SELAMAT DATANG DI "TEOLOGI KAUMAWAM"

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih telah mampir di blog yg sederhana ini. Kami sangat berterimakasih bila saudara berkenan memberi tanggapan atas tulisan yang saudara baca di blog ini. Karena dengan tanggapan itu kami akan dapat belajar dan berbagi, sebab untuk itulah blog ini dibuat agar hidup kita tetap terpelihara dalam persekutuan. Semua tulisan dalam blog ini dapat dikutip dengan tetap mencantumkan sumbernya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Pax Vobiscum, Erianto Hasibuan

Sabtu, 10 September 2011

Pengampunan Jalan kepada kebebasan

               Sebagai pengikut Kristus, sudah pasti kita dituntut menjadi orang-orang yang istimewa, artinya tidak biasa. Sebut saja kejahatan, selayaknya dibalas dengan kejahatan, sebagaimana thema film laga dan sinetron yang tak lepas dari “balas dendam”. Namum Yesus mengajarkan untuk mengasihi musuh dan berdoa buat orang yang menganiaya kita (Mat. 5:44).
Demikian halnya dengan pengampunan, secara sadar maupun tidak sadar, dunia telah mengajarkan kepada kita, bahwa mengampuni adalah sebuah kekalahan besar. Setiap orang yang mengampuni sesamanya di”persepsikan” kehilangan banyak hal. Rugi besar istilah orang dagang. Kalau kita mau untung, kita harus menghukum seberat-beratnya (menghakimi) orang yang bersalah, agar kita di”persepsikan” mendapat kemenangan besar.
  Setidaknya situasi tersebut terjadi pada jemaat di Roma, mereka yang memegang teguh peraturan-peraturan, termasuk soal makanan dan memelihara hari-hari tertentu, mengahakimi kelompok yang tidak melakukan hal tersebut sebagai “terdakwa”. Sebaliknya kelompok yang mempercayai kebebasan kristen, sehingga tidak lagi tunduk terhadap larangan soal makan dan hari-hari tertentu , menghina kelompok lain.
Masing-masing kelompok menggunakan pengetahuan dan pemahamannya bukan sebagai berkat bagi orang lain, tetapi sebagai sarana untuk mencari kesalahan orang lain. Masing-masing kelompok “asyik” untuk mencari kesalahan orang lain, sebagai sarana untuk menghakimi, bukan untuk bertumbuh dan saling menguatkan.
Menjadi Kristen tidaklah otomatis membuat kita mampu mengerti sepenuhnya anugerah Allah dan pola hidup baru di dalam kristus. Yusuf adalah tokoh yang mengerti benar akan hal itu. Saat Yakub meninggal dan saudaranya cemas akan pembalasan yang akan dilakukan Yusuf kepada mereka atas dosa masa lalu mereka, dan Yusuf memiliki kekuasaan dan kesempatan untuk membalaskannya. Tetapi yang diucapkan Yusuf adalah “ …aku inikah pengganti Allah? (Kej.50:19b), ini adalah pengakuan yang sempurna akan anugerah Allah, bahwa Yusuf tidak berkehendak “merampas” kedaulatan Allah, dan ia mengampuni dan menerima saudara-saudaranya tanpa syarat, bahkan menjamin kehidupan mereka.
Yusuf tidak berlaku seperti seorang hamba raja, yang berhutang sepuluh ribu talenta, saat hutangnya yang sangat besar dan bahkan tidak mungkin untuk dilunasinya, dihapuskan, oleh karena raja berbelas kasihan (Mat.18:24-27), tetapi  hamba itu gagal mengampuni orang lain yang berhutang padanya hanya seratus dinar, suatu jumlah yang sangat tidak berarti (Mat.18:28-30). Yusuf istimewa, karena ia memiliki pengakuan yang tidak biasa: “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, … (Kej. 50:20)
Tidak ada yang berkurang dari Yusuf saat dia mengampuni, justru yang terjadi dia menghilangkan seluruh beban masa lalunya, dan menggapai masa depan yang sangat cerah dan penuh dengan keberhasilan, sekalipun banyak orang yang mereka-rekakan yang jahat bagi dia. Anda ingin hidup terbebas dari masa lalu yang suram? Dapatkan kebebasan anda dengan cara mengampuni secara total, tanpa pernah merampas hak Allah untuk menghakimi. (ERH08092011) Dimuat pada Renungan Warta Minggu, 11 September 2011-GKI KP