuh dan memiliki Hikmat Tuhan hingga pada gilirannya memiliki kerinduan untuk membicarakan/mengajarkannya siang dan malam sebagaimana perintah Tuhan dalam Ul. 6:7.
Isteri saya sejak muda berkecimpung di aktivitas Gereja, di komisi pemuda gereja dan komisi sekolah minggu. Meskin cukup lama menjadi guru sekolah minggu, sementara saya tidak pernah aktif dikegiatan gereja dimasa kecil dan muda saya, selain berjemaat, tetapi saat saya tanyakan apakah dia sudah pernah membaca Alkitab dari Kejadian hingga Wahyu, dia menjawab belum pernah. Seiring dengan perkuliahan saya di Teologia, saya selalu membicarakan hal-hal yang mencakup firman Tuhan kepadanya, terutama bila saya mendapatkan bacaan harian yang menarik, saya selalu menceritakan kepadanya, entah dia suka atau tidak. Tetapi sesuai dengan pengakuannya sendiri kepada saya, dia sama sekali tidak tertarik, bahkan sekalipun saya pernah menjanjikan kepadanya bahwa jika ia berhasil menyelesaikan pembacaan dari Kejadian sampai dengan Wahyu saya akan beri dia hadiah senilai Rp. 5 juta. Entah karena hadiah itu atau bukan, yang jelas apa yang menurutnya selama ini membosankan karena saya selalu menceritakan Firman Tuhan kepadanya setiap kali ada kesempatan, itulah yang sekarang dilakukannya kepada saya. Setiap saya kembali dari kantor dia selalu dengan antusias menceritakan nats-nats yang dibacanya dan mendiskusikannya dengan saya.
Saat ini isteri saya telah mengerti nilainya hikmat Allah, hingga ia tidak mau lagi melalukan hari tanpa membaca Firman Tuhan. Anak saya yang bungsu (6 thn) belum mengerti dengan jelas akan hal itu, tetapi dia sudah memulai membuka Alkitab setiap hari. Anak saya yang besar (10 thn) belum melakukannya, tetapi saya percaya pada saatnya dia akan melakukannya sekalipun saya tidak perlu memaksa dia, karena setiap hari itulah yang dia lihat. Bagaimana dengan anda ? Ingat kata Ki Hajar Dewantara, Ing Ngarso Sung Tulodo. (di depan /pemimpin memberi contoh).
Untuk dapat mengulang-ulang apa yang sudah saya sampaikan dalam setiap Kotbah, saya telah mempublikasikan catatan setiap kotbah di http://teologiawam.blogspot.com dengan media ini diharapkan dapat menolong kita untuk mengingat kembali hal-hal yang pernah saya sampaikan dalam kotbah minggu.
Simpulan :
Sebagai orang tua (ayah/ibu) dan keluarga adalah orang yang paling bertanggung jawab untuk memperkenalkan dan mengajarkan Hikmat Allah kepada anak-anak kita dengan mengajarkannya berulang-ulang dan terus menerus. Untuk dapat mengajarkan dengan benar, maka terlebih dahulu kita harus memperoleh hikmat dan pengertian melalui pendidikan yang memalingkan kita dari kejahatan menuju pengenalan yang benar akan Allah dan Pengabdian yang secara tekun mencarinya karena kita mengetahui nilainya.
Pada akhirnya kita akan memohon kepada Tuhan kita Yesus Kristus supaya Ia memberikan kepada kita Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. Biarlah kiranya doa Paulus kepada jemaat di Efesus, sebagai langkah awal kita untuk mendidik anak kita kepada pengenalan yang benar akan Hikamat Allah, seperti yang ada pada Efesus 1 : 17 :
“dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar”. Amin.

Disampaikan pada Kotbah Minggu 29 Juni 2008 Pkl. 10.15 GEREJA POUK MARANATHA MEDAN – SUMUT. (KOTBAH PERPISAHAN))

Minggu, 01 Juni 2008

PENGUTUSAN MENJADI MURID

Oleh : P. Erianto Hasibuan

MINGGU II SETELAH TRINITAS
Nats : Luk. 10 :1-12 BACAAN : Kel. 3 : 10-12

PENDAHULUAN :
Ketika masih kanak-kanak, saya punya hobby menonton film action ala Hongkong. Bintang film hongkong seperti Fu Shen, Chen Kuan Tai, Bruce Lee, Ti Lung dsb. Adalah nama-nama yang begitu akrab ditelinga saya dan mungkin ditelinga generasi se usia saya. Film mereka umumnya menceritakan hubungan guru dan murid. Thema-nya tidak jauh dari balas dendam. Ini memang tidak mendidik, tapi terlepas dari thema tersebut yang selalu saya nantikan dalam film tersebut adalah adengan saat si murid sedang latihan keras dalam menuntut ilmu kungfu dari gurunya. Si murid pada akhirnya akan menjadi miniatur dari gurunya, cara ia berkelahi, jurus yang dimiliki, bahkan hingga gaya bicaranya pun diikuti oleh muridnya. Kemampuan seorang murid akan mencapai puncaknya pada saat sang guru meninggal, karena dianiaya oleh kelompok lain. Jika pada saat gurunya hidup ia masih mau melalaikan jadwal latihannya atau berlatih sesukanya, tetapi pada saat gurunya telah almarhum, ia berlatih sangat keras dan melakukan seluruh yang pernah diajarkan gurunya kepadanya, semua ini didasari oleh motivasi balas dendam.
Nats kita pada saat ini berbicara mengenai pengutusan murid. Yesus memang masih hidup secara manusiawi pada saat itu. Tetapi bagi kita yang hidup saat ini Yesus adalah seorang guru yang telah membuktikan KASIHNYA kepada kita, bahwa IA mau dianiaya dan mati demi untuk menebus kita, agar kita diselamatkan dari hukuman yang kekal.
Saat ini, SANG GURU memanggil kita untuk di utus menjadi murid, bagaimana tanggapan kita atas panggilan tersebut ?
Siapa yang di utus ?
Ayat 1 Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain,..
Angka 70 adalah angka simbolis Yahudi yang menunjukkan tua-tua yang dipilih untuk membantu Musa (Bi. 11:16); Juga angka anggota Sanhendrin, dewan tertinggi Yahudi. Juga dipercaya sebagai jumlah dari bangsa-bangsa di dunia (Kej.10), yang menunjukkan pandangan yang bersifat universitalitas.
Dengan demikian ayat ini menunjukkan bahwa Yesus mengutus mereka ke segala bangsa, dan tidak terbatas pada bangsa tertentu. Mereka yang di utus bukanlah para RASUL tetapi murid yang lain, yang boleh jadi adalah orang-orang biasa (Kis. 11:20)
Yesus saat ini juga memilih setiap kita untuk di utus menjadi murid. Menjadi utusan berarti Mewakili Tuhan. Karena kita akan mewakili Tuhan maka apa yang kita sampaikan adalah maksud Tuhan semata, artinya untuk menjadi utusan kita harus mengenal dengan baik siapa yang kita wakili dan apa yang hendak Ia sampaikan melalui kita. Dengan demikian kita tidak hanya sebagai penyampai pesan dalam kata-kata, tetapi prilaku dan gaya hidup kita juga menggambarkan siapa yang mengutus kita. Seperti halnya seorang murid yang menjadi miniatur sang guru.

Mengapa kita di utus sebagai murid ?
Karena :
Ayat 2 . "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.

Melalui ayat ini, juga ayat pararel (Mat.9:37) Yesus memperingatkan semua orang percaya bahwa orang yang terhilang mempunyai jiwa abadi yang sangat berharga dan harus tinggal di sorga atau neraka, dan banyak dari mereka dapat diselamatkan apabila ada yang memberitakan injil kepada mereka.

Ayat 2b Mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu
Ayat. 3 Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.

Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak melupakan salah satu prinsip rohani Allah sendiri. Sebelum Allah bertindak biasanya IA memanggil umatnya untuk berdoa. Hanya setelah umatnya berdoa, barulah Allah melakukan pekerjaanNya. Jadi bagaimana Allah mengirimkan pekerja-pekerjaNya bila kita sendiri tidak pernah berdoa ?.
Jadi murid diperlukan untuk mengembalikan orang-orang yang terhilang, hingga pada saatnya jiwanya yang abadi akan tinggal di sorga. Tetapi panggilan untuk Pergi bukanlah pekerjaan yang mudah, karena para murid susungguhnya pergi ketengah-tengah serigala. Mengapa Lukas menuliskan hal tersebut ?. Pada saat Lukas menuliskan Injilnya sekitar tahun 60-63 M. Saat itu pemimpin Roma adalah Kaisar Nero (54-68). Nero pasca membunuh ibunya Agrippina thn 59M, ia menjadi raja yang tak terkendali. Kebenciannya terhadap pengikut Kristus telah dimulai dengan penganiayaan, sekalipun belum sedasyat pasca kebakaran besar di Roma thn 64 M. Pada masa itu, ia menuduh orang Kristen yang melakukan pembakaran tersebut untuk mengalihkan tuduhan terhadap dirinya yang berambisi membangun Gedung Emasnya, yaitu sebuah Istana megah yang dibangun di atas bukit Esquilline seluas 50 Ha.
Bagaimana sikap seorang murid yang diutus ketengah serigala ? Penulis Injil Matius memberikan jalan keluar Mat. 10:16 "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Ayat yang baik ini, cenderung banyak disalah artikan oleh banyak kalangan dengan memberi arti negatif kepada kata cerdik. Dalam bahasa aslinya (Yun) kata itu berasal dari phronimos (fronimos) yang digunakan sebanyak 14 kali, antara lain digunakan dalam Mat. 7:24; 24:25; 25:2,4,8,9;Luk.12:42; 1Kor.10:15; 2Kor.11:19 yang diterjemahkan dengan bijaksana. Dengan demikian phronimos sesungguhnya berarti positif, sehingga dapat saja Mat. 10:16 diterjemahkan menjadi bijaksana seperti ular dan tulus seperti merpati. (Terjemahan ini mungkin sulit bagi pembaca karena pemahaman bahwa ular adalah si “pendosa” yang menggoda Hawa untuk jatuh kedalam dosa. Jadi bagimana mungkin si “pendosa” yang terhukum disebut dengan bijaksana).
Dengan demikian seorang murid yang akan di utus ketengah-tengah serigala haruslah murid yang bijaksana dan tulus. Jadi serigala tidak ditaklukkan dengan kekerasan tetapi dengan bijaksana dan tulus, yang juga merupakan perwujudan dari buah-buah Roh yang ajarkan Sang Guru Agung kepada kita.

Fokus Pada Panggilan
Ayat 4 Seorang murid yang akan memberitakan Firman Tuhan haruslah fokus pada tugas panggilannya, sehingga ia tidak boeh dibebani hal-hal yang bersifat :
1. Materialitas (4a)
Murid harus dapat berjalan dengan cepat ketempat tujuannya, tanpa harus dibebani dengan perkara-perkara makan dan minum serta peralatan lainnya. Situasi saat itu transportasi bukan seperti saat ini, setiap murid dalam kebiasaan orang Yahudi selalu membawa keranjang dipundaknya yang dapat diisi dengan berbagai keperluan termasuk makanan. Ingat, mengapa saat Tuhan Yesus memberi makan lima ribu orang ada sisa 12 bakul, karena kedua belas murid Yesus masing-masing membawa satu bakul. Perjalanan yang cukup jauh, umumnya ditempuh dengan jalan kaki. Berjalan kaki dengan bekal macam-macam akan memperlambat ruang gerak para murid. Dalam hal ini Tuhan Yesus mengajarkan agar para murid tidak dibebani oleh hal-hal yang bersifat material, yang dapat mengganggu tugas panggilannya.
Bukankah hal ini juga kerap kita alami saat ini. Kita merespon panggilan Tuhan, bahkan mungkin kita mengatakan “ini aku Tuhan, utuslah aku” Tapi pada saat yang hampir bersamaan kita mengkawatirkan akan bagaimana dengan barang daganganku bila aku harus ke gereja pada hari minggu, padahal justru hari minggulah jualanku laku. Sebagai pelayan memang kita sering mudah terpikat dengan hal-hal yang material, ah lebih baik melayani si A karena kalau ketempatnya pasti ada sesuatu, tapi kalau si B pasti kosongan. dst.

2. Hal-hal kecil yang menggangu tugas panggilan (4b)
Janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Nats ini bukanlah pengajaran untuk tidak ramah, tetapi kita jangan diganggu dengan hal-hal yang kecil. Memberi salam berarti berhenti berjalan dan bertegur sapa sesaat untuk meluangkan waktu berbicara akan hal-hal yang tidak begitu penting. Hal-hal kecil jangan sampai mengganggu hal besar yang akan dituju. Pada etnis Batak banyak ditemukan kumpulan (arisan) yang didasari pada ikatan marga. Kumpulan ini Pada saat pendirian kumpulan itu tujuannya adalah untuk mempererat persekutuan dan memuji nama Tuhan, sehingga setiap pertemuan selalu dimulai dengan ibadah singkat dan kotbah. Tetapi tujuan mulia ini pada akhirnya akan menjadi rutinitas yang kalau perlu lebih dipersingkat lagi karena peserta membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk bermain joker, atau hal-hal yang tidak begitu penting.

Tugas seorang utusan
Ayat 5-12 Tugas seorang utusan tidaklah selalu direspon dengan positif. Dalam hal utusan diterima beritakanlah bahwa Kerajaan Allah sudah dekat padamu (9) dan sembukanlah orang-orang sakit yang ada disitu. Artinya keadaan orang yang menerima pemberitaan akan dipulihkan (diubahkan). Bagaimana dengan penolakan, bila itu yang terjadi pemberitaan tetap harus dilakukan, karena pemberitaan tidak tergantung pada si penerima. Tetapi dalam hal ini tidak terjadi penyembuhan terhadap orang sakit ditempat itu, tetapi yang terjadi adalah pemberitaan akan hukuman (12).
Dengan demikian Kabar baik yang disampaikan yaitu Kerajaan Allah sudah dekat padamu bagi yang menerima akan disembuhkan tetapi bagi yang menolak akan mendapatkan hukuman bahkan yang lebih berat dari Sodom.

Simpulan
Bagaikan seorang murid pada cerita kungfu yang berlatih siang malam untuk dapat mewarisi ilmu yang dimiliki oleh gurunya yang telah mati teraniaya, agar ia dapat membalaskan dendam sang guru. Kita yang saat ini sebagai murid Yesus, yang telah mati teraniaya demi pembebasan kita dari hukuman abadi, sudah seyogianya juga berlatih siang malam untuk menjadi segambar dengan sang guru yaitu Yesus Kristus, sehingga kita dapat menjadi utusan yang mewakilinya untuk membawa jiwa-jiwa yang abadi untuk tinggal di sorga, karena Tuaian memang banyak tetapi pekerja sedikit. Sekalipun sebagai pekerja kita diutus ketengah-tengah serigala, tetapi dengan menjadi murid yang bijaksana dan tulus kita dapat menjadi pekerja yang baik karena kita tetap fokus kepada panggilan untuk memberitakan kabar baik yaitu Kerajaan Allah sudah dekat padamu.


Disampaikan pada Kotbah Minggu 1 Juni 2008 Pkl. 10.15 GEREJA POUK MARANATHA MEDAN – SUMUT.

Dipanggil untuk melayani

Nats : Roma 8 : 28

Mengapa Orang Kristen Harus Melayani?
Menjadi pelayan bukanlah pekerjaan yang paling digemari di dunia. Ada yang melakukannya karena terpaksa, karena hanya itulah yang dapat mereka lakukan. Ada yang melakukannya sebagai suatu profesi sehingga mereka menjadi ahli dalam melayani, seperti halnya di Inggris. Tetapi pada umumnya orang dari kebudayaan mana pun, tidak suka melayani orang lain. Namun mengapa orang-orang Kristen dipanggil untuk melayani.
Pernahkah anda berfikir, mengapa Allah tidak segera saja mengambil orang-orang yang telah diselamtkannya dari dunia ini dan membawanya kedalam sorga. Mengapa mereka masih tetap dibiarkan didunia ini. Bukankah itu artinya kita diminta untuk bekerja untuk mewujud nyatakan rencana Allah di dunia ini. (Ingat perumpamaan gandum dan ilalang Mat.13:24-30)
Apakah setiap orang Kristen dipanggil untuk melayani? Bagaimana mengetahui panggilan Tuhan?
Mungkin kita berfikir bahwa yang dipanggil untuk melayani adalah para pekerja gereja, seperti Pdt, Pastor, Teolog, maupun mereka yang bergelut di lembaga penginjilan. Jadi bagaimana dengan kita sebagai jemaat biasa ?
Bacaan kita Roma 8 :28 "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah".
Ayat tersebut di atas memberitahu kita dua hal:
1. Orang-orang yang mengasihi Tuhan adalah mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya.
2. Tuhan berjanji bahwa Ia turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka.
Dalam Perjanjian Baru, istilah "dipanggil" (Kletos) dan "panggilan" (Klesis) timbul 22 kali. Semuanya menyatakan panggilan Tuhan kepada umat-Nya untuk sesuatu maksud yang rohani. Panggilan-panggilan ini tidak melulu panggilan untuk menjadi seorang pendeta atau missionari, melainkan seluruh jemaat dipanggil oleh Tuhan dimana "kletos" + kata depan "ek" = "ekklesia." Istilah "ekklesia" timbul dalam Perjanjian Baru sebanyak 115 kali, yang berarti "the called-out ones" dan diterjemahkan sebagai "gereja."
Suatu gereja yang didirikan oleh Tuhan pasti terdiri atas individu-individu yang dipanggil oleh Tuhan. Mereka dipanggil ke luar dari keduniawian dan masuk ke dalam Kristus. Segala aktivitas dan cara hidup dalam gereja seharusnya :
tidak "serupa dengan dunia" (Rom 12:2), melainkan "berpadanan dengan panggilan itu" (Ef 4:1).
Ada 2 Jenis panggilan,
Pelayan Tuhan secara "Full time." (Rom 1:1) Paulus mengatakan bahwa ia "dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah"
Pelayanan umum yang harus dilakukan setiap orang Kristen (Rom 1:6; 1Kor 7:22) Paulus mengatakan bahwa anggota-anggota di jemaat Roma dan Korintus juga dipanggil oleh Kristus dalam pelayanan-Nya. Tiada seorang pun yang boleh berdalih bahwa ia tidak dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan. Semua anak Tuhan adalah pelayan Tuhan.
Secara praktis, banyak orang Kristen mempunyai alasan yang masuk akal untuk tidak terjun ke dalam pelayanan. Misalnya: "Aku tidak mempunyai talenta: Aku tidak berpendidikan tinggi; Aku lemah dan bodoh" dan lain-lain. Sebaiknya orang-orang tipe ini membaca 1Korintus 1:26-28 Sesungguhnya tidak ada yang mampu tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, meniadakan apa yang berarti ...". Ayat-ayat ini bukan berarti semua orang yang dipakai oleh Tuhan adalah yang bodoh-bodoh, memakai kita. Bahkan Tuhan berjanji akan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia (Rom 8:28).
Dalam masyarakat modern yang berkompetisi tinggi, perusahaan-perusahaan dan organisasi-organisasi dunia hanya mau memakai orang-orang yang "pandai, cakap, kuat dan mulia." Tetapi Tuhan memanggil segala macam orang yang "mengasihi Dia" (Rom 8:28) dan "yang kudus" (Ef 4:12), untuk diperlengkapi bagi pekerjaan pelayanan. Istilah "diperlengkapi" (katartismos Ef 4:12), boleh diterjemahkan "dipersenjatai" atau "disempurnakan." Syukur kepada Tuhan bahwa karena kerelaan melayani Tuhan, maka kita yang lemah dan bodoh "diperlengkapi" menjadi orang-orang yang pandai dan kuat. Seorang tokoh iman yang bernama A.W. Tozer mengatakan: "Tuhan hanya dapat memakai orang yang selalu bersukacita dan tidak menolak didikan atau ajaran Tuhan."
Ada banyak orang yang melayani Tuhan secara "temprary." Artinya, kalau ia "senang hati, lancar, banyak berkat, dipuni" maka ia mau melayani Than. Tetapi kalau keadaan memburuk, maka ia tidak lagi berminat untuk melayani. Ini adalah sifat manusia yang egois. Ingatlah bahwa "Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya" (Rom 11:29). Panggilan Tuhan bersifat "permanen", bukan "sementara."
Yang terakhir, bagaimana kita mengetahui panggilan Tuhan atas diri kita masing-masing?
1. "Berusahalah sungguh-sungguh" (2Pet 1:10a) untuk mengetahui panggilan Tuhan.
2. "Jika kamu melakukannya (taat), kamu tidak pernah tersandung" (2Pet 1:10b).
3. Mintalah (berdoa) ... supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apa yang terkandung dalam panggilan-Nya (Ef 1:17-18).
4. Semakin kita mengasihi Tuhan, semakin kita meyakini panggilan Tuhan. Menurut Roma 8:28 "mereka yang mengasihi Dia" identik dengan "mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." Maka ketaatan terhadap perintah Tuhan dan dorongan kasih kepada-Nya itulah yang mendasari pelayanan kita.
Setelah kita mengerti panggilan Tuhan, marilah kita siap untuk terjun ke dalam pelayanan dengan segenap hati dan pengucapan syukur. Sebagaimana ada sebuah poster yang mengatakan: "Uncle Sam needs you" demikian pula "we (our chruch) need you" Gereja membutuhkan orang Kristen yang mengasihi Tuhan dan rela melayani-Nya.

Disampaikan pada ibadah Kamis pagi di RSU Methodist Medan, 22 Mei 2008.