SELAMAT DATANG DI "TEOLOGI KAUMAWAM"

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih telah mampir di blog yg sederhana ini. Kami sangat berterimakasih bila saudara berkenan memberi tanggapan atas tulisan yang saudara baca di blog ini. Karena dengan tanggapan itu kami akan dapat belajar dan berbagi, sebab untuk itulah blog ini dibuat agar hidup kita tetap terpelihara dalam persekutuan. Semua tulisan dalam blog ini dapat dikutip dengan tetap mencantumkan sumbernya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Pax Vobiscum, Erianto Hasibuan

Kamis, 09 Desember 2010

Teladan Sang Penyemangat

Malam ini seharusnya aku mengerjakan pekerjaan yang terpending dan sudah harus diserahkan esok pagi, tetapi pikiran ku tak dapat diajak kompromi. Ia menerawang jauh melewati batas waktu yg telah kulalui. Rencana memang sudah diniatkan untuk menulis lebih serius tentang seseorang yang memberi makna dalam hidup ini, tetapi malam ini jemari dan pikiran seolah senada untuk enggan menunda bergerak bersahaja.

Pdt. Ruben Bangun, M.Th adalah sosok seorang Pdt. yang sebagian orang mengenal agak “eksentrik”, beliau spesialis PB (Perjanjian Baru). Awal perkenalan kami adalah saat mengikuti perkuliahan di STT Abdi Sabda. Kedekatan ini berlanjut karena pada akhirnya perkulihan berubah menjadi “privat”. Semula kami ada tiga orang yang mengambil mata kuliah yang sama PB 1, tetapi karena seorang teman meninggal dunia, dan tak lama yang satu menghilang tanpa jejak, maka tinggal seorang diri mencoba bertahan.

Saat berkunjung ke rumah beliau, begitu terkejut melihat koleksi buku yang luar biasa banyaknya, laiknya sebuah perpustakaan mini. Sang pendeta selalu meminjamkan ku buku-buku yang tidak hanya bidang biblika tetapi buku politik bahkan budaya. Saat tidak lagi mendapatkan mata kuliah dari beliau, kami masih tetap kerap berjalan bersama sambil berdiskusi tetntang berbagai hal.

Saat seluruh perkuliahan tetah diselesaikan dan tinggal menulis tesis, aq dipindah tugas dan membuat segala sesuatunya terbengkalai. Pak Bangun tidak pernah ragu sedikitpun untuk memberikan dorongan dan semangat, agar aq tetap melanjutkan dan menyelesaikan tugas akhir. Asa ini kadang “nyaris” terputus melihat jarak dan waktu yang kadang tak terjangkau. Semangat tidak hanya disampaikan beliau, tetapi contoh yang faktual. Pak Bangun mengalami penyakit diabet parah, kemana pun beliau pergi selalu membawa suntikan insulin untuk menurunkan kadar gula darahnya. Namun dengan keterbatasan fisik, beliau tak pernah berhenti untuk melaksanakan tugasnya bahkan setelah menjadi Pdt. emeritus beliau tidak pernah berhenti mengajar. Tidak hanya sekedar mengajar, membeli dan membaca buku tetap dilakukannya. T

Walau beliau tidak pernah membandingkan keadaannya dengan permasalahan yang ku hadapi, tetapi hati ini seolah terbakar untuk tidak menyerah. Pada akhirnya aq memang menyelesaikan tugas akhir ku, tetapi beliau tidak lagi ada pada saat itu. Beliau telah pergi dengan tenang tanpa aq dapat bersua untuk yg terakhir.

Pdt. R. Bangun telah memberiku teladan untuk tidak menyerah, memberiku contoh disiplin yang mengagumkan. Walau kami hanya berdua, tetapi kami tidak pernah melanggar jam perkuliahan laiknya sebuah kelas. Walau kami dekat secara pribadi, namun tidak pernah ada kompromi masalah date line tugas dan kesempurnaan sebuah tugas.

Engkau bukan saja Dosen bagiku, tetapi Bapak, Pendeta, penyemangat dan teladan ku …. Terimakasi Pak Bangun. (has09122010-BKS)