SELAMAT DATANG DI "TEOLOGI KAUMAWAM"

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih telah mampir di blog yg sederhana ini. Kami sangat berterimakasih bila saudara berkenan memberi tanggapan atas tulisan yang saudara baca di blog ini. Karena dengan tanggapan itu kami akan dapat belajar dan berbagi, sebab untuk itulah blog ini dibuat agar hidup kita tetap terpelihara dalam persekutuan. Semua tulisan dalam blog ini dapat dikutip dengan tetap mencantumkan sumbernya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Pax Vobiscum, Erianto Hasibuan

Minggu, 24 Juli 2011

Memilih dengan Hikmat Allah

Setiap pribadi pasti pernah bahkan kerap memilih, ada pilihan yang ringan, seperti harus memilih jalur mana untuk pulang agar tidak terkena macet, hingga pilihan yang pelik menyangkut masa depan. Saat selesai SMA, saya juga harus memilih, meneruskan sebagai karateka atau melanjutkan sekolah. Keseluruhan pilihan memiliki konsekuensi, hingga wajar jika kita mengatakan bahwa “hidup penuh dengan pilihan”.

Demikian halnya dengan Lot, saat harus memilih tempat dia hidup, agar tidak lagi terjadi pertikaian antara hambanya dan hamba Abram (sebelum menjadi Abraham). Lot memilih berdasarkan indranya, pandangan matanya bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN (Kej. 13:10), pilihannya pada akhirnya, membawa konsekuensi buruk baginya dan keluarganya, karena tempat yang elok menurut pandangan matanya ternyata dihuni oleh orang yang penuh dengan dosa dan jahat, itulah Sodom yang kemudian dimusnahkan oleh Allah.

Salomo merupakan contoh terbaik dalam memilih, saat dia diberi kesempatan Allah untuk meminta, "Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu." (1Raj.3:5), ia tidak meminta apa yang kasat mata, seperti yang dilakukan Lot, tetapi yang ia minta adalah “berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat” (1 Raj. 3:9).

Pertanyaannya adalah, mengapa Salomo dapat meminta hal yang begitu indah?, hingga ia mendapatkan anugerah yang luar biasa dari Allah seperti yang dikatakan Allah sendiri “… sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorang pun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorang pun seperti engkau”. (1 Raj.3:12). Jawabannya karena Salomo menunjukkan kasihnya kepada Tuhan dan hidup menurut ketepan-ketetapan Daud, ayahnya (1Raj3:3a), artinya Salomo bergaul akrab dengan Tuhan, hingga hikmat Tuhan ada dalam dirinya. Paulus juga menegaskan hal ini bahwa “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, …” (Rom. 8: 28a)

Demikianlah seyogianya kita dalam memilih, kepada siapakah kita akan bertanya jalan menuju ke suatu tempat ? akankah kita mempercayai petunjuk jalan yang diberikan oleh seseorang yang belum pernah ke tempat itu?. Tidak kah kita kawatir akan dihantar ke tempat yang tidak seharusnya ?

Tetapi jika yang kita ikuti adalah petunjuk jalan dari pemilik tempat itu, masikah tersisa keraguan ? Mari simak apa yang dikatakan si empunya tempat, Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yoh.14: 6) Selamat Memilih ! (ERH) Tulisan ini disampaikan dalam Renungan Warta GKI-KP Minggu 24 Juli 2011.

Sabtu, 16 Juli 2011

Sabar dan Berpengharapan dalam menjalani kehidupan

Bacaan I : Yesaya 44: 6-8 ; Antar Bacaan Mazmur 86 : 11- 17
Bacaan II : Roma 8: 12-25 Bacaan III: Matius 13: 24-30-, 36-43
Anggota Jemaat terdorong untuk sabar dan berpengharapan dalam kehidupan sehari-hari yang terkadang diwarnai kejahatan.

PENDAHULUAN
Seekor burung kutilang yang sedang terbang sangat tinggi, melihat sesuatu sedang bergerak di bawah di sebuah kebun. Karena ingin tahu, ia terbang menurun agar bisa melihat dengan jelas. Dia melihat bahwa itu adalah sebuah kereta yang ditarik oleh seekor kucing yang berteriak-teriak terus, “Cacing segar dijual. Cacing segar dijual”.
Merasa tertarik, burung itu hinggap di jalan, tetapi di jarak yang cukup aman. Dia bertanya dengan apa cacing itu bisa dibeli?. Tiga ekor cacing bisa dibeli dengan satu bulu sayapmu, “kata kucing itu. Burung itu memikirkan tawaran kucing itu, lalu memberi satu bulunya dan menyantap cacing yang nikmat itu.
Kemudian dia terbang, berputar-putar lagi … tetapi bayangan cacing yang lezat itu membuatnya turun kembali ke kereta itu. Kali ini, ia membeli sebanyak dua kali lipat dari pembelian pertama. Hal yang sama terjadi beberapa kali lagi ….
Tetapi kucing itu terus memperhatikannya. Ketika kekuatan sayap terbangnya sudah tidak ada, burung itu tidak mampu lagi terbang ketika kucing itu menerkamnya … dan ia binasa di kebun itu .. dimana godaan telah terlalu kuat baginya. (Tonne)

Kita dapat saja menertawakan burung kutilang dalam ilustrasi di atas, dengan menagatakan “siapa suruh berinteraksi dengan pemangsa!”. Tetapi bagaimana dengan umat Allah, bangsa Israel juga melakukan hal yang sejalan, sekalipun mereka telah mendengar “Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain daripadaKu. (Yes. 44: 6b), tetapi mereka masih saja membuat patung untuk menggantikan keberadaan “Allah”.
Patung (berhala) mungkin tidak kita buat dalam kehidupan kita saat ini, tetapi permainan PS, Game On line, FB, Twiter dsb, boleh jadi telah menjadi berhala baru bagi kita, sehingga kita tidak lagi dapat berlaku adil. Adil dalam arti luas, seperti tidak dapat lagi memberikan waktu kita untuk membantu orang tua, saudara, bahkan berdoa bagi kedua orang tua dan saudara kita.
Mari mencoba memeriksa diri, kalau kita mengalami kesulitan, apakah kita sedang sakit, atau kita sedang cemas karena mau ujian, atau karena “dia” yang kita sedang nantikan tidak kunjung hadir sesuai dengan janjinya, apa yang kita lakukan pertama? Adakah hati kita berseru “ Tuhan Lindungilah dia” atau atau kita langsung bersungut-sungut ?
Kehidupan umat Yehuda (Kerajaan Selatan) di era Yesaya mengalami kemerosotan rohani dan moral, tidak hanya dimasyarakatnya tetapi juga di pemerintahan. Yesaya memperingatkan Raja Yehuda Ahas, untuk tidak meminta bantuan Asyur dalam melawan Israel dan Aram. Demikian juga, setelah kejatuhan Israel Tahun 722 SM, Yesaya memperingatkan Raja Hizkia, agar jangan mengadakan persekutuan dengan bangsa asing melawan Asyur. Yesaya menasihati kedua raja itu, untuk percaya kepada Tuhan saja sebagai perlindungan mereka.
Sementara pendapat khalayak ramai, termasuk para nabi palsu melakukan hal sebaliknya. Tetapi Yesaya dengan tegas tetap menyuarakan untuk tetap mengandalkan Tuhan saja. Saat ini dalam kehidupan para remaja juga banyak tawaran-tawaran, seperti cara pintas untuk lulus UAN dengan mecari soal bocoran, atau seperti nyontek massal di SDN2 Gadel Surabaya yang dilaporkan Ny. Siami.
Demikian halnya dengan bimbingan intensif yang ditawarkan untuk memasuki perguruan tinggi negeri, atau supaya ranking di kelas. Kadang adik-adik dibuai dengan nilai tinggi, sehingga yang dilakukan adalah mempelajari soal ujian, hingga kadang melupakan pelajaran sesungguhnya.
Untuk mendapatkan hasil yang baik dan akurat memang diperlukan kesabaran, kesabaran adalah sikap tenang, tidak terburu nafsu, dan tekun dalam menghadapi segala macam situasi. Kesabaran juga merupakan sikap untuk tetap berpegang teguh pada keyakinan. Sebagai pelajar, seyogiayanya yang dilakukan untuk mendaptkan hasil yang baik, adalah berlatih dan belajar secara berkelanjutan, dimulai dari saat awal semester, bukan mengandalkan pada kursus singkat yang mengandalkan pada hasil namun lalai pada proses.
Kesabaran ditunjukkan oleh pemazmur, ditengtah-tengah kesulitannya dengan rendah hati telah memohon kepada Tuhan untuk mengajarkan jalan-jalan kebenaranNya, supaya ia dapat takut kepada Allah dengan segenap hatinya. Mzm : 86: 11 : Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu; bulatkanlah hatiku untuk takut akan nama-Mu.

LALANG DIANTARA GANDUM
Perumpamaan tentang lalang diantara gandum menunjukkan bagaimana Yesus berbicara tentang seorang tuan tanah, yang diganggu oleh seorang musuh dengan cara yang jelek sekali. Setelah benih gandum yang baik ditaburkan di ladang tuan tanah itu, maka datanglah musuhnya “waktu semua orang tidur” (yaitu pada malam buta), lalu dengan diam-diam menaburkan benih lalang diantara gandum itu.
Yang ditaburkan tuan tanah itu adalah benih yang baik, karena ia juga mengharpkan hasil yang baik. Sebagaimana harapan sipemilik benih, kita sebagai benih yang baik juga menginginkan hidup dengan baik seturut dengan renacana dan kehendak Allah, namun keinginan tersebut kadang berseberangan dengan kenyataan yang kita alami.
Paulus menggambarkannya bagaikan peperangan yang terus menerus terhadap segala yang membatasi karya Allah di dalam hidup kita, karena dosa senantiasa ingin berkuasa atas kita. Iblis senantiasa mengarahkan kita kepada hidup dengan hawa nafsu dan “tabiat berdosa“ (Gal. 5: 16-21 : (19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, 5:20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, 5:21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. … barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Sebagaimana perumpamaan yang disampaikan Yesus, ketika gandum dan lalang kedua-duanya mulai berbuah (berbulir) maka hamba-hamba tuan ladang itu dengan heran memperhatikan banyaknya lalang di ladang itu. Saat mereka hendak mencabutnya, tetapi tuan ladang itu melarangnya, sebab gandum akan ikut tercabut, karena akar lalang dan gandum sudah saling mengkait. (29)
Orang Yahudi menyebut lalang itu dengan nama gandum haram oleh karena kemiripannya. Demikian halnya yang dialami Yesaya di eranya, tidak ada perbedaan secara fisik antara nabi palsu yang memberitakan kabar yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Situasi saat itu memang sangat memungkinkan mereka untuk menang melawan Israel dan Aram bila mereka dibantu oleh Asyur, tetapi Yesaya tetap memberitakan apa yang Tuhan perintahkan. Demikian halnya saat sebelum kejatuhan Israel, para nabi memberitakan bahwa mereka akan menang dan kejayaan Israel akan dikembalikan. Itu adalah berita yang menyenangkan bagi telinga semua orang, siapa yang tidak suka dengan berita kemenagan. Tetapi Yesaya tetap pada pendiriannya untuk memberitakan suara Tuhan.
Untuk dapat terus memberitakan dan melakukan kebenaran Tuhan kita sebagai orang percaya, harus memiliki ketekunan dengan sabar dalam berpengharapan kepada Tuhan dan memutuskan untuk ikut tuntutan tabiat ilahi yang didalamnya kita ikut ambil bagian. Paulus pada akhirnya memberikan jalan keluar untuk hidup seturut dengan kehendak Allah yaitu dengan menjadi Anak Allah melalui hidup yang dipimpin Roh Allah. (Rom. 8 :14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah) Roh kudus berdiam di dalam anak Allah supaya memimpinnya berpikir, berbicara dan bertindak sesuai Firman Allah. Dan ini juga menjadi jaminan keselamatan, karena Anak adalah pewaris tahta.
Perlu dipahami, sekalipun kita telah memutuskan untuk mengikuti tuntutan Roh Tuhan, tetapi bukan berarti kita memiliki hak untuk menghakimi mereka yang belum hidup dalam tuntunan Roh Tuhan. Sebagaimana Tuhan memang membiarkan Gandum dan Lalang tumbuh bersama, tetapi bukan berarti Tuhan tidak menghukum mereka, tetapi ada saatnya Tuhan akan membinasakan mereka, pada saat musim menuai tiba, seperti yang dikatakan pada Ay.30 Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."
Perumpamaan ini dengan jelas menunjukkan kepada kita, bahwa penghakiman adalah milik Tuhan, artinya sekalipun adik-adik melihat temannya bertindak tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, kita tidak memiliki hak untuk menghakimi mereka. Sabar bukan berarti tidak melakukan tindakan apapun, sabar berarti tetap pada pendirian dan membantu teman (sesama) yang melakukan tidak sesuai dengan kehendak Tuhan untuk kembali pada jalannya.

SIMPULAN
Sabar adalah sikap tenang, tidak terburu nafsu, dan tekun dalam menghadapi segala macam situasi. Artinya tidak seperti burung kutilang yang melupakan siapa yang dihadapinya hanya karena pikirannya telah dikuasai oleh keinginan nafsunya untuk memenuhi perutnya dengan cacing yang nikmat dan menjadikan makanan menjadi berhala yang pada akhirnya membinasakannya. Tetapi untuk hidup dipimpin oleh Roh Allah, dan berpengharapan pada Nya menjadi anak Allah, sehingga dalam menjalankan hidup ini kita tidak menghakimi mereka yang hidup menurut keinginan daging, tetapi memberikan hak penghakiman pada Allah.

Oleh : Pnt. P. Erianto Hasibuan, M. Div Disampaikan pada Ibadah Kebaktian Remaja Minggu, 17 Juli 2011 – GKI KP

Minggu, 10 Juli 2011

Mencari kehendak Allah

Nats : Roma 12 : 1-2

Nats ini tidaklah asing bagi kita, karena termasuk salah satu ayat yang kerap digunakan sebagai ayat landasan dalam pengumpulan persembahan, utamanya ayat 1. Masyarakat Roma yang dihadapi oleh Paulus sebagai tujuan suratnya, adalah masyarakat yang hidup penuh dengan kebebasan yang tak lagi berkenan dengan berbagai pengekangan.
 
PERSEMBAHAN YANG HIDUP

Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. (Roma 12 : 1)

Tulisan Paulus ini, bagi kita tidak aneh. Tetapi tidak demikian bagi orang Yunani pada masa itu. Bagi orang Yunani yang perlu dipersoalkan adalah roh; tubuh hanyalah penjara, Sesuatu yang dipandang rendah dan memalukan.  Dengan demikian kata-kata Paulus ini adalah kemustahilan bagi orang Yunani.  Tetapi bagi orang Kristen sejati, tidak pernah berpendapat demikian. Orang Kristen percaya bahwa tubuh adalah milik Allah, sebagaimana juga jiwanya, ia dapat melayani Allah baik dengan pikirannya, rohnya maupun dengan tubuhnya.

Tubuh itu adalah bait Roh Kudus dan alat yang dipakai oleh Roh Kudus. Sebagai contoh, suatu gedung gereja yang dibangun sebagai tempat beribadah kepada Allah. Tetapi itu harus dirancang oleh pikiran seorang arsitek, dibangun oleh tangan-tangan terampil para tukang dan pekerja; hanya kemudian, bangunan itu menjadi tempat ibadah dimana orang berkumpul untuk beribadah.  Gereja itu adalah hasil pikiran, tubuh dan roh manusia.

Oleh karena itu, kata Paulus : “ambillah tubuhmu; kerjakanlah semua tugas –tugas yang harus kamu kerjakan setiap hari;  sebagai pengusaha, karyawan, pelayan, ibu rumah tangga,  persembahkanlah itu sebagai korban yang hidup bagi Allah.
 
KEHENDAK ALLAH

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Roma 12 : 2)

Hidup beribadah sebagaimana ayat 1 menurut Paulus, menuntut perubahan hidup yang radikal. Kita tidak boleh menjadi sama dengan dunia ini, tetapi sebaliknya harus berubah.  Kata yang digunakan untuk menjadi serupa dengan dunia ini adalah Suschematizesthai,  akar katanya schema, yang artinya pola, rupa.

Suschematizesthai merupakan bentuk imperatif (perintah) dalam bentuk kini.  Dengan demikian dalam arti positif, bentuk imperative itu mengandung arti “terus menerus”. Sehingga menurut Van Den End Roma 12: 2 dapat diterjemahkan menjadi “Jangan lagi biarkan dirimu menjadi serupa dengan pola dunia ini, tetapi biarlah rupamu diubah terus menerus.  Menjadi serupa dengan dunia ini, yang dimaksudkan adalah dunia yang dikuasai dosa dan ketidaksempurnaan.  Jadi kata-kata Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini tidak boleh ditafsirkan seakan-akan orang percaya diajak menjauhi dunia, dalam arti kenyataan jasmani lalu melakukan askese (bertapa).

Schema, yang artinya bentuk luar yang selalu berubah-ubah, dari tahun ke tahun dan dari hari ke hari. Schema seseorang tidak sama ketika ia berumur tujuh belas dan tujuh puluh tahun. Tidak sama ketika ia berpakaian pergi bekerja dan pergi ke sebuah pesta jamuan makan. Schema itu terus menerus berubah. Oleh karena itu Paulus berkata : Janganlah menyesuaikan kehidupan mu kepada kebiasaan kebiasaan dunia; jangan menjadi seperti bunglon yang warnanya berubah-ubah, menurut lingkungannya.

Kata yang dipakai untuk berubah adalah metamorphoustai.  Akar katanya morphe, yang artinya suatu bentuk atau unsur pokok yang tidak berubah-ubah. Orang yang mempunyai schema  tidak sama pada umur tujuh belas dan tujuh puluh tahun, tetapi ia mempunyai morphe yang sama. Bentuk luarnya berubah, tetapi dalam dirinya, ia adalah pribadi yang sama. Oleh karena itu menurut Paulus, untuk dapat beribadah dan melayani Allah, kita harus melalui suatu perubahan, bukan bentuk luar kita, tetapi kepribadian kita yang di dalam diri kita.

Tujuan perubahan itu ialah sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah. Kata yang digunakan adalah dokimazein berarti memeriksa menguji atau test in order to approve; determine by searching and testing (Max Zerwick S.J A Gramatical Analysis of The Greek New Testament, Editrice Pontificio Instituto Biblico, Roma 1996). Tidak hanya sekedar mengetahui apa yang berkenan kepada kehendak Allah, tetapi lebih dari itu dapat membuktikan (mengalami) apa yang menjadi kehendak Allah.

Mencari kehendak Allah bukanlah hal yang mudah, mengingat Pertama, dalam kehidupan sehari-hari seorang Kristen sering diperhadapkan pada berbagai situasi yang sulit baginya untuk menentukan sikap. Utamanya menyangkut perkembangan teknologi yang cepat diberbagai bidang. Semuanya ini memerlukan pertimbangan matang untuk menentukan mana kehendak Allah. Kedua, kita diajak mengusahakan “budi” dalam kita mencari kehendak Allah, karena Alkitab bukanlah kitab hukum. Alkitab tidak menyajikan kepada kita seperangkat peraturan menunjuk jalan kepada orang Kristen sekaligus mengikat mereka.  Sebab Injil tidak merupakan hukum yang baru, tetapi justru memberi kita kebebasan sebagai anak-anak Allah.

Bukan Pendeta, atau Penatua yang harus menentukan “manakah kehendak Allah”, lalu menurunkan keputusannya ke jemaat.  Anggota-anggota jemaat tidak boleh hanya menunggu petunjuk “dari atas”. Setiap orang percaya dipanggil dan diperbolehkan mempertimbangkan sendiri kehendak Allah.  Hanya saja yang perlu diingat, bahwa orang Kristen bukanlah terdiri dari individu-individu yang hidup sendiri-sendiri, tetapi mereka merupakan satu tubuh di dalam Kristus.  Maka dalam mencari kehendak Allah umat Kristen juga perlu untuk berkumpul, dan saling meminta nasihat.

Untuk itulah pada hari ini kita melakukan Persidangan Majelis Jemaat yang Diperluas (PMJD) yaitu untuk menerjemahkan tiga kata yang dipakai oleh Paulus untuk merinci kehendak Allah : Apakah yang baik, yang berkenan bagi Allah dan yang sempurna.

(Disampaikan pada pembukaan PMJD 10 Juli 2011- GKI KP Bekasi)