SELAMAT DATANG DI "TEOLOGI KAUMAWAM"

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih telah mampir di blog yg sederhana ini. Kami sangat berterimakasih bila saudara berkenan memberi tanggapan atas tulisan yang saudara baca di blog ini. Karena dengan tanggapan itu kami akan dapat belajar dan berbagi, sebab untuk itulah blog ini dibuat agar hidup kita tetap terpelihara dalam persekutuan. Semua tulisan dalam blog ini dapat dikutip dengan tetap mencantumkan sumbernya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Pax Vobiscum, Erianto Hasibuan

Selasa, 21 Juni 2011

DIPANGGIL UNTUK MENERIMA BERKAT

Nats      : 1 Pet. 3 : 8-12


Pendahuluan :
             Seorang Kristen datang ke tukang cukur langganannya untuk bercukur rambut dan jenggotnya. Mereka mengobrol dan sampai ke hal tentang Tuhan. Tukang cukur itu berkata: “Saya tidak percaya Tuhan itu ada seperti yang Anda percayai.”  “Mengapa kamu berpikir demikian?” Tanya orang Kristen itu. “Ah, itu sangat mudah; Anda cukup pergi keluar dan melihat bahwa Tuhan tidak ada. Bila Tuhan ada, mengapa banyak orang sakit? Mengapa banyak anak terlantar dan cacat? Bila Tuhan ada, maka tak ada penderitaan dan kepedihan. Akankah terjadi pembunuhan dan bahkan perang? Saya tak dapat membayangkan bahwa Tuhan yang penuh kasih akan membiarkan semuanya itu terjadi.”
            Orang Kristen itu tidak ingin berdebat dan tak dapat menemukan jawab yang tepat terhadap logika si tukang cukur. Tukang cukur itu selesai melakukan pekerjaannya dan orang Kristen itu pergi keluar dan di depan ia melihat seorang laki-laki duduk di pinggir jalan. Rambut dan jenggotnya panjang yang tentu memerlukan perhatian dari si tukang cukur (orang itu tampak kusam dan kotor).
Orang Kristen itu berbalik dan kembali ke tukang cukur itu dan berkata: “Tahukah kamu? Tukang cukur jelas tidak ada!”  “Mengapa kamu mengatakan tukang cukur tidak ada?” seru tukang cukur itu. “ Ini, saya di sini dan saya adalah tukang cukur. Saya baru saja mencukur rambut Anda!!!”
 “Tidak!” jawab orang Kristen itu. “Tukang cukur tidak ada; kalau mereka ada, maka tak ada orang dengan rambut panjang dan jenggot lebat seperti orang di luar itu, yang duduk di tepi jalan.” “Oh, tukang cukur sungguh ada! Yang terjadi adalah orang harus datang dulu pada saya. Ia harus mencari saya!”
 “Anda memang benar!” tegas orang Kristen itu. “Dan inilah persoalannya. Tuhan memang ada, yang terjadi adalah orang tidak pergi padaNya dan mencariNya. Oleh karena itu banyak kepedihan dan penderitaan di dunia.”
Ilustrasi ini menggambarkan kepada kita bagaimana keraguan banyak orang terhadap keberadaan Tuhan pada saat mereka mengalami penderitaan atau bahkan saat mereka menyaksikannya. Surat 1 Petrus ditulis untuk memberi nasehat kepada kelompok-kelompok orang Kristen yang terserak-serak, termasuk didalamnya adalah mereka yang baru menjadi Kristen. Nasehat tersebut dimaksudkan agar mereka memiliki pedoman praktis hidup sesuai Iman Kristen, demikian pula nasehat cara bagaimana mereka menghadapi pencobaan dan penderitaan.
Panggilan untuk Menerima Berkat
Dalam meyampaikan nasehat melalui suratnya, pesan Petrus telah dituliskan dengan apik oleh Silvanus dengan mengatakan bahwa orang Kristen dipanggil untuk menerima berkat (9). Berkat yang dijanjikan adalah Damai Sejahtera dengan senantiasa mengusahakan : (ayat 8-9)
1.   Seia Sekata/Saling mengerti (homoprones =  yang berpikiran sama)
Tuhan Yesus telah memberikan contoh dengan merekrut muridnya Matius dan Simon Orang Zelot. Berdasarkan pikiran manusia pada masa itu, mustahil untuk mempersatukan pemungut cukai dengan orang Zelot, karena pemungut cukai adalah penghianat bangsa yang bekerja bagi kaum penjajah, sedang kaum Zelot nasionalis sejati yang rela melakukan apapun demi Nasionalisme.  Sekalipun di dalam persekutuan (Gereja) terdiri dari berbagai latar belakang yang berbeda yang menghasilkan sudut pandang yang berbeda, tetapi Petrus menasehatkan untuk  homoprones berpikiran yang sama didalam Yesus Kristus. Dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. (Kol. 3:11)
2.   Saling mengasihi seperti bersaudara (philadelphoi= yang mengasihi saudara/seiman)
Disuatu tempat saat sarana transportasi belum semaju saat ini, ada seorang pemuda yang setiap hari pergi ke sekolah selalu menggendong pria lain. Lalu seorang mengamati pemuda ini, dan bertanya kepadanya. ”Apakah anda setiap hari menggendong pria ini?” Tentu saja saut pria tersebut. ”Tentulah pria itu menjadi beban bagi anda?” tanya orang asing itu sambil memperhatikan pria lain yang ada di pundaknya. ”Bukan, dia bukan beban bagi saya, tetapi dia adalah saudara saya” jawab pria itu. Jika kita memandang orang lain sebagai Saudara kita, maka dia tidak akan pernah menjadi beban bagi kita. Begitulah selayaknya kita mengasihi sesama, mengasihi mereka sebagai layaknya seorang saudara. Bukankah Paulus berkata : Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. (Rom. 12:10)
3.   Bermurah hati (eusplangkhnoi = yang berbelas kasihan)
Bukankah Paulus sendiri telah memberi contoh bahwa ia terus bekerja agar ia dapat membantu orang yang lemah? Karena Yesus sendiri berkata ”Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima” (Kis.20:35 b).
4.   Rendah hati (tapeinophrones = rendah hati)
      Adakah artinya kita untuk memegahkan diri ? Bukankah Paulus mengajarkan kepada kita justru pada anggota tubuh yang menurut pandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. (1Kor.12:23-24) tujuannya supaya jangan terjadi perpecahaan didalam tubuh (1Kor.12:25).
5.   Tidak membalaskan yang jahat dengan yang jahat tetapi tetap memberkati. (euloguntes = mengucap syukur dan pujian/memberkati)
Bukankah Tuhan Yesus mengatakan ”jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian. (Luk.6:32-33). Artinya Yesus justru memanggil kita untuk menjadi orang-orang yang istimewa, yaitu bila kita mampu meminta berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. (Luk. 6:28)
Menjaga Lidah
Berkat Damai sejahtera akan menghsilkan hari-hari yang baik apabila kita dapat menjaga lidah. Sebegitu pentingnya lidah ini hingga Petrus memberikan perhatian khusus, sebab Lidah dapat berfungsi ganda yaitu sebagai berkat dan juga kutuk. Yakobus menggambarkan bagaimana buasnya lidah tersebut dalamYak.3:8-9 ”tetapi tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan. Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah.” Pengakuan Yakobus yang menyatakan bahwa tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan lidah merupakan bukti bagaimana buasnya Lidah ini, bahkan dapat menghanguskan apapun, dan menyakitkan hingga merusak sendi bahkan hingga ke sum-sum. Sampai-sampai orang Batak tidak ketinggalan untuk membuat teka-teki (huling-huling ansa) untuk ini :”Ibana na sumio alai ibana sai tonu” Meskipun dia selalu terlindung tetapi dia selalu basah. Itulah Lidah.
Bagaimana kita dapat meredam kebuasan lidah ini ? Pemazmur mengajari kita untuk selalu menyerahkannya pada pemeliharaan Tuhan melalui doa untuk menjinakkan lidah dengan berkata :” Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku! Mzm.141:3
Penutup :
Kadang kala kita berlaku layaknya si tukang cukur yang meniadakan keberadaan Tuhan karena melihat begitu banyak penderitaan, tetapi kita lupa bahwa kita harus datang kepada Nya untuk memenuhi panggilan-Nya.  Petrus saat ini memanggil kita untuk menerima Berkat Tuhan yaitu Damai Sejahtera melalui Seia Sekata,  Saling mengasihi seperti bersaudara. Bermurah hati, Rendah hati, Tidak membalaskan yang jahat dengan yang jahat tetapi tetap memberkati. 
Bahkan lebih dari itu, kita juga dijanjikan untuk mendapatkan hari-hari baik apabila kita dapat menjaga lidah kita dari yang jahat, sehingga kita menjadi orang benar dimata Allah, karena Mata Allah tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong. 
Dengan demikian kita dapat memahami sekalipun kejahatan ada disana sini dan penderitaan silih berganti, tetapi Allah tidak pernah tinggal diam terhadap mereka yang benar dimata Tuhan. Untuk itu senantiasalah menjaga lidah dengan berdoa seperti pemazmur berdoa.  Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku.
Kiranya Tuhan menolong kita untuk tetap menjadi orang-orang yang istimewa, yang dapat menjadi berkat bagi orang lain sekalipun orang tersebut menjadi masalah bagi kita. Amin.
Disampaikan pada Ibadah Komisi Dewasa GKI-KP 28 Juni 2011.