SELAMAT DATANG DI "TEOLOGI KAUMAWAM"

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih telah mampir di blog yg sederhana ini. Kami sangat berterimakasih bila saudara berkenan memberi tanggapan atas tulisan yang saudara baca di blog ini. Karena dengan tanggapan itu kami akan dapat belajar dan berbagi, sebab untuk itulah blog ini dibuat agar hidup kita tetap terpelihara dalam persekutuan. Semua tulisan dalam blog ini dapat dikutip dengan tetap mencantumkan sumbernya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Pax Vobiscum, Erianto Hasibuan

Selasa, 04 Maret 2008

GEREJA BAGI ORANG LAIN

Oleh : P. Erianto Hasibuan

MINGGU LETARE = TAMPAKLAH

Nats : Kis. 3 : 1-10 BACAAN : Mzm. 126 : 1-6


PENDAHULUAN :
Tom adalah salah seorang yang tidur nyenyak dipagi hari. Dia tidak akan pernah bangun untuk pergi ke sekolah sebelum ibunya memanggil dan menjaganya sampai terbangun. Beberapa waktu kemudian, dia keluar dari sekolah dan magang di sebuah kota. la tinggal di sebuah rumah kost. Hadiah perpisahan dari ayahnya adalah sebuah jam weker. Tom berkata, ”Bagus; sekarang saya akan bisa bangun.”
Di kamarnya yang baru, dia meletakkan jam wekernya itu di atas meja, tapi pada malam pertama dia lupa menyetelnya. Ia tahu bahwa la lupa menyetel wekernya itu, namun karena la sudah berada di atas tempat tidur, ia malas untuk bangun dan menyetel wekernya itu. Pagi hari berikutnya, dia terlambat bangun dan terlambat satu jam di tempat kerja. Hal yang sama terjadi pada malam berikutnya, dan seterusnya. Setelah dia datang terlambat pada beberapa pagi hari, majikannya berkata, "Hal ini tidak bisa terus-menerus terjadi. Jika ini terjadi lagi, saya akan menulis surat kepada ayahmu dan memberi tahu dia bahwa kamu tidak cocok untuk pekerjaan ini."
Tom tidak ingin hal ini terjadi, maka malam itu dia teringat untuk menyetel wekernya. Pada pagi berikutnya, weker itu membangunkannya, tapi dia berpikir untuk tidur lima menit lagi; dia pun tertidur lagi, dan untungnya, terbangun tepat pada waktunya untuk segera bergegas berangkat kerja tanpa sempat sarapan pagi.
”Saya sungguh bodoh,” pikirnya. "Saya memiliki jam weker, tapi la tidak berguna kalau saya tidak menggunakannya.”
Maka dia bertekad untuk menyetel Jam itu setiap malam sebelum melepaskan pakaian untuk tidur, dan setiap pagi bangun ketika jam itu membangunkannya. Dia tetap setia dengan hal ini, dan hasilnya segalanya lancar.
Hal ini serupa dengan rahmat yang tidak akan berguna jika kemauan bebas kita tidak bekerja sama dengannya.
Bacaan kita dalam Epistola Mzm 126 menyatakan bahwa Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersuka cita (Mzm 126 :3), apakah kita saat ini, kita masih dapat bersuka cita atas perkara-perkara yang dilakukan Allah kepada kita?, ataukah kita sudah melupakan Rahmat yang diberikan Allah kepada kita seperti halnya dengan Tom ?

GEREJA UNTUK SIAPA ?
Bila kita perhatikan Nats kita Kis. 3 : 1-10, ini mengisahkan bagaimana kehidupan para Murid Pasca kenaikan Tuhan Yesus, Jika kita melihat kebelakang, pada saat Tuhan Yesus mengutus kedua belas muridnya dan bagaimana mereka gagal menyembuhkan seorang anak yang sakit ayan versi Matius : 17 :14-21; mengusir roh dari seorang anak yang bisu versi Mrk.9 : 14-29 dan Luk 9 : 37-43a. Dalam Injil Matius dijelaskan mengapa para murid tidak dapat megusir setan tersebut, jawab Yesus adalah ” karena mereka (para murid) kurang percaya” (Mat. 17 :20).
Pada saat itu mereka masih bersama-sama dengan Yesus, tetapi justru mereka gagal untuk melakukan tugas mereka, pada saat Yesus telah naik ke Surga dan Ia mencurahkan Roh Kudus kepada mereka, mereka menyadari kuasa Roh Kudus yang dicurahkan kepada mereka, sehingga Mujizat dapat terjadi karena Iman mereka ” Demi nama Yesus Kristus orang Nazareth itu” (Kis.3:6b)
Iman Petrus diawali dengan kesadarannya, bahwa ”Emas dan perak tidak ada padanya” (Kis.3 :6a) tetapi justru ia memiliki hal yang lebih berharga yang dibutuhkan oleh si lumpuh. Bagaimana dengan kita yang dipilih Tuhan menjadi warga gereja, pengurus gereja, masihkah kita menyadari bahwa kita memiliki hal yang lebih berharga dari Emas dan Perak ?. Apakah yang dibutuhkan setiap orang yang datang ke Gereja ?, mereka sepertinya hanya membutuhkan belas kasihan agar dapat bertahan hidup seperti halnya si lumpuh, tetapi sesungguhnya yang ia butuhkan adalah kekuatan yang dapat melepaskan dia dari kelemahan yang seolah terlihat permanen baginya dan tidak akan tersembuhkan. Sebagaimana masyarakat mengenalnya sebagai seorang yang biasanya duduk meminta sedekah di Gerbang Indah ? (Kis.310 b)
Jika kita telaah lebih lanjut dari bacaan ini, dikatakan yang naik kedalam Bait Allah adalah Petrus dan Yohanes, tetapi yang menyapa adalah Petrus, mengapa bukan Yohanes?, apakah karena Petrus pemimpin mereka ? bisa jadi, tapi yang kita ketahui, Petrus memiliki karakter yang ekspresif dan responsif, karakter Petrus ini sesungguhnya sesuai dengan karakter kita orang Batak, yang reaktif dan responsif. Karakter ini ternyata tidaklah selalu negatif seperti yang selalu digambarkan orang, tetapi dapat juga digunakan kepada hal yang positif seperti yang dilakukan Petrus. Tapi jangan kita reaktif karena hal-hal yang membuat orang yang kuat menjadi lemah, atau orang yang sedikit lemah justru menjadi seperti orang lumpuh yang tak berdaya. Seperti contoh, jika kita melihat orang yang tidak biasanya duduk di tempat yang biasa kita duduki atau kelompok koor kita duduk, apakah kita menyapanya dengan ramah sehingga ia menjadi dikuatkan dan nyaman di lingkungan tersebut atau sebaliknya justru kita memandang dengan sinis, sehingga ia minggu depan tidak akan berani datang ke gereja ini, atau kalaupun datang ia akan duduk di bagian belakang paling pojok agar tak seorang pun dapat memandang dia dengan sinis, dan dapat keluar dengan cepat tanpa harus bersalaman dan bertegur sapa dengan yang lain.
Petrus menyembuhkan pengemis yang ada di pintu gerbaing Bait Allah, tentu ia bukan bagian dari jemaat di Bait Allah itu, ia hanya ada di pintu gerbang untuk mengharapkan sedekah untuk bertahan hidup, tetapi Petrus berkenan menyembuhkannya, artinya Petrus tidak membatasi diri kepada lingkungan Gereja, tetapi dia memberi contoh bahwa kehadiran Kristus, yang diwakili oleh Gereja Tuhan dan jemaatnya juga harus dapat dirasakan oleh orang lain yang diluar gereja. Kehadiran gereja yang dapat dirasakan oleh orang lain tentu tidak hanya diukur oleh kemampuan materi gereja tersebut, sebab Petrus juga mengatakan Emas dan Perak tidak ada padaku, tetapi justru yang diberikan adalah hal yang lebih berharga dari itu, yaitu hal-hal yang dapat menolong orang lain terbebas dari kelemahannya (kelumpuhannya), sebagai contoh kecil, jika warga gereja memiliki talenta dibidang musik atau vokal, dapatkah orang disekitar kita merasakan talenta kita tersebut ? atau justru mereka merasakan talenta itu sebagai pengganggu ketenangan mereka ?.
Di berbagai tempat sering terjadi perusakan Gereja, dan kita langsung bereaksi bahwa kebebasan beragama tidak dijamin di negara ini, tapi pernakah kita merenungkan bagaimana kehadiran Gereja bagi orang lain ?, apakah Gereja mereka rasakan hanya sebagai pengganggu ? misalnya ada disuatu tempat Gereja didaerah pemukiman penduduk yang mayoritas non Kristen, dari kalangan sederhana. Setiap minggu bahkan 2 hingga 3 kali seminggu, jalanan mereka menjadi macet karena banyaknya mobil mewah parkir disekitar tempat tinggal mereka, bahkan tidak jarang menghalangi jalan mereka, sehigga becak mereka tidak dapat keluar. Yang mereka rasakan hanyalah kehadiran gereja sebagai pembuat masalah, dan menggangu aktivitas mereka, belum lagi warganya yang sombong dan eksklusif. Apakah demikian fungsi gereja ? Jemaat mula-mula digambarkan sebagai ”Mereka disukai semua orang” (Kis. 2 :47 b).

PENUTUP
Jika jemaat mula-mula dikatakan Mereka disukai semua orang, maka pada saat ini kita juga diajak untuk dapat menjadikan Gereja kita menjadi tempat bagi siapapun termasuk orang lain, bagaimana hal ini dapat di wujudkan, apabila setiap orang yang ada didalam gereja, pengurus gereja, dan keluarganya, dan warga jemaat dan keluarganya disukai oleh semua orang.
Bagaimana kita dapat disukai semua orang ?
1. Sadarilah bahwa anda memiliki rahmat (talenta) yang harus digunakan, seperti Tom dan Jam bekernya, jika Jam bekker hanya dibiarkan tanpa distel maka ia tidak akan berfungsi. Talenta anda harus digunakan dengan nyata kepada siapa saja, sehingga Talenta itu dapat memberi kekuatan bagi orang lain secara nyata, sehingga seperti minggu kita sat ini Letare yang artinya tampaklah.
2. Sebagai etnis Batak yang responsif dan reaktif, kita dapat menggunakannya seperti Petrus, yaitu untuk membebaskan orang dari kelumpuhannya, sehingga ia dapat dengan bebas memuji Allah dan masuk kedalam bait Allah (Kis.3:8), kuatkanlah yang lemah dan bebaskanlah yang tebelenggu.

Akhirnya, Gereja kita dapat menjadi gereja bagi orang lain, karena Kritus juga hadir bagi siapa saja, melampaui batas-batas keanggotaan gereja, kewarga negaraan dan bahkan melampaui etnis. Mari kita wujudkan Gereja untuk semua orang karena warganya disukai oleh semua orang. Kiranya Tuhan menolong kita menjadikan Letare (nyatlah/tampaklah) ditegah-tengah kehidupan kita. Amin !

Disampaikan pada Kotbah Minggu 2 Maret 2008 Pkl. 10.15 GEREJA POUK MARANATHA MEDAN – SUMUT.