SELAMAT DATANG DI "TEOLOGI KAUMAWAM"

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih telah mampir di blog yg sederhana ini. Kami sangat berterimakasih bila saudara berkenan memberi tanggapan atas tulisan yang saudara baca di blog ini. Karena dengan tanggapan itu kami akan dapat belajar dan berbagi, sebab untuk itulah blog ini dibuat agar hidup kita tetap terpelihara dalam persekutuan. Semua tulisan dalam blog ini dapat dikutip dengan tetap mencantumkan sumbernya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Pax Vobiscum, Erianto Hasibuan

Sabtu, 26 Maret 2011

Panggilan

Tahun 2003 saat memasuki tahu ke tiga tinggal di kota Medan dan berjemaat di GKI Sumut Tanjung Rejo, seorng Pdt. Jemaat didampingi ketua majelis secara tidak diduga mengunjungi kami. Apa yang disampaikan kepada kami sangat mengejutkan, mengingat sebagai jemaat baru, kami hanyalah warga jemaat yang pasif dalam aktivitas gerejawi, kecuali kebaktian minggu rutin atau perayaan hari kebesaran keagamaan. Di luar aktivitas tersebut kami sama sekali tak terlibat.

Undangan untuk menjadi majelis gereja (Pnt) adalah sebuah kemustahilan bagi ku secara pribadi, kerena sejak kecil aku memang tidak pernah aktif sebagai pengurus di berbagai aktivitas gereja, kecuali ibadah rutin dan perayaan hari besar keagamaan. Tinggal dilingkungan keluarga yang taat memang ku alami sejak masa kecil ku, ompungku (kakek) adalah seorang majelis (Sintua/St) di HKBP Sipinggol-pinggol. Beliau termasuk tokoh dan taat, setidaknya pasangan suami isteri (kakek/nenek) ini tidak akan meninggalkan rumah sebelum melakukan renungan dengan bernyanyi dan membaca Bibel (sebutan Alkitab buat etnis Batak), demikian halnya di malam hari setelah mengakhiri aktivitas sebelum tidur.

Tetapi undangan yang menurutku tidak masuk akal dan kemustahilan tersebut, telah membawa ku sebagai langkah awal menekuni dunia teologi. Satu masa periode di Jemaat ku selesaikan, demikian halnya satu priode di klasis, tetapi satu periode di Sinode dan Yayasan belum sempat ku selesaikan karena aku di mutasi ke Jawa.

Saat ini, panggilan itu hadir kembali dan sebentar aku akan diteguhkan. Sekalipun aku bukanl lagi awam di aktivitas pelayanan dan teologi, sebagaimana yang kualami tahun 2003, tetapi tantangannya pasti lebih kompleks, mengingat anak ku sudah semakin besar dan butuh perhatian, waktu tempuh dari tempat kerja ke rumah dan ke pelayanan yang sangat tidak dapat diprediksi. Untuk itu, aku akan tetap mengingat apa yang penah disampaikan sang Pdt. Thomas Supardji, saat menawariku menjadi majelis tahun 2003, “sesungguhnya tidak ada yang mampu, tetapi Allah yang memampukan mereka yang mau menyambut panggilannya”. Kiranya Tuhan jua yang memampukan ku, sebagai alat Nya, karena tuaian begitu banyak ..... (has,27032011 : 07:20)