SELAMAT DATANG DI "TEOLOGI KAUMAWAM"

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih telah mampir di blog yg sederhana ini. Kami sangat berterimakasih bila saudara berkenan memberi tanggapan atas tulisan yang saudara baca di blog ini. Karena dengan tanggapan itu kami akan dapat belajar dan berbagi, sebab untuk itulah blog ini dibuat agar hidup kita tetap terpelihara dalam persekutuan. Semua tulisan dalam blog ini dapat dikutip dengan tetap mencantumkan sumbernya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Pax Vobiscum, Erianto Hasibuan

Sabtu, 16 Juli 2011

Sabar dan Berpengharapan dalam menjalani kehidupan

Bacaan I : Yesaya 44: 6-8 ; Antar Bacaan Mazmur 86 : 11- 17
Bacaan II : Roma 8: 12-25 Bacaan III: Matius 13: 24-30-, 36-43
Anggota Jemaat terdorong untuk sabar dan berpengharapan dalam kehidupan sehari-hari yang terkadang diwarnai kejahatan.

PENDAHULUAN
Seekor burung kutilang yang sedang terbang sangat tinggi, melihat sesuatu sedang bergerak di bawah di sebuah kebun. Karena ingin tahu, ia terbang menurun agar bisa melihat dengan jelas. Dia melihat bahwa itu adalah sebuah kereta yang ditarik oleh seekor kucing yang berteriak-teriak terus, “Cacing segar dijual. Cacing segar dijual”.
Merasa tertarik, burung itu hinggap di jalan, tetapi di jarak yang cukup aman. Dia bertanya dengan apa cacing itu bisa dibeli?. Tiga ekor cacing bisa dibeli dengan satu bulu sayapmu, “kata kucing itu. Burung itu memikirkan tawaran kucing itu, lalu memberi satu bulunya dan menyantap cacing yang nikmat itu.
Kemudian dia terbang, berputar-putar lagi … tetapi bayangan cacing yang lezat itu membuatnya turun kembali ke kereta itu. Kali ini, ia membeli sebanyak dua kali lipat dari pembelian pertama. Hal yang sama terjadi beberapa kali lagi ….
Tetapi kucing itu terus memperhatikannya. Ketika kekuatan sayap terbangnya sudah tidak ada, burung itu tidak mampu lagi terbang ketika kucing itu menerkamnya … dan ia binasa di kebun itu .. dimana godaan telah terlalu kuat baginya. (Tonne)

Kita dapat saja menertawakan burung kutilang dalam ilustrasi di atas, dengan menagatakan “siapa suruh berinteraksi dengan pemangsa!”. Tetapi bagaimana dengan umat Allah, bangsa Israel juga melakukan hal yang sejalan, sekalipun mereka telah mendengar “Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain daripadaKu. (Yes. 44: 6b), tetapi mereka masih saja membuat patung untuk menggantikan keberadaan “Allah”.
Patung (berhala) mungkin tidak kita buat dalam kehidupan kita saat ini, tetapi permainan PS, Game On line, FB, Twiter dsb, boleh jadi telah menjadi berhala baru bagi kita, sehingga kita tidak lagi dapat berlaku adil. Adil dalam arti luas, seperti tidak dapat lagi memberikan waktu kita untuk membantu orang tua, saudara, bahkan berdoa bagi kedua orang tua dan saudara kita.
Mari mencoba memeriksa diri, kalau kita mengalami kesulitan, apakah kita sedang sakit, atau kita sedang cemas karena mau ujian, atau karena “dia” yang kita sedang nantikan tidak kunjung hadir sesuai dengan janjinya, apa yang kita lakukan pertama? Adakah hati kita berseru “ Tuhan Lindungilah dia” atau atau kita langsung bersungut-sungut ?
Kehidupan umat Yehuda (Kerajaan Selatan) di era Yesaya mengalami kemerosotan rohani dan moral, tidak hanya dimasyarakatnya tetapi juga di pemerintahan. Yesaya memperingatkan Raja Yehuda Ahas, untuk tidak meminta bantuan Asyur dalam melawan Israel dan Aram. Demikian juga, setelah kejatuhan Israel Tahun 722 SM, Yesaya memperingatkan Raja Hizkia, agar jangan mengadakan persekutuan dengan bangsa asing melawan Asyur. Yesaya menasihati kedua raja itu, untuk percaya kepada Tuhan saja sebagai perlindungan mereka.
Sementara pendapat khalayak ramai, termasuk para nabi palsu melakukan hal sebaliknya. Tetapi Yesaya dengan tegas tetap menyuarakan untuk tetap mengandalkan Tuhan saja. Saat ini dalam kehidupan para remaja juga banyak tawaran-tawaran, seperti cara pintas untuk lulus UAN dengan mecari soal bocoran, atau seperti nyontek massal di SDN2 Gadel Surabaya yang dilaporkan Ny. Siami.
Demikian halnya dengan bimbingan intensif yang ditawarkan untuk memasuki perguruan tinggi negeri, atau supaya ranking di kelas. Kadang adik-adik dibuai dengan nilai tinggi, sehingga yang dilakukan adalah mempelajari soal ujian, hingga kadang melupakan pelajaran sesungguhnya.
Untuk mendapatkan hasil yang baik dan akurat memang diperlukan kesabaran, kesabaran adalah sikap tenang, tidak terburu nafsu, dan tekun dalam menghadapi segala macam situasi. Kesabaran juga merupakan sikap untuk tetap berpegang teguh pada keyakinan. Sebagai pelajar, seyogiayanya yang dilakukan untuk mendaptkan hasil yang baik, adalah berlatih dan belajar secara berkelanjutan, dimulai dari saat awal semester, bukan mengandalkan pada kursus singkat yang mengandalkan pada hasil namun lalai pada proses.
Kesabaran ditunjukkan oleh pemazmur, ditengtah-tengah kesulitannya dengan rendah hati telah memohon kepada Tuhan untuk mengajarkan jalan-jalan kebenaranNya, supaya ia dapat takut kepada Allah dengan segenap hatinya. Mzm : 86: 11 : Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu; bulatkanlah hatiku untuk takut akan nama-Mu.

LALANG DIANTARA GANDUM
Perumpamaan tentang lalang diantara gandum menunjukkan bagaimana Yesus berbicara tentang seorang tuan tanah, yang diganggu oleh seorang musuh dengan cara yang jelek sekali. Setelah benih gandum yang baik ditaburkan di ladang tuan tanah itu, maka datanglah musuhnya “waktu semua orang tidur” (yaitu pada malam buta), lalu dengan diam-diam menaburkan benih lalang diantara gandum itu.
Yang ditaburkan tuan tanah itu adalah benih yang baik, karena ia juga mengharpkan hasil yang baik. Sebagaimana harapan sipemilik benih, kita sebagai benih yang baik juga menginginkan hidup dengan baik seturut dengan renacana dan kehendak Allah, namun keinginan tersebut kadang berseberangan dengan kenyataan yang kita alami.
Paulus menggambarkannya bagaikan peperangan yang terus menerus terhadap segala yang membatasi karya Allah di dalam hidup kita, karena dosa senantiasa ingin berkuasa atas kita. Iblis senantiasa mengarahkan kita kepada hidup dengan hawa nafsu dan “tabiat berdosa“ (Gal. 5: 16-21 : (19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, 5:20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, 5:21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. … barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Sebagaimana perumpamaan yang disampaikan Yesus, ketika gandum dan lalang kedua-duanya mulai berbuah (berbulir) maka hamba-hamba tuan ladang itu dengan heran memperhatikan banyaknya lalang di ladang itu. Saat mereka hendak mencabutnya, tetapi tuan ladang itu melarangnya, sebab gandum akan ikut tercabut, karena akar lalang dan gandum sudah saling mengkait. (29)
Orang Yahudi menyebut lalang itu dengan nama gandum haram oleh karena kemiripannya. Demikian halnya yang dialami Yesaya di eranya, tidak ada perbedaan secara fisik antara nabi palsu yang memberitakan kabar yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Situasi saat itu memang sangat memungkinkan mereka untuk menang melawan Israel dan Aram bila mereka dibantu oleh Asyur, tetapi Yesaya tetap memberitakan apa yang Tuhan perintahkan. Demikian halnya saat sebelum kejatuhan Israel, para nabi memberitakan bahwa mereka akan menang dan kejayaan Israel akan dikembalikan. Itu adalah berita yang menyenangkan bagi telinga semua orang, siapa yang tidak suka dengan berita kemenagan. Tetapi Yesaya tetap pada pendiriannya untuk memberitakan suara Tuhan.
Untuk dapat terus memberitakan dan melakukan kebenaran Tuhan kita sebagai orang percaya, harus memiliki ketekunan dengan sabar dalam berpengharapan kepada Tuhan dan memutuskan untuk ikut tuntutan tabiat ilahi yang didalamnya kita ikut ambil bagian. Paulus pada akhirnya memberikan jalan keluar untuk hidup seturut dengan kehendak Allah yaitu dengan menjadi Anak Allah melalui hidup yang dipimpin Roh Allah. (Rom. 8 :14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah) Roh kudus berdiam di dalam anak Allah supaya memimpinnya berpikir, berbicara dan bertindak sesuai Firman Allah. Dan ini juga menjadi jaminan keselamatan, karena Anak adalah pewaris tahta.
Perlu dipahami, sekalipun kita telah memutuskan untuk mengikuti tuntutan Roh Tuhan, tetapi bukan berarti kita memiliki hak untuk menghakimi mereka yang belum hidup dalam tuntunan Roh Tuhan. Sebagaimana Tuhan memang membiarkan Gandum dan Lalang tumbuh bersama, tetapi bukan berarti Tuhan tidak menghukum mereka, tetapi ada saatnya Tuhan akan membinasakan mereka, pada saat musim menuai tiba, seperti yang dikatakan pada Ay.30 Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."
Perumpamaan ini dengan jelas menunjukkan kepada kita, bahwa penghakiman adalah milik Tuhan, artinya sekalipun adik-adik melihat temannya bertindak tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, kita tidak memiliki hak untuk menghakimi mereka. Sabar bukan berarti tidak melakukan tindakan apapun, sabar berarti tetap pada pendirian dan membantu teman (sesama) yang melakukan tidak sesuai dengan kehendak Tuhan untuk kembali pada jalannya.

SIMPULAN
Sabar adalah sikap tenang, tidak terburu nafsu, dan tekun dalam menghadapi segala macam situasi. Artinya tidak seperti burung kutilang yang melupakan siapa yang dihadapinya hanya karena pikirannya telah dikuasai oleh keinginan nafsunya untuk memenuhi perutnya dengan cacing yang nikmat dan menjadikan makanan menjadi berhala yang pada akhirnya membinasakannya. Tetapi untuk hidup dipimpin oleh Roh Allah, dan berpengharapan pada Nya menjadi anak Allah, sehingga dalam menjalankan hidup ini kita tidak menghakimi mereka yang hidup menurut keinginan daging, tetapi memberikan hak penghakiman pada Allah.

Oleh : Pnt. P. Erianto Hasibuan, M. Div Disampaikan pada Ibadah Kebaktian Remaja Minggu, 17 Juli 2011 – GKI KP

Tidak ada komentar: