SELAMAT DATANG DI "TEOLOGI KAUMAWAM"

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih telah mampir di blog yg sederhana ini. Kami sangat berterimakasih bila saudara berkenan memberi tanggapan atas tulisan yang saudara baca di blog ini. Karena dengan tanggapan itu kami akan dapat belajar dan berbagi, sebab untuk itulah blog ini dibuat agar hidup kita tetap terpelihara dalam persekutuan. Semua tulisan dalam blog ini dapat dikutip dengan tetap mencantumkan sumbernya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Pax Vobiscum, Erianto Hasibuan

Kamis, 13 Desember 2007

BERSUKACITALAH

Oleh : P. Erianto Hasibuan

Nats : Mat. 2 : 10

PENDAHULUAN :
Jika kepada kita saat ini ditanyakan, apa yang membuat anda bersuka cita, tentu dengan lancar kita dapat mengatakan beragam jawaban, bagi seorang anak kecil misalnya, dia bersuka cita pada saat natal dia diberikan baju baru, sepatu baru dan hadiah natal yang disukainya, bagi remaja yang sudah memiliki teman dekat, mungkin pada saat teman dekatnya tersebut memberinya hadiah ulang tahun, pada saat orang tuanya membelikan sepeda motor baginya, bagi orang dewasa mungkin pada saat dia dinyatakan lulus dari meja hijau, diwisuda, dan menikah, bagi orang tua mungkin pada saat kelahiran anak, pada saat anaknya diterima bekerja, dst. Tetapi bila ditanya kepada kita, ”apa yang membuat anda sangat bersuka cita?”, tentu kita tidak bisa menjawabnya dengan spontan, kita akan berfikir sejenak untuk membayangkan berbagai peristiwa menyenangkan yang kita sebutkan sebelumnya dan memilih satu peristiwa yang membuat kita sangat bersuka cita. Dan dipastikan bahwa peristiwa itu adalah peristiwa yang paling istimewa didalam hidup kita pribadi lepas pribadi.
Setiap orang pasti pernah merasakan sukacita, bahkan sangat bersukacita, tidak perduli apakah ia kaya atau miskin, berpendidikan atau biasa-biasa saja. Mengapa demikian ? Karena pada dasarnya manusia diciptakan menurut gambar (Tselem) dan rupa (demut) Allah yang sesungguhnya tidak ada perbedaan apakah ia kaya atau miskin, semua memiliki hati yang sama, yang membedakan adalah dengan apa hati itu diisi, dengan sukacita atau dengan kemarahan atau ketakutan.

Orang Majus dari Timur
Didalam kitab Injil, hanya dua penulis yaitu Matius dan Lukas yang menceritakan peristiwa kelahiran Yesus. Matius menceritakan orang Majus dari Timur yang menyembah Yesus, sedang Lukas menceritakan bagaimana para gembala memperoleh suka cita besar setelah menemui bayi Yesus.
Siapakah orang Majus dari Timur ini ? Majus merupakan terjemahan dari Magos (Yun. Orang berilmu dan menjadi imam) dalam tradisi Kristen dikemudian hari menganggap orang majus ini sebagai raja-raja (berdasarkan Mzm.72:10 kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan-persembahan; kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba menyampaikan upeti!).
Berdasarkan keterangan ini, dapat kita simpulkan bahwa mereka adalah orang-orang terhormat dan terpandang yang hidup dengan segala kemewahan dan pengetahuan-nya. Sekalipun Alkitab tidak menjelaskan, tetapi dapat kita perkiraan tentu bukan hanya mereka (diperkirakan 3 orang berdasarkan persembahannya yaitu emas, kemenyan dan mur atay sebagaian ahli mengatakan 12 orang) yang menjadi orang Majus, tetapi berapa pun mereka yang datang, 3 atau 12 orang dapat dipastikan tidak semua orang Majus datang mengikuti petunjuk bintang tersebut untuk menyembah raja (mesias) yang baru lahir. Sekalipun orang-orang majus yang lain juga menemukan tanda yang sama.
Lukas menceritakan datangnya para gembala, gembala menunjukkan orang-orang biasa yang berbeda jauh dengan orang majus. Kedua tulisan ini menunjukkan bahwa kedatangan Yesus kedunia memberikan sukacita bukan hanya kepada kalangan terdidik dan berpengaruh, tetapi juga dari kalangan ”biasa” seorang gembala yang didalam masyarakat dijamannya dianggap sebelah mata. Tetapi mereka semuanya mengalami sukacita yang sama. (Luk. 2: 20 Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.)

Bersukacitalah
Mat. 2 : 10 Ketika melihat bintang itu, mereka sangat bersukacita. Mengapa para orang majus sangat bersuka cita (ekharesan kharan megalen sporda =bersuka cita dengan suka cita yang sangat besar) karena mereka pasti sudah menggerahkan segala daya upayanya untuk mencari tahu arti dari tanda bintang itu sebagaimana pengetahuan yang mereka miliki, tetapi itu tidak cukup, mereka harus mencari tahu berbagai makna dibalik tanda itu. Didepan saya katakan bahwa bukan hanya mereka yang melihat tanda itu, tetapi hanya mereka yang memiliki motivasi besar dan usaha nyata untuk mencari tahu lebih dalam dan lebih dalam lagi, higga mereka rela meninggalkan segala kemewahan dan kenikmatan hidup yang mereka miliki hanya untuk menyerahkan persembahan bagi sang Raja yang baru lahir.
Coba kita periksa kembali jawaban kita tadi, pribadi lepas pribadi, apa yang membuat kita bersuka cita dan bahkan sangat bersuka cita, umumnya adalah saat kita memperoleh sesuatu, tetapi orang Majus bersuka cita dengan suka cita yang sangat besar pada saat mereka melihat bintang itu atau tanda itu, yaitu tanda bahwa mereka akan mendapat kesempatan untuk memberi (mempersembahkan) bukan mendapatkan sesuatu dalam arti materi.
Mari kita lihat bagaimana Suka cita ini digambarkan dalam bahasa daerah:
TOBA : mansai las situtu ma rohanasida. KARO : La tanggung riahna ukurna ngidahsa SIMALUNGUN: malas tumang ma uhur ni sidea. PAK-PAK : Soh mo lolona kalak idi
ANGKOLA: Jop situtu ma roha ni halahi JAWA : padha bungah banget.
NIAS : Ba omuso sibai dodora (dedera).
Hari ini, kita memang tidak menemukan bayi Yesus, sebagaimana orang Majus dan Gembala, atau bintang sebagai petunjuk, tetapi hari ini kita akan menemukan Sukacita yang sama jika kita memang merindukan lahirnya Yesus Kristus dihati kita pribadi lepas pribadi, apakah anda percaya sukacita yang sama dapat hadir bagi anda pada saat ini, sekalipun anda tidak melihat bayi Yesus?
Saya percaya, karena seperti yang dituliskan Paulus dalam didalam Rom. 14 : 17 Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Suka Cita disini digunakan kata yang sama yaitu kara dalam Mat. 2:10 Artinya Siapapun anda yang hadir pada saat ini dapat mengalami sukacita yang sama karena ada ROH KUDUS. Suka cita itu akan menjadi Suka cita yang sangat besar bila kita mau menggunakan apa yang kita miliki untuk MENCARI DIA dan MENGENAL KASIHNYA dengan BENAR.
Jangan anda pikir Kebahagian atau sukacita hanya milik orang-orang tertentu saja, atau anda kawatir bahwa kebahagiaan yang anda peroleh saat ini akan segera sirna seperti pasangan muda berikut ini :
Sepasang suami isteri yang masih muda merasa bahwa mereka hidup berkecukupan dan sangat berbahagia, kecuali ada dua hal yang sangat mengganggu pikiran mereka yaitu: apakah kebahagiaan ini akan berlangsung terus atau mereka juga akan mengalami rintangan atau masalah-masalah hidup.
Pada suatu hari terdengar berita bahwa ada seorang tua yang bijaksana datang ke kota mereka. Orang tua ini sangat arif dan dapat membantu atau mencarikan jalan keluar dari masalah apapun. Pasangan muda ini segera bersepakat untuk mendatangi orang tua tadi dan menyampaikan alasan kecemasan mereka.
Setelah mendengar permasalahannya, si orang tua itu memberikan nasihatnya, "Pergilah kalian keliling dunia. Cari pasangan yang menurut kalian paling bahagia, bila kalian dapati, mintalah baju dari pasangan yang laki-laki, kalian simpan terus dan mudah-mudahan kalian akan selalu bahagia."
Pasangan muda itu memulai perjalanan mereka mengelilingi dunia untuk menemukan pasangan yang paling bahagia. Di salah satu tempat mereka mendengar bahwa gubernur di kota itu dan isterinya adalah pasangan yang paling bahagia. Kemudian pasangan muda itu pergi ke istana gubernur, menghadap dan bertanya, "Apakah tuanku pasangan yang paling berbahagia?" Gubernur dan isterinya menjawab secara bersamaan, "Ya, kami merasa sangat berbahagia kecuali satu hal, kami tidak mempunyai anak."
Pasangan muda itu menyimpulkan bahwa gubernur dan isterinya bukanlah pasangan yang paling bahagia. Kemudian mereka meneruskan perjalanannya hingga sampai di kota dan mendengar ada pasangan bahagia di kota itu. Mereka pergi ke rumah pasangan tersebut dan bertanya, "Apakah kalian pasangan yang paling bahagia?" Jawabya, "Ya, dalam beberapa hal kami memang merasa sangat bahagia kecuali anak kami teralu banyak, sehingga hidup menjadi agak repot." "Ah, tentu bukan yang ini pikir pasangan muda itu sambil meneruskan perjalanannya. Mereka terus berjalan melalui banyak negara, kota-kota besar, kota kecil, desa dan setiap kali menanyakan hal yang sama tetapi tidak pernah dapat menemukan pasangan yang dimaksud.
Suatu hari, pasangan muda itu melintasi padang rumput, di situ mereka berjumpa dengan penggembala kambing yang sedang meniup seruling, sedangkan anak dan isterinya sedang menyiapkan makan siang di tikar sambil bersenandung mengikuti alunan serulingnya. Pasangan muda itu mendekati mereka dan bertanya, "Apakah kalian pasangan yang paling bahagia?" Si gembala dan isterinya menjawab bersamaan, "Tidak ada yang paling susah kecuali raja." Mendengar jawaban tersebut pasangan muda itu menjadi yakin bahwa mereka telah menemukan pasangan yang paling bahagia di dunia, kemudian mereka meminta baju yang dipakai si gembala untuk disimpan sesuai dengan pesan si orang tua bijaksana di negerinya. Si Penggembala menjawab, "Kalau baju yang aku pakai ini kuberikan padamu, lalu aku memakai apa? karena ini satu-satunya baju yang aku punya."
Segera pasangan muda itupun sadar bahwa sangatlah sulit untuk mendapatkan kebahagiaan yang sempurna di dunia ini. Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang ke negerinya dan menemui kembali orang tua yang bijaksana itu. Mereka juga mengeluh bahwa petunjuk dari orang tua tadi sangatlah sulit untuk dijalankan. Orang tua itu kemudian bertanya, "Jadi kesimpulannya bagaimana? Perjalanan kalian percuma saja atau ada manfaatnya?" Si suami berkata, "Sepulang dari perjalanan ini, aku baru menyadari bahwa tidak ada kebahagiaan yang sempurna di dunia ini." Si isteri menyambung, "Teryata kalau mau bahagia kita harus puas dan mensyukuri apa yang kita miliki dan belajar bersabar dalam segala hal." Kemudian pasangan muda tersebut mengucapkan terima kasih kepada si orang tua dan pulang kembali ke rumah mereka.

PENUTUP :
Anda tidak perlu menghabiskan uang untuk keliling dunia seperti pasangan muda dalam cerita tadi, Hari Ini anda dapat memiliki KEBAHAGIAAN bila didalam hidup anda ada SUKA CITA. Cerita kita sudah membuktikan dunia tidak dapat memberikan KEBAHAGIAAN YANG SEMPURNA tetapi YESUS TELAH MEMBERI ROH KUDUS agar kita dapat memiliki SUKACITA yang Sangat besar dan menghadirkan Kerajaan Allah di dunia ini melalui KEBENARAN, DAMAI SEJAHTERA DAN SUKACITA oleh ROH KUDUS. AMIN.
Disampaikan pada Kebaktian NATAL di Gereja POUK Maranatha pada acara natal STM PARDOMUAN HELVETIA PSR VI-XI MEDAN 09 DES 2007

PENGHARAPAN AKAN HARI TUHAN

Oleh : P. Erianto Hasibuan
BACAAN : YAK.5:7-11
Nats : 1 TES 5 : 1-11

PENDAHULUAN :
Pada suatu kali seorang hamba Tuhan kembali dengan kereta api setelah dia menyelesaikan pelayanannya di sebuah kota. Tetapi kereta api yang ditumpanginya berjalan sangat lambat. Akibatnya, dia menyadari bahwa dia akan terlambat untuk memimpin upacara pernikahan yang harus dilakukannya. Ketika akhirnya dia turun dari kereta api, dia hanya mempunyai waktu lima menit untuk bisa segera sampai di gereja. Sambil melompat masuk ke dalam sebuah taksi yang terdekat, dia berteriak, ”Pak Sopir, tolong antarkan saya dari tempat ini secepat mungkin”, Pak Sopir tadi memenuhi permintaan penumpangnya dengan sebaik mungkin, dia mengemudikan taksinya dengan kecepatan yang sangat tinggi di tengah-tengah lalu lintas yang ramai sekali. Akhirnya, setelah beberapa menit, hamba Tuhan tadi bertanya, "Apakah kita sudah hampir sampai di tujuan?" ”Hampir sampai di tujuan mana, Pak?” tanya sopir taksi. ”Bapak sejak tadi tidak mengatakan kepada saya ke mana, Bapak akan pergi”.
Tidakkah kita juga sering berbuat demikian? Kita menghabiskan waktu kita dengan melakukan kesibukan ke sana kemari, tetapi tanpa pengertian yang jelas tentang ke manakah tujuan kita atau mengapa kita melakukan hal itu.
Pada minggu ini, kita memasuki Advent yang pertama, apa tujuan kita untuk memasuki masa advent? Advent, berasal dari bahasa Latin : adventus yang berarti kedatangan (coming) atau tiba (arrival) yaitu kedatangan Yesus. Kedatangan Yesus dapat dilihat dari 2 sisi, yaitu :
(1) Advent yang pertama adalah Kedatangan-Nya ketika Ia dilahirkan oleh seorang perawan di Betlehem.
(2) Advent yang kedua adalah kedatangan-Nya yang kedua, ketika Ia datang pada akhir zaman.
Advent juga dipahami sebagai tahun gerejawi yaitu empat minggu sebelum hari Natal.
Apa tujuan kita untuk memasuki masa Advent ini, itulah yang akan dijawab oleh nats kita pada minggu ini.
Paulus hanya tinggal selama lebih kurang 3 minggu di Tesalonika, Ia hanya mengajar selama 3 kali pada hari sabat di rumah ibadat (Kis. 17:2), tetapi dampaknya begitu luar biasa, dan karena dampak yang besar tersebut membuat dia harus segera diseludupkan ke Berea akibat massa yang mengamuk karena di hasut oleh orang Yahudi. (Kis. 17 : 1-15).
Jemaat yang baru di Tesalonka ini telah mencemaskan Paulus, sehigga ia mengirimkan Timotius yang bergabung dengannya di Athena ke Tesalonika, untuk mencari informasi yang dapat menenangkan hatinya. (1Tes.3:1, 2,5; 2:17). Berita yang dibawa Timotius memang berita yang baik, mereka tetap berdiri teguh dalam iman (1Tes.2:14; 3:4-5; 4:9-10). Namun ada sejumlah berita yang merisaukan, tetapi pada saat ini kita hanya melihat 2 pokok sesuai dengan nats kotbah kita :
1. Pemberitaan tentang kedatangan Yesus yang kedua kali (the second coming) telah menimbulkan situasi yang tidak sehat yakni, orang telah berhenti bekerja, menantikan kedatangan Yesus dengan luapan emosi yang tak terkendali.
2. Mereka risau tentang apa yang akan terjadi terhadap mereka yang telah mati sebelum kedatangan Yesus.

Pengharapan Hari Tuhan (PAROUSIA)
Hari Tuhan adalah kedatangan Yesus yang kedua kali atau lebih dikenal dengan istilah teologis PAROUSIA (bhs Yun.) yaitu Yesus yang telah naik ke Sorga bersama dengan Bapa Nya, kembali ke bumi.
Menjawab keraguan jemaat Tesalonika Paulus menulis bahwa zaman dan kapan tidak perlu dibicarakan, karena yang pasti Hari Tuhan itu Ada dan kedatangannya akan seperti pencuri di Malam hari (1-2).
Tetapi Paulus juga mengatakan, bahwa kedatangan Tuhan (PAROUSIA) bagaikan pencuri hanya bagi mereka yang hidup didalm kegelapan (Skotei/ Skotos=kegelapan) yang lebih lanjut artinya adalah orang yang digelapkan dosa yang tidak percaya kepada Tuhan. (4) Sementara bagi anak-anak terang (Yun. Photos / uioi photos=sons of light) yaitu orang-orang yang sudah mengetahui kebenaran (enlightened sons) kedatangan itu tidak seperti pencuri (5). Sekalipun memang tetap kita tidak mengetahui kapan. Tetapi yang penting adalah supaya jangan kita tidak tidur seperti orang lain, tetapi mari kita waspada/berjaga-jaga (gregoreo) dan menguasai diri/sadar (nepho) kata yang sama digunakan dalam 2 Tim.4:5. Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!
Jadi karena kita adalah orang-orang siang, baiklah kita menguasai diri/sadar (nepho), dengan menggunakan tutup danda iman (pistis) dan kasih (agape) kasih yang paling tinggi, yang tidak tergantung pada objeknya, dan berketopangkan (bertopi baja /Yun. perikephalaia) keselamatan. (8)
Dengan demikian kita akan melihat ayat 1-8, berbicara akan KETIDAK PASTIAN KEDATANGAN HARI TUHAN, yang meminta kita untuk WASPADA/BERJAGA-JAGA, tetapi sebagai orang-orang siang yang sudah mengetahui kebenaran (uioi photos) kita juga memiliki PENGHARAPAN AKAN KESELAMATAN.

Tujuan Hari Tuhan
Kita hidup bukan tanpa tujuan, sebagaimana hamba Tuhan yang meminta supir mengantarkannya pergi dari tempat itu secepat mungkin, tetapi tidak menyebutkan tujuannya. Allah mengajak kita menjadi anak-anak terang (Photos / uioi photos=sons of light) yang sudah mengetahui kebenaran TUJUANnya adalah UNTUK BEROLEH KESELAMATAN oleh YESUS KRISTUS, bukan untuk menerima murka. (9).
Paulus mengajak jemaat Tesalonika dan juga kita untuk tidak perlu merisaukan, bagaimana keadaan kita, apakah kita hidup atau mati, yang penting adalah kita BERSAMA-SAMA DENGAN DIA (10). Ini sekaligus menjawab keraguan jemaat Tesalonika tentang apa yang akan terjadi terhadap mereka yang telah mati sebelum kedatangan Yesus.
Pada ayat ini, Paulus hendak menekankan kepada kita, bahwa kita tidak perlu merisaukan kapan Hari Tuhan datang, yang pasti HARI TUHAN PASTI DATANG dan yang mengetahui saatnya hanyalah Bapa Mrk. 13:32 Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja." Jadi jangan pernah berfikir untuk mencari tahu, yang perlu kita lakukan didalam hidup ini adalah BERSAMA-SAMA DENGAN KRISTUS, entah kita sedang bekerja, berjaga-jaga atau apa saja, sehingga kedatanganNya akan ,menjadi JALAN KESELAMATAN bagi kita. HIDUP BERSAMA-SAMA DENGAN KRISTUS adalah menjadi dasar kita untuk SALING MEMBANGUN. (11).


Penutup :
Jadi masa adven mengajak kita untuk memiliki PENGHARAPAN akan Hari Tuhan, yaitu hari yang membuat kita selalu menguasai diri/sadar (nepho), dengan menggunakan tutup danda iman (pistis) dan kasih (agape) dan berketopangkan (bertopi baja /Yun. perikephalaia) keselamatan.
Adven juga mengajak kita untuk memiliki PENGHARAPAN, bahwa NATAL juga akan MELAHIRKAN YESUS didalam HATI kita pribadi, lepas pribadi, sehingga bagaimanapun keadaan dunia dan lingkungan ini, tetapi Suara Yesus yang LAHIR dihatiku melalui ROH KUDUS, akan senantiasa membuatku memiliki memiliki PENGHARAPAN bahwa sepanjang aku BERSAMA-SAMA DENGAN DIA aku akan beroleh KESELAMATAN.
Hidup bersama-sama dengan Kristus, juga menjadi dasar kita untuk senatiasa SALING MEMBANGUN dengan menasehati ssesama kita.

Disampaikan pada Kotbah Minggu di Gereja POUK MARANATHA MEDAN 2 DES 2008

PENGHAKIMAN TERAKHIR

Oleh : P. Erianto Hasibuan

Bacaan : DANIEL 12:1-3
Nats : WAHYU 20 : 11-15

PENDAHULUAN :
Bagi kita yang menggunakan bahan kotbah yang dikeluarkan oleh United Evangelical Missino (UEM) atau yang lebih dikenal dengan sebutan VEM. Hari ini Minggu 25 November 2007 adalah Akhir tahun gereja. Seiring dengan akhir tahun gerejawi tersebut, maka bahan Kotbah juga menyangkut puncak dari rangkaian pengajaran (kotbah) selama satu tahun. Bagi saudara-saudari yang setidaknya selama bulan November ini terus mengikuti kebaktian, maka akan terasa bahwa tema-tema kotbah kita diarahkan pada tema kotbah hari ini. Simak saja topik Minggu pertama 4 Nov, Yer. 8:4-7, Yeremia mengajak kita untuk kembali, Tuhan tidak memandang berapa kali anda jatuh dan seberapa jauh anada menyimpang, tetapi Ia mengundang anda untuk kembali (bertobat). Minggu ke 2, 11 Nov, Yehezkiel 18:30-32 Kembali mengajak kita untuk bertobat, sebagaimana Allah mengajak Israel bertobat dari kedurhakaannya. Dan Minggu ke III, 18 Nov Amos 5:14-17, kita diajak untuk mancari yang baik dan menegakkan keadilan, sebagai prilaku oang yang bertobat sebagaimana dalam Epistel (Epistola) Kej. 35:1-5 bagaimana Yakub yang membuang seluruh berhala dan perhiasan kenajisan yang dikuburkannya saat ia hendak ke Betel menerima panggilan Allah. Saat ini kita diingatkan, bahwa Panggilan pertobatan tersebut tidak selama-lamanya akan kita peroleh, karena akan ada saatnya dimana AKAN ADA PEMISAHAN antara yang memperoleh HIDUP YANG KEKAL, dan KEHINAAN YANG KEKAL (Dan 12:2 epistel).
Bacaan kita dari kitab Wahyu, jarang sekali digunakan dan banyak pengkotbah yang enggan mengkotbahkannya, lihat saja contoh dalam 1 tahun hanya muncul 2 kali, yang sesungguhnya untuk tahun gerejawi 2007 hanya 1 kali, sedang yang lain adalah masa adven. Boleh jadi bila diibaratkan masuk bioskop, didepan kitab Wahyu akan tertulis Khusus Dewasa (17 tahun ke atas/adult only), jadi jarang yang bisa masuk, karena sekalipun usia sudah di atas 30 tahun tetapi belum dewasa karena hanya masih mengkonsumsi susu dan bubur bukan makanan keras, sebagaimana yang dikatakan Paulus dalam I Korintus 3:2 Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarang pun kamu belum dapat menerimanya. Tapi puji Tuhan ditempat ini, saya yakin dan percaya kita sudah memiliki kedewasaan Iman yang cukup untuk mengkonsumsi makanan yang keras, atau setidaknya agak keras.
Bila kita mecermati Kitab Wahyu, yang ditulis oleh Rasul Yohanes saat Ia di buang Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya Efesus). Kitab ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 90-96 M saat pemerintahan Domitianus, yang mewajibkan warganya untuk memanggil dia sebagai ”Tuhan dan Allah”. Orang Kristen pada saat itu, terpecah menjadi dua, ada yang mencari aman dengan menuruti perintah, tetapi tidak sedikit yang mengalami penganiayaan yang begitu hebat karena menolak dan tetap setia kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Allah. Jadi surat ini dikirimkan kepada para jemaat untuk meneguhkan iman, ketetapan hati dan kesetian agar mereka menjadi pemenang.



Penghakiman Terakhir
Ayat 11 Takhta Putih yang Besar merupakan penggambaran dari ”Penghakiman Takhta Putih yang Besar”. Bumi dan langit tidak ditemukan lagi ditempatnya merupakan pelopor dari adanya langit dan bumi yang baru. (2 Ptr.3:10-13).
Ayat 12 Dihakimi menurut perbuatan, seperti apa yang tertulis dalam kitab. Nats ini bukan hendak mengatakan bahwa kita diselamatkan oleh perbuatan kita, karena jika demikian maka Yesus Kristus tidak berarti bagi kita, yang hendak dikatakan di sini adalah kita diselamatkan oleh Iman sebagaimana perempuan berdosa yang meminyaki kaki Yesus saat dia dirumah orang Farisi. Luk.7:50 Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu: "Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!". Tetapi apakah cukup hanya dengan Iman? Yakobus mengatakan dalam Yak. 2:18 Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku." Artinya tidak mungkin kita mengatakan bahwa kita punya Iman, tetapi tanpa berbuah. Jadi tunjukkanlah dulu buah yang baik, sebagaimana Yohanes menegur dengan keras orang Farisi Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. (Mat.3:8).
Ayat 13 Laut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati. Ini menggambarkan kematian bukanlah akhir dari segalanya, Iman Kristen mempercayai bahwa setelah kematian akan ada kekekalan, apakah kekal didalam kehidupan atau kekal didalam kehinaan. Laut menyerahkan orang-orang mati yang ada didalamnya melukiskan apa yang dipahami oleh manusia zaman purba tentang memakamkan mayat di laut.
Ayat 14 Lautan Api.
Inilah yang saya sebut dengan makanan Keras, kita tidak hanya siap menerima berita Anugerah, tetapi juga siap untuk memahami bagaimana hasil yang akan diterima oleh orang-orang yang mengeraskan hatinya.
Lautan Api oleh Matius di catat sebagai dapur api tempat bagi orang jahat. Mat. 13:50 lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Tempat itu adalah tempat yang kekal Mat. 25:46 Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal." Dimana api yang menyala adalah api yang tak terpadamkan Mrk. 9:43 Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan;
Ayat 15 Kitab Kehidupan.
Ukuran terakhir adalah Kitab Kehidupan, mereka yang namanya ada dalam kitab kehidupan akan bersama dengan Anak Domba Allah didalam hidup yang kekal, tetapi yang tidak ada namanya akan dilemparkan kedalam lautan api itu. Apakah Penghakiman Terakhir ini, meniadakan Kasih Allah kepada manusia ? Tidak, justru Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yh. 3:16). Kata binasa berasal dari kata (Yun. Apoletai subj. asalkata apollumi = membinasakan, mati) Kebinaasaan, atau kematian disini bukan berarti jasmani, tetapi kepada hukuman Kekal yaitu Lautan Api yang mengerikan. Artinya Allah tidak mengkehendaki kita dihukum untuk itulah kehadiranYesus supaya kita percaya dan memperoleh hidup yang kekal. Siapa saja yang akan diselamatkan Oleh Allah melalui Anak-Nya Yesus Kristus? Paulus mengatakan supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. (1Tim.2:4) Bagaimana dapat memperoleh pengetahuan dan kebenaran, mau mendengarkan dan tidak mengeraskan hati. ”Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua." (Why.2:11)
Siapa yang namanya tidak dihapuskan dari KITAB KEHIDUPAN adalah mereka yang MENANG. Wahyu 3:5 Barangsiapa MENANG, ia akan dikenakan PAKAIAN PUTIH yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari KITAB KEHIDUPAN, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.

Jadi apa makna Kotbah hari ini bagi kehidupan kita saat ini ?, Jika Saudara-saudari masih ingat akan topik pada Kotbah Minggu 6 Mei 2007 yang lalu, Kel. 15:19-21 Nyanyian Umat yang Menang, mungkin dapat menolong kita, sekedar mengingatkan Saat itu Bangsa Israel sebelum menyeberangi Laut Teberau merekah dikejar dari belakang oleh 600 kereta kuda tentara orang Mesir, didepan Laut Teberau yang seolah tanpa tepi, mereka Hampir KALAH karena LUPA akan Janji Allah, tetapi untunglah ada MUSA yang TETAP BERPEGANG PADA JANJI ALLAH. Pada saat saya membawakan kotabah tersebut ditempat lain, Saya mengilustrasikan dengan kisah Nyata Mercy Junaina (31) yang membunuh 4 anaknya dan dirinya sendiri 10 Maret 2007 di Malang dengan Potasium dan Cerita Melawati br. Simanjuntak (34) isteri seorang Polisi pada 16 April 2007 di Medan Menembak Perutnya. Mereka GAGAL MENJADI PEMENANG. Saat ini kita Tinggal MEMILIH akan kah kita MEMBIARKAN nama kita dihapuskan dari KITAB KEHIDUPAN dan menjadi orang GAGAL atau kita akan menjadi PEMENANG dan NAMA KITA ADA TETAP DIDALAM KITAB KEHIDUPAN.

Penutup :

Akhirnya, Firman Tuhan saat sekalipun keras, tetapi bukan mengajak kita untuk Gelisah dan Khawatir didalam menjalani hidup ini. Tetapi mengajak kita untuk tetap SETIA MENUNJUKKAN PERBUATAN KITA SEBAGAI BUKTI DARI IMAN KITA KEPADA YESUS KRISTUS yang telah hadir didunia untuk MENYELAMATKAN kita agar tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Hingga pada akhirnya kita akan MENJADI PEMENANG. AMIN.

Disampaikan pada Kotbah Minggu di Gereja Oikumene Martubung Medan 25 November 2007

SUARA PERTOBATAN

Oleh : P. Erianto Hasibuan

Nats : YEREMIA 8 : 4-7

PENDAHULUAN :
Yeremia, yang dipanggil kira-kira pada tahun 626 SM, yaitu pada era pemerintahan Raja Yosia (637-608 SM), Ia mulai muncul dengan kecaman terhadap bangsanya yang jatuh ke dalam dosa sinkretisme. Rupa-rupanya dia berhasil dengan kecaman itu, sebab sesudah empat tahun, timbullah Reformasi Deuteronomistis (tahun 622 SM.)
Tetapi kesetiaan tersebut tidak berlangsung lama, karena pada tahun 612 SM. Niniwe (Asyur), yang pada waktu itu sudah sangat lemah, terancam jatuh oleh Babylon yang muncul menjadi negara yang kuat. Firaun Nekho dari Mesir telah melihat bahaya itu, sehingga ia mau membantu Asyur. Dengan angkatan perangnya ia bergerak melalui daerah-daerah Yehuda menuju Asyur. Akan tetapi raja Yosia, yang menghendaki sikap netral negaranya, tidak senang melihat daerahnya dimasuki pasukan-pasukan asing. Karena itu dia bersama tentaranya menghadang Firaun Nekho di Megido. Terjadilah pertempuran dan Yosia ditewaskan. Kemudian Firaun Nekho mengangkat Yoyakim menjadi raja Yehuda. Yoyakim menjadi raja taklukan Nekho. Reformasi Deuteronomistis itu dilanggar, sehingga timbullah lagi sinkretisme di Yehuda. Pada saat inilah Yeremia muncul kembali dengan kecaman kecamannya yang keras terhadap Yoyakim. Karena itu Yoyakim marah dan memenjarakan Yeremia.
Pada tahun 605 SM Firaun Nekho dikalahkan oleh Nebukadnezar di dekat Karkhemis. Dengan demikian terbukalah jalan bagi Babylon untuk menguasai seluruh Timur Tengah kuno pada masa itu. Pada masa ini Yeremia menubuatkan bahwa Yehuda akan dihancurkan oleh Babylon, pada saat itu Yehuda berada dalam keadaan politis yang sangat berbahaya. Pemberitaannya ini membuat ia makin dibenci oleh bangsanya, terutama oleh Yoyakim. Pada masa inilah Yeremia mendiktekan segala nubuatnya kepada Barukh, dan menyuruh Barukh membacakan semua nubuat itu kepada semua orang yang datang ke Bait Allah. Yoyakim marah sekali, setelah membaca gulungan-gulungan nubuat Yeremia itu, makanya ia membakarnya habis. Tetapi kemudian Barukh mulai menulis semua nubuat itu lagi. Dan inilah yang menjadi dasar bagi kitab Yeremia yang kita kenal sekarang ini.

KEJAHATAN YEHUDA
Dosa apa saja yang dilakukan oleh orang-orang Yehuda, tidak hanya dilakukan oleh bangsa itu, tetapi juga oleh para pemimpin dan para imam, bahkan dosa itu justru di awali oleh para imam dan pemimpin. Dosa tersebut diuraikan sbb :
Kejahatan para Imam (Pemimpin) :
1. Para Imam tidak lagi mencari Tuhan (Yer.2:8)
2. Mengajarkan kedamaian yang palsu (Yer.5:12)
3. Para imam dan nabi mencari keuntunga duniawi (Yer.6:13)
Kejahatan Rakyat/Bangsa itu (Kolektif) :
1. Menukar Allah dengan allah (illah) lain (Yer.2:11)
2. Membunuh, Berzinah , Bersumpah Palsu, membakar korban kepada Baal (Yer.7:9)
3. Mereka mendirikan bukit-bukit pengorbanan Tofet di lembah Ben-Hinom untuk membakar anak-anaknya laki-laki dan perempuan, suatu hal yang tidak pernah Kuperintahkan dan yang tidak pernah timbul dalam hati-Ku. (Yer 7:31)

SUARA PERTOBATAN
Sedemikian dalamnya dosa dan orang Yehuda, bahkan sesuatu yang tidak pernah timbul didalam hati Tuhan sekalipun telah mereka lakukan. Allah memakai Yeremia untuk mengingatkan orang-orang Yehuda untuk mau meninggalankan dosa-dosanya menunjukkan Kasih Allah yang besar.
Bagaimana Kasih Allah tersebut diwujudkan dalam suara panggilan yang disuarakan Yeremia untuk bertobat :
Ayat (4) Apabila orang jatuh, masakan ia tidak bangun kembali ? Apabila orang berpaling, masakan ia tidak kembali ?
Ayat (5) Mengapakah bangsa ini berpaling, berpaling terus menerus ? Mereka berpegang pada tipu, mereka menolak untuk kembali.
Ayat (6b) Tidak ada yang menyesal karena kejahatannya … Sambil berlari semua mereka berpaling, …
Keseluruhan Ayat ini menunjukkan bahwa Allah tidak mempersoalkan berapa kali orang tersebut jatuh, atau kepada siapa mereka berpaling, tetapi yang dipertanyakan Allah adalah, tidak kah mereka mengingat siapa mereka sesungguhnya ? bangsa yang telah dibebaskan Allah dari perbudakan Mesir, masakan mereka akan terus jatuh ? Masakan mereka terus berpaling ?

Suara ini juga datang kepada kita hari ini, Allah memanggil anda, memanggil saya secara pribadi lepas pribadi, keluarga lepas keluarga, gereja lepas gereja bahkan memanggil kita sebagai bangsa untuk KEMBALI, tidak perduli SEBERAPA BESAR KESALAHAN DAN KETIDAK SETIAAN yang anda sudah lakukan, yang penting bagi Tuhan adalah ANDA MAU KEMBALI KEPADNYA.
Suara ini juga datang kepada saya, sebagai abdi Allah, ibu Bapak sebagai Majelis, Ibu Bapak sebagai Ibu dan Bapak didalam keluarga, yang dipercayakan Tuhan untuk menyampaikan kebenaran Firman Tuhan. Masikah kita senantiasa memperbincangkan-nya sebagaimana perintah Allah kepada Yosua ”Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati ... (Yos..1:8a) atau masikah kita bertekun dalam membaca kitab suci seperti yang permintaan Paulus kepada Timotius ? Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar. (1 Tim 4:13)
Atau kita sudah lebih suka memperbincangkan hal-hal lain yang pada akhirnya itu akan memberi keuntungan bagi kita pribadi lepas pribadi ?. Andai kita tidak lagi bersedia untuk MENYUARAKAN SUARA PERTOBATAN bagaimana mungkin mereka yang larut dalam dosa akan kembali ?
Karena bulan ini, adalah bulan Oktober adalah bulan reformasi, tepatnya tanggal 31 Oktober 1517, yaitu saat Martin Luther menempelkan 95 dalilnya di Wittenberg (Jerman) yang dikenal dengan Indulgensia (indalgensia), maka perlu bagi kita juga mengenang apa yang sudah dilakukan Nommensen, seorang penginjil yang berhasil membawa orang batak kepada Yesus. Ada dua kisah menyangkut pertobatan yang dialami Nommensen yang berkaitan dengan Nats kita hari ini yang akan saya kutip. Pertama adala Raja Panggalamei, adalah seorang raja yang mengepalai beberapa desa di dekat Gunung Martimbang, hidup bagai pengembara di desa terpencil dipegunungan. Nama raja Panggalamei menjadi sangat terkenal bahkan diseantero eropa karena dia dan kelompokknya yang membunuh Manson dan Lyman, pada tahun 1834 ketika Nommensen di lahirkan. Berita pembunuhan tersebut telah menjadi bahan bagi penjajah Belanda saat itu untuk mendiskreditkan bangsa Batak sebagai manusia Kanibal.
Nommensen sudah sejak lama berniat untuk mengajak Panggalamei untuk bertobat, hingga akhirnya dengan bersusah payah ia pergi ke daerah perbukitan didesa barat Gunung Martimbang yang bernama Sisangkak, desa lobu Pining . Disitu ia bertemu dengan Panggalamei, tetapi ia sangat ketakutan karena ia beranggapan bahwa Nommensen adalh hantu dari Lyman. Dengan lembut Nommensen memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatanghannya : ”Sudah sejak lama saya ingin bertemu dengan anda. Berita tentang kematian Lyman dan Munson begitu menggema di eropa. Saya mau mengajak anda untuk bertobat dan mempercayai Yesus Kristus, itu tujuan kedatangan kami, kami tidak bermaksud balas dendam kepada bapak, percayalah.”
Tetapi karena Panngalamei telah diliputi rasa takut dan bersalah, maka ia dengan alasan untuk memanggil isterinya di ladang untuk membuat minim kemudain melarikan diri. Dua orang anaknya yang masih kecil menangis karena ditinggalkan ayahnya begitu saja. Nommensen menyuruh orang untuk memanggilnya ke hutan dan menyampaikan bahwa kedatangannya bukan untuk membunuh tetapi membawa Firman Tuhan. Kemudian pada sore harinya dua oranga utusan Panggalamei datang dan menyampaikan bahwa ia tidak mau datang dan supaya Nommensen dan rombongannya segera pergi. Nommensen mengetahui bahwa dua orang pembawa pesan itu adalah anak Panggalamei. Malam itu Nommensen menginap di rumah Panggalamei, dan meliha ada seorang yang terpasung yaitu si Lumba, ia terpasung karena orang tuanya tidak sanggup membayar hutang kepada raja Panggalamei, Nommensen lalu membebaskan si Lumba. Pada esok harinya Nommensen membawa si Lumba bersamanya dan memberi pesan kepada anak Panggalamei, bahwa ayahnya boleh datang ke Sahitnihuta untuk mengambil uang tebisan si Lumba. Berita pembebasan si Lumba begitu cepat tersebar. Beberapa waktu kemudian Panggalamei datang ke Sahitnihuta untuk meminta uang tebusan, kemudian Nommensen menanyakan, mengapa mereka membunuh misionaris tersebut. Dengan rasa takut Panggalamei mengatakan bahwa bukan dia yang membunuhnya tetapi anak buahnya. Nommensen kembali menjelaskan maksud kedatangannya kala itu dan kembali mengajak Panggalamei untuk bertobat, pada akhirnya Panggalamei tetap menolak. Pada hari tuanya Panggalamei disambar petir, hingga badanya mati sebelah, pada hari tuanya hingga akhirnya ia lebih banyak terbaring ditempat tidur yang lusuh hingga akhir hayatnya.

Kedua :
Pada saat penginjilan Nommensen di Tanah Batak mulai menunjukkan hasil, banyak pihak yang mencoba menyakiti dia. Satu diantaranya adalah Raja Panalungkap datang ke rumah Nommensen di Silindung dan pura-pura meminta api ke dapur untuk menyalakan api rokoknya. Si Jamalayu pembantu Nommensen sedang asyik menggaduk bubur buat makan Nommensen, lalu Panalungkap mengatakan bahwa Jamalayu dipanggil tuannya. Saat Jamalayu keruang depan maka Palalungkap memasukkan racun kedalam bubur yang sedang dimasak. Setelah diamakan oleh Nomensen ternyata tidak terjadi apa-apa, tetapi sisa bubur dimakan anjing, langsung membuat anjing itu menggelepar dan mati. Karena penasaran Nomensen tidak mati, Panalungkap mengikuti ibadah yang dilakukan Nommensen dan mendengar kotbahnya, dengan maksud untuk melihat reaksi rahcun tersebut. Tetapi Nomensen justru tambah sehat dan segar. Pada akhirnya Panalungkap mendengar dalam kotbah Nommensen mengatakan ”Kita harus saling mengasihi dengan sepenuh hati karena kita sama-sama anak Tuhan . Jangan mambalaskan perbuatan yang jahat tetapi doakan agar seseorang yang bebuat jahat menjadipengikut Tuhan.”
Setelah berfikir, dan diliputi rasa takut, raja Panalungkap akhirnya menjumpai Nommensen, ”apakah yang tuan katakan dalam kotbah di Gereja akan tuan lakukan, yaitu memafkan orang yang akan membunuh kita misalnya?” kata Panalungkap. ”Oi..ya” kata Nommensen. Kemudian Panalungkap minta ampun, minta dimaafkan dan berkata ” Beberapa kali aku menyuruh orang untuk membunuh tuan selalu gagal. Akhirnya aku sendiri yang mau melakukannya dengan memasukkan racun ke dalam bubur tuan yang sedang dimasak si Jamalau. Aku heran, tuan tidak mati, tapi anjing tuan yang memakan sebagian dari bubur itu langsung mati menggelepar”.
Nommensen menjawab ”Kau rupanya yang meracun anjingku itu dan mau membuhuhku, Ya?” jadi kau sudah betul-betul mengetahui kesalahan mu ? Berdoalah kepada Tuhan. Dia yang telah menjagaiku dan juga menjagai engkau. Aku maafkan kau, tinggalkan kebiasaanmu yang buruk, jadilah pengikut Yesus.” Si Raja Panalungkap menjadi orang setempat yang menjadi sahabat Nommensen, pada akhirnya setelah marguru (belajar) ia dibaptis dengan nama Nikodemus, dikemudian hari dua orang anak dari Raja Panalungkap menjadi Pendeta.

Penutup :
Suara pertobatan tersebut sudah kita dengar, Allah tidak mepersoalkan berapa kali anda sudah jatuh dan seberapa dalam anda didalam dosa, tetapi HARI INI, anda yang akan memilih, apakah anda akan menjadi seperti RAJA PANGGALAMEI yang TETAP MENGERASKAN HATINYA atau seperti RAJA PANALUNGKAP yang MENDENGARKAN SUARA TUHAN UNTUK BERTOBAT.

Masakan kita lebih BEBAL dari burung ranggung atau burung tekukur YANG MASIH PEKA DAN MENGETAHUI ADA MUSIM UNTUK KEMBALI KESARANGNYA ?
Terlebih kita yang diberikan ROH TUHAN kedalam hidup kita, masakan kita TIDAK MENGETAHUI HUKUM TUHAN ?

Yer. 8 :7 Bahkan burung ranggung di udara mengetahui musimnya, burung tekukur, burung layang-layang dan burung bangau berpegang pada waktu kembalinya, tetapi umat-Ku tidak mengetahui hukum TUHAN.

SEMOGA KITA MENJADI SEPERTI RAJA PANALUNGKAP YANG BERANI MENGHADAP NOMENSEN UNTUK MENGKUI DOSA-DOSANYA, KITA JUGA PUNYA KEBERANIAN KEPADA TUHAN UNTUK BERTOBAT.
Disampaikan pada Kotbah Minggu di Gereja POUK MARANATHA MEDAN 4 NOV 2007

KITAB SUCI HARTA YANG BERHARGA.

Oleh : P. Erianto Hasibuan
Nats : 2 Tim 3 : 15-17

Pendahuluan :
Disebuah desa di Eropa hiduplah seorang janda yang sangat miskin dan menderita. Suaminya telah meninggal beberapa tahun sebelumnya, dan anaknya laki-laki satu-satunya telah pindah ke Amerika, meninggalkan ibunya seorang diri di desa itu. Pada saat beberapa orang tetangganyamengetahui keadaannya yang sangat menyedihkan itu, mereka pun pergi untuk mengunjunginya. Ketika mereka menanyakan tentang anak laki-lakinya, dia pun menjawab, ” Oh, dia mendapatkan pekerjaan yang baik dan melakukan pekerjaannya itu dengan baik sekali.”
”Apakah dia tidak mengirimkan sesuatu apa[un untuk menolong engkau?” tanya seorang diantara mereka.
”Dia sangat sering mengirim surat untukku”, jawabnya, ”namun dia sama sekali tidak pernah mengirimkan uang padaku. Aku tahu bahwa dia mampu seandainya dia mau. Tetapi saat berkirim surat, biasanya dia menyertakan jega beberapa lembar kertas yang masih asing bagiku. Pada lembar kertas-kertas itu terdapat gambar dan angka-angka yang tidak berarti apa-apa bagiku. Hanya itulah yang dia kirimkan. Tetapi uang sama sekali tidak pernah!”.
”Bolekah aku melihat beberapa lembar dari kertas-kertas itu? Tanya salah seorang pengunjung itu. Ketika janda tersebut memperlihatkan lembar kertas itu, orang tersebut segera mengenalinya sebagai cek dalam jumlah lima puluh atau seratus dollar setiap lembarnya, yang sebenarnya cukup untuk memenuhi semua kebutuhan hidup janda itu, bahkan malah berkelebihan.
Injil memberitakan kepada kita tentang sengsara dan kematian Kristus. Bagi beberapa orang, Injil tidak berarti apa-apa sama sekali selain hanya sebagai lembaran-lembaran kertas yang dikirimkan dari tempat yang jauh. Karena mereka tidak memahaminya, akibatnya mereka hidup dalam kemiskinan rohani. Akan tetapi bagi kita yang memahami artinya, Injil memberikan kepada kita kekayaan yang tak terhitung nilainya.[1]
Peran Kitab Suci bagi Timotius
Timotius adalah seorang murid Paulus, ibunya adalah seorang Yahudi dan telah menjadi percaya, sedangkan ayahnya seorang Yunani. (Kis. 16:1). Sejak kecil ia sudah percaya kepada Tuhan Yesus, dan didik dengan baik didalam iman kepada Yesus pertama-tama oleh nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu. (2Tim.1:5).
Sebagai seorang anak yang sejak kecil telah mengenal Firman Tuhan, melalui nenek dan ibunya, yang tidak memandang Kitab Suci sebagai lembaran-lembaran tanpa arti tetapi mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat dan menuntun dia kepada keselamatan kepada Kristus Yesus (2Tim3:15) dalam Bahasa Batak dikatakan na margogo pabisukkon ho, asa taruli di haluaon marhite-hite haporseaon di Kristus Jesus, buah pengenalan tersebut adalah Timotius dikenal baik oleh saudara-saudara di Listra dan di Ikonium (Kis.16:2). Dalam bahasa Batak di Ulaon ni Apostel 16 :2 16:2 Denggan do baritana, dihatindangkon angka dongan na di Listra dohot Ikonium.
Timotius dikenal baik dalam bahasa aslinya (Yun) digunakan kata hemartureito yang berasal dari kata martureo atau yang sering kita kenal dengan marturia atau bersaksi, tetapi martureo berarti kata kerja memberi kesaksian, mengatakan baik atau membuktikan baik, artinya dalam Kis. 16:2 Timotius telah membuktikan bahwa ia baik baik dalam perbuatan maupun dalam kata-kata kepada saudara-saudar di Listra dan di Ikonium. Bahkan Paulus menyebutnya sebagai anakku yang kekasih dan yang setia dalam Tuhan. (1Kor.4:17). (anakkonku, haholongan jala haposan ni rohangku marhitehite Tuhan i)
Kalau kita melihat bagaimana Timotius dapat menjadi orang yang baik dimata banyak orang, ternyata ada 3 pihak yang berperan :
1. Neneknya Lois (ompung)
Peran ompung nya Lois, ternyata sejak kecil Ompungnya sudah memperkenalkan Firman Allah kepada Lois. Bukan hanya itu, Ompungnya pasti juga telah memberikan contoh yang baik kepadanya baik dalam tindakan dan ucapan. Bagaimana dengan kita, utamanya etnis Batak, gelar ompung adalah kebanggaan karena kelahiran cucu akan menjadi pembawa nama. Kelahiran cucu (pahoppu) akan di rayakan secara meriah utamanya bila cucu pembawa nama (pahoppu panggoaran).
Pertanyaan kepada kita sebagai Ompung, apa yang kita ajarkan kepada mereka, apakah kita menyampaikan Firman Tuhan, atau justru tarombo yang pertama kali kita ajarkan kepada nya atau masalah parjambaron. Saya tidak mengatakan bahwa adat itu tidak perlu, tetapi seharusnya Firman Tuhan mendapat prioritas utama. Kemudian prilaku apa yang kita contohkan kepada mereka, apakah ketekunan kita untuk bersaat teduh setiap hari, atau ketekunan kita ke Lapo ?.
2. Ibunya Eunike
Ibu Timotius seorang Yahudi, sedangkan ayahnya seorang Yunani. Timotius dilahirkan dari keluarga campuran, tetapi ibunya sebagai seorang Yahudi ternyata telah memberikan pengajaran yang baik kepada Timotius, dapat dipastikan sekalipun Eunike seorang Yahudi, ternyata ia masih mendahulukan mengajarkan Firman Tuhan kepada Timotius dibandingkan dengan adat istiadat Yahudi mereka. Selain itu ibunya tentu memberikan contoh yang baik dalam perkataan dan tindakan, bukankah pepatah batak mengatakan dang dao tubu sian bonana? Pertanyaan bagi para orang tua, bukan saja ibu contoh apa yang telah engkau berikan kepada anak mu ? Pertengkaran kah atau damai sejahtera didalam rumah tangga.
3. Firman Tuhan
Segala tulisan atau setiap nas Alkitab yang diilhamkan (theopneustos) Allah memang bermanfaat untuk (2Tim 3 :16) :
(1) Mengajar
Untuk dapat mengajar maka kita harus mengetahui apa yang harus kita ajarkan, Paulus telah menasehatkan Timotius akan hal ini dengan mengatakan untuk bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci (Firman Tuhan), dalam membangun dan dalam mengajar. (1Tim4:13)
(2) Untuk menyatakan kesalahan
Kita yang hidup didalam Tuhan dapat menilai apa yang dilakukan oleh sesama kita, dengan tujuan untuk mengembalikan kepada Allah, maka Tuhan menasihatkan kita untuk mengigatkan mereka, "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. (Mat.18:15)

(3) Untuk memperbaiki kelakuan
Pertobatan bukanlah sebuah ritual atau upacara semata, pertobatan adalah pengakuan akan kesalahan dan keinginan yang kuat untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan tersebut, demikianlah yang dikritisi oleh Yohanes pembapis pada saat orang Farisi dan Saduki datang untuk dibaptis di sungai Yordan ia mengatakan. Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. (Mat.3:8).
(4) Untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Kebenaran disini menggunakan kata dikaiosune yang berarti perbuatan benar atau keadilan, kata yang sama digunkan dalam Rom. 14:17 Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Kata kebenaran adalah terjemahan dari dikaiosune. Artinya orang yang menerima Firman Allah sebagai kitab suci seharusnya didalam hidupnya menunjukkan prilaku yang adil. Adil dalam arti yang luas, adil terhadap diri sendiri, adil terhadap Tuhan dan Adil terhadap sesama. Adil artinya ada keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan kepentingan orang lain, ada keseimbangan antara waktu untuk diri sendiri dan waktu untuk Tuhan. Sulit memang, bahkan seolah tidak mungkin diwujud nyatakan, tetapi untunglah Tuhan tidak membiarkan kita seorang diri, jika kita didalam Roh Kudus maka kita akan dimampukan untuk melakukannya.
Penutup :
Kita akan dapat menjadi manusia kepunyaan Allah jika Firman Allah bagi kita bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran, bukan hanya sebagai lembar kertas-kertas yang terdapat gambar dan angka-angka yang tidak berarti apa-apa, seperti wanita janda memandang cek yang dikirimkan oleh anaknya. Seandainya dia mengetahui fungsi dan kegunaan cek itu, maka ia akan hidup dengan berkecukupan bahkan berkelimpahan, tetapi ketidak tahuannya membuat ia menderita bahkan bisa saja ia menganggap anaknya anak yang tidak baik.
Apa yang kita peroleh jika kita menjadi manusia kepunyaan Allah ? kita akan diperlengkapi untuk perbuatan baik (2Tim3:17). Dengan demikian seperti halnya Timotius, maka kita akan dikenal baik oleh orang-orang disekitar kita. Amin.
[1] Hariyono (penyunting), Sketsa Kehidupa – 78 Ilustrasi Terbaru, Yayasan Andi, Yogyakarta,1993. hal 3-4.
Disampaikan pada kotbah Minggu di GKPI Sari Rejo Medan tgl 28 Oktober 2007.

SEIA SEKATA, PENGASIH, PEMURAH, RENDAH HATI DAN PEMBERKAT.

Oleh : P. Erianto Hasibuan

Nats : 1 Pet. 3 : 12

Pendahuluan :
Seorang Kristen datang ke tukang cukur langganannya untuk bercukur rambut dan jenggotnya. Mereka mengobrol dan sampai ke hal tentang Tuhan. Tukang cukur itu berkata: “Saya tidak percaya Tuhan itu ada seperti yang Anda percayai.” “Mengapa kamu berpikir demikian?” Tanya orang Kristen itu. “Ah, itu sangat mudah; Anda cukup pergi keluar dan melihat bahwa Tuhan tidak ada. Bila Tuhan ada, mengapa banyak orang sakit? Mengapa banyak anak terlantar dan cacat? Bila Tuhan ada, maka tak ada penderitaan dan kepedihan. Akankah terjadi pembunuhan dan bahkan perang? Saya tak dapat membayangkan bahwa Tuhan yang penuh kasih akan membiarkan semuanya itu terjadi.”
Orang Kristen itu tidak ingin berdebat dan tak dapat menemukan jawab yang tepat terhadap logika si tukang cukur. Tukang cukur itu selesai melakukan pekerjaannya dan orang Kristen itu pergi keluar dan di depan ia melihat seorang laki-laki duduk di pinggir jalan. Rambut dan jenggotnya panjang yang tentu memerlukan perhatian dari si tukang cukur (orang itu tampak kusam dan kotor).
Orang Kristen itu berbalik dan kembali ke tukang cukur itu dan berkata: “Tahukah kamu? Tukang cukur jelas tidak ada!” “Mengapa kamu mengatakan tukang cukur tidak ada?” seru tukang cukur itu. “ Ini, saya di sini dan saya adalah tukang cukur. Saya baru saja mencukur rambut Anda!!!”
“Tidak!” jawab orang Kristen itu. “Tukang cukur tidak ada; kalau mereka ada, maka tak ada orang dengan rambut panjang dan jenggot lebat seperti orang di luar itu, yang duduk di tepi jalan.” “Oh, tukang cukur sungguh ada! Yang terjadi adalah orang harus datang dulu pada saya. Ia harus mencari saya!”
“Anda memang benar!” tegas orang Kristen itu. “Dan inilah persoalannya. Tuhan memang ada, yang terjadi adalah orang tidak pergi padaNya dan mencariNya. Oleh karena itu banyak kepedihan dan penderitaan di dunia.”
Ilustrasi ini menggambarkan kepada kita bagaimana keraguan banyak orang terhadap keberadaan Tuhan pada saat mereka mengalami penderitaan atau bahkan saat mereka menyaksikannya. Surat 1 Petrus ditulis untuk memberi nasehat kepada kelompok-kelompok orang Kristen yang terserak-serak, termasuk didalamnya adalah mereka yang baru menjadi Kristen. Nasehat tersebut dimaksudkan agar mereka memiliki pedoman praktis hidup sesuai Iman Kristen, demikian pula nasehat cara bagaimana mereka menghadapi pencobaan dan penderitaan.
Panggilan untuk Menerima Berkat
Dalam meyampaikan nasehat melalui suratnya, pesan Petrus telah dituliskan dengan apik oleh Silvanus dengan mengatakan bahwa orang Kristen dipanggil untuk menerima berkat (9). Berkat yang dijanjikan adalah Damai Sejahtera dengan senantiasa mengusahakan : (ayat 8-9)
1. Seia Sekata/Saling mengerti (homoprones = yang berpikiran sama) Saroha
Tuhan Yesus telah memberikan contoh dengan merekrut muridnya Matius dan Simon Orang Zelot. Berdasarkan pikiran manusia pada masa itu, mustahil untuk mempersatukan pemungut cukai dengan orang Zelot, karena pemungut cukai adalah penghianat bangsa yang bekerja bagi kaum penjajah, sedang kaum Zelot nasionalis sejati yang rela melakukan apapun demi Nasionalisme. Sekalipun didalam persekutuan (Gereja) terdiri dari berbagai latar belakang yang berbeda yang menghasilkan sudut pandang yang berbeda, tetapi Petrus menasehatkan untuk homoprones berpikiran yang sama didalam Yesus Kristus. Dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. (Kol. 3:11)
2. Saling mengasihi seperti bersaudara (philadelphoi= yang mengasihi saudara/seiman) Marholong ni roha di dongan (songon na maraha maranggi)
Disuatu tempat saat sarana transportasi belum semaju saat ini, ada seorang pemuda yang setiap hari pergi ke sekolah selalu menggendong pria lain. Lalu seorang mengamati pemuda ini, dan bertanya kepadanya. ”Apakah anda setiap hari menggendong pria ini?” Tentu saja saut pria tersebut. ”Tentulah pria itu menjadi beban bagi anda?” tanya orang asing itu sambil memperhatikan pria lain yang ada di pundaknya. ”Bukan, dia bukan beban bagi saya, tetapi dia adalah saudara saya” jawab pria itu. Jika kita memandang orang lain sebagai Saudara kita, maka dia tidak akan pernah menjadi beban bagi kita. Begitulah selayaknya kita mengasihi sesama, mengasihi mereka sebagai layaknya seorang saudara. Bukankah Paulus berkata : Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. (Rom. 12:10)
3. Bermurah hati (eusplangkhnoi = yang berbelas kasihan) Marasi ni roha.
Bukankah Paulus sendiri telah memberi contoh bahwa ia terus bekerja agar ia dapat membantu orang yang lemah? Karena Yesus sendiri berkata ”Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima” (Kis.20:35 b). "Martuaan do na mangalehon sian na manjalo!"
4. Rendah hati (tapeinophrones = rendah hati) naserep
Adakah artinya kita untuk memegahkan diri ? Bukankah Paulus mengajarkan kepada kita justru pada anggota tubuh yang menurut pandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. (1Kor.12:23-24) tujuannya supaya jangan terjadi perpecahaan didalam tubuh (1Kor.12:25).
5. Tidak membalaskan yang jahat dengan yang jahat tetapi tetap memberkati. (euloguntes = mengucap syukur dan pujian/memberkati) Lam mamasu-masu ma hamu.
Bukankah Tuhan Yesus mengatakan ”jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? (Jala anggo dibahen hamu na denggan tu angka sibahen na denggan tu hamu, parulian dia ma i di hamu? Nang angka parjahat i, songon i do pambahenna). Orang-orang berdosa pun berbuat demikian. (Luk.6:32-33). Artinya Yesus justru memanggil kita untuk menjadi orang-orang yang istimewa, yaitu bila kita mampu meminta berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. (Luk. 6:28) (Pasupasu hamu ma angka na mamburai hamu, tangiangkon hamu ma angka na mangasupi hamu)
Menjaga Lidah
Berkat Damai sejahtera akan menghsilkan hari-hari yang baik apabila kita dapat menjaga lidah. Sebegitu pentingnya lidah ini hingga Petrus memberikan perhatian khusus, sebab Lidah dapat berfungsi ganda yaitu sebagai berkat dan juga kutuk. Yakobus menggambarkan bagaimana buasnya lidah tersebut dalamYak.3:8-9 ”tetapi tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan. Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah.” Pengakuan Yakobus yang menyatakan bahwa tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan lidah merupakan bukti bagaimana buasnya Lidah ini, bahkan dapat menghanguskan apapun, dan menyakitkan hingga merusak sendi bahkan hingga ke sum-sum. Sampai-sampai orang Batak tidak ketinggalan untuk membuat teka-teki (huling-huling ansa) untuk ini :”Ibana na sumio alai ibana sai tonu” Meskipun dia selalu terlindung tetapi dia selalu basah. Itulah Lidah.
Bagaimana kita dapat meredam kebuasan lidah ini ? Pemazmur mengajari kita untuk selalu menyerahkannya pada pemeliharaan Tuhan melalui doa untuk menjinakkan lidah dengan berkata :” Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku! Mzm.141:3 (Sai bahen ma siramoti pamanganku, ale Jahowa, sai jagai ma pintu ni angka bibirhu!)
Penutup :
Kadang kala kita berlaku layaknya si tukang cukur yang meniadakan keberadaan Tuhan karena melihat begitu banyak penderitaan, tetapi kita lupa bahwa kita harus datang kepada Nya untuk memenuhi panggilan-Nya. Petrus saat ini memanggil kita untuk menerima Berkat Tuhan yaitu Damai Sejahtera melalui Seia Sekata (Saroha), Saling mengasihi seperti bersaudara (Marholong ni songon na maraha maranggi), Bermurah hati (Marasi ni roha), Rendah hati (naserep), Tidak membalaskan yang jahat dengan yang jahat tetapi tetap memberkati (Lam mamasu-masu ma hamu).
Bahkan lebih dari itu, kita juga dijanjikan untuk mendapatkan hari-hari baik apabila kita dapat menjaga lidah kita dari yang jahat, sehingga kita menjadi orang benar dimata Allah, karena Mata Allah tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong.
Dengan demikian kita dapat memahami sekalipun kejahatan ada disana sini dan penderitaan silih berganti, tetapi Allah tidak pernah tinggal diam terhadap mereka yang benar dimata Tuhan. Untuk itu senantiasalah menjaga lidah dengan berdoa seperti pemazmur berdoa. Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku.
Kiranya Tuhan menolong kita untuk tetap menjadi orang-orang yang istimewa, yang dapat menjadi berkat bagi orang lain sekalipun orang tersebut menjadi masalah bagi kita. Amin.
Disampaikan pada Kotbah Minggu di Gereja GKPI Sari Rejo Medan Tanggal 7 Oktober 2007.

YESUS MENYEMBUHKAN 2 ORANG BUTA

Oleh : P. Erianto Hasibuan

Bacaan : Im. 13 : 45-46
Nats : Mat 20 : 29-34
Pendahuluan :
Kisah perjalanan Yesus menuju Yerusalem sudah mendekati babak akhir, karena kota Yerikho adalah salah satu kota yang begitu indah yang berdekatan dengan Yerusalem. Untuk menyegarkan ingatan kita bersama, bahwa Yesus melewati Yerikho adalah untuk tujuan ke Yerusalem dalam rangka perayaan Paskah. Sudah menjadi Tradisi bagi kaum Yahudi bahwa setiap perayaan Paskah semua laki-laki yang berusia 12 tahun ke atas yang tinggal dalam radius 15 Mil atau sekitar 24 Km dari Yerusalem harus menghadiri perayaan Paskah bersama di Yerusalem. Kota Yerikho adalah kota terakhir yang dilalui sebelum Yesus dan Rombongan sampai di Betfage atau Betania untuk mempersiapkan Paskah di Yerusalem. Oleh karenannya disepanjang Kota Yerikho tentu banyak orang yang menyambutnya dengan 2 alasan : Pertama sebagai kebiasaan bagi mereka yang tidak dapat merayakan Paskah di Yerusalem untuk memberikan salam dan harapan (doa) agar para peziarah selamat dalam perjalanan, Kedua adanya kabar bahwa Yesus orang Nazaret yang banyak membuat mujizat dan orang muda yang berani melawan kaum Ortodoks akan lewat, sehingga banyak orang yang sekedar hanya ingin melihat wajahnya, atau ingin mendengar suaranya dst.
Pada saat hendak meninggalkan Kota Yerikho (menurut versi Lukas, saat memasuki Yerikho Luk. 18:35) ada 2 orang pengemis buta (Menurut Markus dan Lukas satu orang yaitu Bartimeus) yang duduk dipinggir jalan dan berseru dan meminta tolong kepada Yesus.
Yesus adalah Mesias
Kedua pengemis buta tersebut, yang salah seorang bernama Bartimeus sehari-hari tentu pekerjaannya adalah sebagai pengemis yang duduk dipinggir jalan untuk berharap sedekah dari orang yang lalu lalang ditempat tersebut, tentu yang diharapkannya setiap hari adalah uang untuk dapat tetap bertahan hidup. Dan itu juga yang dilakukannya kepada Yesus dengan berteriak minta dikasihani, Tuhan Anak Daud, Kasihanilah kami! (30b) Dalam hal ini Ketiga kitab injil menulis hal yang sama. Tentu yang dibenak orang banyak dan para murid pada saat itu mereka meminta dikasihani sebagai pengemis agar diberikan sedekah. Dan ini membuat mereka marah dan menegur mereka karena dianggap sebagai pengganggu yang akan menghalangi perjalanan Yesus menuju Yerusalem mengikuti perjamuan Paskah. Semakin mereka di marahi bukannya mereka semakin surut, tetapi justru semakin bersemangat dan berteriak semakin kencang. Teriakan ini menandakan bahwa mereka SANGAT BERHARAP kepada YESUS, dan PANTANG MENYERAH sekalipun dicegah, mereka terus berusaha mencari perhatian Yesus dengan menghiraukan larangan orang banyak. Ini menunjukkan KETEKUNAN YANG SUNGUH-SUNGGUH, sebagai akibat dari adanya KERINDUAN YANG LUAR BIASA.
Pengakuan mereka Tuhan, ANAK DAUD tentu didasari kepercayaan mereka pada Yes 11:1 Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. Itulah sebabnya mereka menyapa sebagai ANAK DAUD, yang berarti MESIAS (Almasih). Juga pada Yes. 35:5 Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka.
Inilah yang membedakan orang buta ini dengan para pemimpin Yahudi dan orang banyak umumnya, sekalipun pengemis ini buta secara jasmani, tetapi ia tidak buta secara Rohani, sebab ia mengenal Yesus sebagai Mesias, sementara para pemimpin Yahudi dan para Imam, sekalipun mereka tidak buta secara jasmani tetapi buta secara Rohani.
Tanggapan terhadap panggilan Yesus
Matius tidak menjelaskan bagaimana reaksi kedua orang buta itu saat Yesus berhenti dan memanggil mereka, tetapi didalam Mark. 10.50 Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus. Menunjukkan kepada kita bagaimana reaksi yang begitu cepat yang dilakukan oleh Bartimeus terhadap panggilan Yesus, dia menanggalkan jubahnya tentu agar dapat bergerak cepat menuju ke arah Yesus. Ini adalah REAKSI YANG PENUH SEMANGAT DAN TIDAK MENUNGGU Bagaimana dengan kita ? Apakah kita masih mengatakan, tunggulah setelah aku pensiun, tunggulah setelah aku punya rumah bagus, atau tunggulah tanggung permainan catur ini !
Ingatlah apa yang diajarkan Yesus tentang Hal Mengikut Yesus pada Mat. 8:18-22 (utamanya 21-22). 8:21 Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, berkata kepada-Nya: "Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku." 8:22 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka."

Ia tahu apa yang di butuhkan
Usaha mereka ternyata tidak sia-sia, sekalipun Yesus dikerumuni begitu banyak orang, baik yang mengikuti Dia, maupun yang hanya sekedar ingin melihat siapa Yesus itu sesungguhnya. Dan dapat dipastikan suara begitu gaduh, tetapi Yesus menghentikan langkahnya dan mengalihkan pandangannya dari antara orang banyak yang ada disekitarnya dan menoleh kepada Bartimeus yang terus berteriak. Lalu memanggil mereka dan berkata ” Apa yang kamu kehendaki supaya aku perbuat bagimu?” (32b). Pertanyaan ini tentu untuk mempertegas bahwa apa yang diharapkan oleh pengemis buta itu bukanlah sedekah seperti yang biasanya ia minta pada orang yang lewat, sebagaimana anggapan orang disekitarnya, tetapi permintaanya melampaui dari hal yang dipikirkan orang lain, jawab mereka, ”Tuhan, Anak Daud supaya mata kami dapat melihat”. (33) Mereka menyapa dengan ”KURIE” (Tuan/Tuan Besar /Yun) yang menunjukkan kerendahan hati untuk menerima sesuatu yang tidak mungkin kepada Yesus yang mereka dengar penuh dengan mujizat.
Mereka tahu apa yang mereka butuhkan, sekalipun setiap hari mereka meminta sedekah kepada hampir setiap orang yang melintas, tetapi begitu mereka mengetahui yang lewat adalah Yesus, mereka paham betul apa yang mereka BUTUHKAN, sehingga yang diminta adalah KEBUTUHAN DASAR untuk MELIHAT.
Tentu orang banyak yang mengikut YESUS sebagian besar Takjub menyaksikan mujizat yang dibuat Yesus sebelumnya seperti memberi makan 5.000 orang, menyembuhkan orang di Genesaret, serta memberi makan 4.000 orang dlsb. Tetapi sekalipun mereka melihat semua itu mereka tetap BUTA, karena mereka tidak memahami Siapa Yesus Sebenarnya. Inilah yang sesungguhnya ingin disembuhkan YESUS. Orang buta yang percaya kepada Yesus mereka halangi karena dianggap sebagai pengganggu, tetapi sesungguhnya mereka yang BUTA, karena tidak juga mengenal Yesus seperti juga para muridnya. Mereka hanya mengenal Yesus menurut versi mereka sendiri, tetapi tidak dapat memahami MISI kedatangan Yesus. Lihatlah PERMINTAAN Yakobus dan Yohanes dalam Mark. 10 : 35-37. Untuk MENDUDUKI JABATAN ”Perkenankanlah kami duduk didalam kemulian-Mu kelak, yang seorang disebelah kanan dan seorang disebelah kiri Mu. Matius menuliskannya dengan lebih halus Dalam Mat. 20 : 20-21 dengan menyebut itu adalah permintaan Ibu mereka, karena mungkin Matius merasa kurang etis untuk menuliskan permintaan yang ambisius tersebut datang dari para rasul.
Murid sekalipun ternyata tidak mengerti apa yang mereka pinta, tetapi pengemis buta mengerti apa yang mereka butuhkan. Inilah yang menjadi pelajaran bagi kita, kita kerap berlaku sebagai seorang murid, kita merasa selalu dekat dengan Tuhan, tetapi ternyata kita masih Buta, masih belum dapat melihat dengan benar arti Kehadiran Tuhan didalam kehidupan kita. Kadang kita terjebak dengan kekuasaan, seperti yang dilakukan Yakobus dan Yohanes, mereka merasa mereka selalu dekat dengan Yesus, maka selayaknyalah mereka akan menjadi orang-orang kepercayaan yang akan mendampingi Yesus sebagai para Menterinya. Kita merasa kalau saya sudah rajin ke gereja dan aktif didalam persekutuan maka hidupku akan diberkati secara materi dan karir ku akan melesat. Sehingga kita selalu meminta umur panjang dan mudah rezeki didalam setiap Doa kita. Permintaan ini bukanlah permintaan yang salah, tetapi permintaan ini harusnya didasari pada PENGENALAN YANG BENAR akan Tuhan, Mata kita harus di Celikkan dari Kebutaan terlebih dahulu, seperti yang diminta oleh pengemis yang Buta.
Konsep Bartimeus
Konsep Bartimeus tentang Anak Daud sesungguhnya kurang memadai, ia masih beranggapan bahwa Yesus anak Daud datang sebagai PENGUASA, tetapi ketidak memadaian Konsep yang dimiliki Bartimeus telah di sempurnakan oleh Iman yang dimilikinya. Kehadiran Yesus kedunia bukanlah agar kita memahami Yesus, tetapi supaya kita mengenal Yesus. Pakar terhebat didunia yang mengetahui segala sesuatu tentang Yesus masih kurang dibandingkan dengan ORANG KRISTEN paling sederhana yang MENGENAL DIA. Banyak orang mengetahui tentang Presiden SBY atau Presiden Amerika Serikat, tetapi sedikit orang yang mengenal dia.
Berterima kasih
Atas KESUNGGUHAN dan KERENDAHAN HATI mereka maka Tergeraklah hati YESUS oleh BELAS KASIHAN, lalu Ia menjamah mata mereka dan seketika itu juga mereka melihat lalu mengikut Dia (34).
Apa yang diperbuat Bartimeus saat permintaannya dikabulkan ? Karena dalam meminta ia tahu apa yang dia butuhkan, maka pemenuhan kebutuhan itu membuat dia melakukan tindakan selanjutnya secara benar, yaitu BERTERIMAKASIH, dengan cara MENGIKUT YESUS. Ia tidak pergi begitu saja setelah kebutuhannya dipenuhi, tetapi ia MENGIKUT YESUS DENGAN SETIA.
Bagaimana dengan kita, apakah kita termasuk orang –orang seperti Bartimeus, yang tahu berterima kasih dengan tindakan ? atau kita hanya menganggap bahwa segala sesuatu yang kita terima itu memang sudah sepantasnya kita terima ?

PENUTUP
Akhirnya melalui nats ini kita dapat belajar, ada 5 Syarat terjadinya MUJIZAT :
1. Milikilah KETEKUNAN YANG SUNGUH-SUNGGUH (Bartimeus memiliki kerinduan yang luar biasa)
2. TANGGAPI DENGAN SEGERA dan PENUH SEMANGAT PANGGILAN YESUS (Jangan Menunggu)
3. Milikilah PENGENALAN YANG BENAR agar anda mengenali apa KEBUTUHAN anda
4. Milikilah IMAN untuk MENGENAL bukan sekedar MEMAHAMI.
5. BERTERIMAKASILAH dengan cara MENGIKUT YESUS dengan SETIA.
Disampaikan pada Kotbah Minggu di Gereja POUK MARANATHA HELVETIA 02 SEPTEMBER 2007 Pkl. 10.15

Kau Adalah Saudaraku

Oleh : P. Erianto Hasibuan
Bacaan : Mazmur 133
Nats : Kej. 37 : 12 – 24

Pendahuluan :
Nats kita pada minggu ini berbicara tentang Cerita Yusuf , Cerita Yusuf adalah cerita yang paling hidup dan menarik dalam PL. Tetapi apa yang akan kita bicarakan saat ini adalah mengenai persaudaraan dalam keluarga Yakub. Yusuf adalah anak ke 11 dari 12 anak Yakub. Yusuf adalah anak pertama dari Rahel dan merupakan anak yang paling dikasihi oleh Yakub. Arti Kata Yusuf (bhs Ibrani Yosef) Yusuf adalah bentuk perintah dari kata kerja Yasaf, artinya “menambahi/menambahkan” arti kata Yusuf adalah “Kiranya ditambahkan Allah lagi (anak lelaki) (Kej. 30 : 24.)
Fakta bahwa Yusuf adalah anak yang paling dikasihi Yakub, adalah diberikannya kepadanya berupa satu “jubah” (ketonet passim) yang maha indah (37:3). Untuk dapat memahami dengan baik latar belakang keluarga Yusuf, maka secara singkat akan kita uraikan perihal ayahnya Yakub. Yakub anak Ishak, yang dilahirkan kembar dengan saudaranya Ishak, Yakub memiliki 2 Isteri yaitu Lea dan Rahel, tetapi karena persaingan diantara kedua saudara ini mereka masing-masing kemudian memberikan seorang budaknya kepada Yakub untuk menjadi selirnya yaitu Bilha dan Zilpa. Sejak semula saat Yakub bekerja pada mertuanya ia menginginkan Rahel sebagai Isterinya, tetapi dengan tipu daya mertuanya ia harus bekerja selama 14 tahun untuk mendapatkan Rahel. Setelah menikah dengan Rahel ia pun sempat mendapatkan bahwa Rahel Mandul, sampai pada akhirnya dimasa tuanya ia mendapatkan Yusuf.

Bacaan kita pada Epistola Mazmur 133 merupakan Syair tentang kerukunan kekeluargaan dari umat Allah. Pokok ini dinampakkan dalam peristiwa berkumpulnya bangsa yang terpisah-pisah itu pada pesta ziarah. Pemazmur menggambarkan berkat-berkat yang diperoleh oleh umat yang bersatu, yaitu :
1 . Minyak yg baik diatas kepala (ayat 2) mengutarakan betapa Tuhan berlimpah-limpah memberkati dan menguduskan UmatNya melalui persekutuan mereka.
2. Kesatuan digambarkan seperti embun yang menyegarkan ( ay. 3) mengendap digunung Hermon dan turun di gunung sion. Embun mengungkapkan kesegaran Ilahi : Karunia Allah, yaitu kehidupan dan buah-buahnya. Tapi pengaitan Gunung Hermon (di Kerajaan Utara) dengan Sion (Yerusalem/Kota Daud/Yehuda) memberi petunjuk bahwa Allah memberikan karuniaNya kepada umatNya apabila mereka berada dalam persekutuan. Turunnya embun Hermon ke atas Sion akan merupakan mujizat, dan persekutuan adalah mujizat anugerah ilahi dan menjadi bukti pemilikan kehidupan untuk selama-lamanya (1 Yoh 3 : 14).

Sementara Bacaan kita pada Epistola menunjukkan indahnya berkat dalam hidup persekutuan (bersaudara) tetapi Nats kita menunjukkan terjadinya perpecahan dalam ikatan persaudaraan yang dialami oleh keluarga yakub (anak-anak Yakub).
Didalam Alkitab banyak cerita yang mengutarakan bagaimana pecahnya persaudaraan, dimulai dari Kain dan Habil, Ishak dan Yakub hingga Yusuf dan saudara-saudaranya.
Lalu muncul 2 pertanyaan besar :
Apa sesungguhnya yg membuat pecahnya persaudaraan tersebut ??
Mengapa perpecahan tersebut tak dapat dicegah ?

Berdasarkan cerita Yusuf yang menjadi topik kita ada 2 hal penyebab pecahnya persaudaraan tersebut, yaitu :

1. Iri Hati (Kej. 37:11; Kis. 7:9) Saudara-saudara Yusuf yang lain merasa Iri atas perlakukan Yakub terhadap Yusuf, ia diperlakukan sangat istimewa, bahkan dapat dikatakan Yusuflah sebagai orang kepercayaan Yakub. Puncaknya adalah saat Yusuf menceritakan mimpinya kepada para saudara-saudara dan ayahnya Yakub, bahwa mereka akan menyembah dia.
2. Ambisi, Saudara-saudara Yusuf memandang bahwa mimpi Yusuf adlah gambaran ambisinya untuk menguasai para saudaranya, sehingga mereka termotivasi (berambisi) untuk menggagalkan ambisi saudaranya tersebut lewat pembunuhan yang mereka rencanakan (20).

Apa yang dialami oleh Yusuf juga menjadi keprihatinan kita pada saat ini. Coba saja kita tilik apa yang terjadi disekitar kita. Tidak usah jauh-jauh dilingkungan Gereja, ambisi untuk berkuasa telah memecah belah persaudaraan diantara sesama warga gereja dan anak Tuhan. Bahkan peristiwa yang terjadi beberapa tahun yang lalu pertikaian sesama warga gereja bahkan menelan korban nyawa yang tidak sedikit.

2. Mengapa perpecahan tersebut tak dapat dicegah ?
Ruben adalah putra sulung Yakub dan oleh karena itu seharusnya menjadi pemimpin saudara-saudaranya. Akan tetapi perbuatannya yang tuna susila dengan Bilha (Kej. 35:22) membuatnya kehilangan kepemimpinan rohaninya yang efektif dan tidak bisa mempengaruhi saudara-saudaranya dengan baik. (22). Bahkan kepada bapanya sendiri Ruben harus menggadaikan kedua nyawa anaknya untuk mendapat kepercayaan dari ayahnya.(Kej. 42:37)

Ini juga yang sering terjadi saat ini, kita kehilangan kepenmimpinan yang dapat mempersatukan karena ketidak mampuan untuk memberikan contoh. Berapa banyak orang mengaku sebagai pemimpin rohani baik dirumah tangga sebagai kepala rumah tangga, dilingkungan sektor sebagai majelis sektor atau sebagai ketua majelis di Gereja, tetapi tidak dpat menjadi panutan (teladan) Ki Hajar Dewantara mengatakan Ing Ngarso Sung Tulodo.
Sebagai contoh bagaimana mungkin saya mengatakan kepada anak saya Unang marjuji ho da (jangan main judi kamu ya ???), sementara setiap ada acara arisan atau kelahiran anak si orang tua sendiri tidak pernah absen untuk main joker karo atau main leng. Bagaimana mungkin si pemimpin memiliki kewibawaan atas kata-katanya ??? Demikian halnya Ruben dia sudah membakar habis status kepemimpinannya saat ia melakukan tuna susila dengan gundik Ayahnya.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Pada saat ini persaudaraan kita sudah disempurnakan lagi oleh Tuhan Yesus Kristus, melalui doa Bapa kami, kalau kita mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita pribadi lepas pribadi maka kita telah menjadi anak Allah dan menyapa Allah dengan sebutan Bapa. Kalau dikatakan sekarang saya dengan Ibu Sitompul adalah satu Bapa yaitu anaknya Bpk. Hasibuan (Sr) juga dengan Bpk. Manalu serta Mas Eko, tentu masing-masing kita akan berkeberatan, karena dari ujung nama (marga) kita saja sudah menunjukkan perbedaan tersebut, tetapi adakah kita berkeeratan saat kita mengatakan Bapa kami yang di Sorga pada saat berdoa doa Bapa kami?? Tentu tidak. Ini menunjukkan bahwa sesungguhnya kita adalah satu Bapa apapun marga kita apapun suku kita, kalau kita satu Bapa berarti kita adalah bersaudara, bersaudara kandung. Jadi perlakukanlah satu sama lain sebagai saudara kandung dengan tetap menjaga persekutuan agar kita mendapatkan berkat seperti Maz 133. Dengan cara Hindarkan Iri Hati dan Ambisi-ambisi negatif.
Demikian juga halnya didalam kehidupan bermasyarakat, sekalipun kita hidup dengan orang yang berbeda agama, tetapi ingatlah bahwa kita dilahirkan dan dibesarkan di Negara yang sama dan memiliki tanah air yang sama yaitu Indonesia. Dengan demikian kita tetap menjadi saudara sebangsa dengan saudara-saudara kita yang berbeda kepercayaan sekalipun, sehingga tidak ada alasan untuk kita untuk tidak berbuat baik kepada mereka.
Inilah yang harus selalu kita pegang teguh, sebagaimana Yusuf tetap memegang teguh arti persaudaraan baik dari sisi kekeluargaan maupun dari sisi kewarganegaraan saat ia menjadi penguasa tertinggi setelah raja di Mesir. Perbedaan selalu ada, bahkan mereka yang bersaudara kembar sekalipun seperti Ishak dan Yakub selalu ada perbedaan, tetapi yang penting kita perhatikan bukanlah perbedaan, tetapi persamaan yang dapat membangun persekutuan untuk mendapatkan Minyak yang baik dia tas kepala dan embun yang ada di gunung Hermon dan mengalir ke Sion.
Kiranya Tuhan menolong kita untuk selalu mengatakan Engakau adalah Saudara ku.
Disampaikan pada Kotbah Minggu di Gereja POUK MARANATHA HELVETIA 05 AGUSTUS 2007

KEBEBASAN YANG BERTANGGUNG JAWAB

Oleh : P. Erianto Hasibuan*)

Bacaan : I Korintus 8 : 1-13
Nats : I Korintus 8 : 9

Saudara-saudara yang terkasih didalam Tuhan Yesus Kristus !

Sebelum saya menyampaikan kotbah pada pagi menjelang siang ini, ijinkanlah saya menggunakan waktu untuk memperkenalkan diri sebagai orang yang baru pertama kali melayani di tempat ini. Pertama-tama saya sampaikan salam dan permohonan maaf dari Bpk. Pdt. Thomas Supardji yang seharusnya melayani ditempat ini, tetapi karena ada pelayanan yang tidak dapat beliau tinggalkan hingga beliau meminta saya untuk melayani ketempat ini.
Beliau meminta saya kemari tentu karena beliau tahu bahwa saya senang ke Kota Pematang Siantar, karena memang saya orang siantar. Nama saya Erianto Hasibuan, saat ini saya sebagai Pnt. Di GKI Sumut Tj.Rejo dan juga sebagai sekretaris di BPHM Klasis Medan, serta sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan BPHM Sinode GKI Sumut periode 2004 -2008. Saya sudah menikah dengan isteri saya Dian Wigati Kun Indah Saksami br. Simamora dengan 2 orang putri.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Keristus, sesuai dengan topik kotbah yang diberikan kepada saya, maka kotbah kita kali ini berthema Kebebasan yang bertanggung jawab.
Mengapa Rasul Paulus sampai menuliskan suratnya ke jemaat Korintus perihal Persembahan Berhala ?, untuk itu kita mencoba melihat bagaimana kehidupan di jemaat korintus pada masa itu .
Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dan merupakan kota metropolitan yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota yang angkuh secara intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral. Segala macam dosa merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa nafsu. Bahkan Korintus dikenal sebagai kota maksiat.
Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan adalah orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala. Di kota ini terdapat kuil yang terkenal yaitu kuil Aprodite, dengan dewi kasih sayang yang ditempatkan di ketinggian kota. Paulus meninggalkan Korintus, setelah ia tinggal disana selama 18 bulan, berbagai macam masalah timbul dalam gereja yang masih muda itu, yang memerlukan wewenang dan pengajaran rasulinya melalui surat-menyurat dan kunjungan pribadi.
Saya mencoba menginventarisir kejahatan-kejahatan atau persoalan-persoalan yang dialami oleh jemaat Korintus agar kita dapat dengan jelas membayangkan bagaimana situasi jemaat kala itu, antara lain adalah :
1. Hidup secara "duniawi" (1Kor 3:1-3)
2. Tidak secara tegas memisahkan diri dari masyarakat di sekelilingnya yang menyembah berhala (2Kor 6:17)
3. Sifat memecah belah => gol. Paulus, Apolos dan Kefas(1Kor 1:10-13; 1Kor 11:17-22),
4. Toleransi terhadap dosa perzinaan => anak hidup dgn isteri ayahnya (1Kor 5:1-13)
5. Kebejatan seksual => Percabulan dan Pencemaran diri (1Kor 6:12-20)
6. Berperkara diantara seiman dan mencari keadilan kpd orang yg tdk percaya (1Kor 6:1-11)
7. Pikiran manusiawi tentang kebenaran rasuli (1Kor 15:1-58)
8. Perkara yg berkaitan dengan hal membujang dan perkawinan (1Kor 7:1-40)
9. Perselisihan mengenai "kemerdekaan Kristen" (pasal 8, 10; 1Kor 8:1-13; 1Kor 10:1-33).

Salah satu yang akan kita bahas saat ini adalah Perselisihan mengenai Kemerdekaan Kristen.
Kemerdekaan menjadi persoalan di jemaat Korintus utamanya adalah masyarakat Kosmopolitan yang berisi bukan hanya orang Yahudi yang mengutamakan kesucian, tetapi sebagian besar adalah orang Yunani yang menomor satukan kebebasan yang dikenal dengan kaum Helenis. Jemaat Kristen Korintus bahkan didominasi oleh kalangan Kristen Non Yahudi, yaitu kaum Helenis yang semula adalah penyembah berhala dan memiliki banyak dewa.
Perkembangan jemaat Korintus yang cukup pesat dan keterbatasan waktu bagi Paulus untuk secara langsung memberi pegajaran bagi jemaat baru tersebut, telah menimbulkan ketidak samaan pemahaman akan kebenaran firman Tuhan dikalangan jemaat tersebut. Bahkan ada yang memahami bahwa mereka terkotak-kotak, bukan karena ajaran, melainkan semata-mata karena beberapa orang menjadi ”fanatik” terhadap salah seorang guru, sehingga mereka menyebut dirinya golongan Paulus Apolos, Kefas bahkan golongan Kristus. (1 Kor 1 : 12).

Jemaat di Korintus juga dipengaruhi oleh pengajaran Gnostik. Kaum Gnostik percaya bahwa mereka diselamatkan oleh pengetahuan (gnosis). Tubuh tidak mungkin kesurga, tapi Roh kembali kepada Allah. Dengan pemahaman ini kaum gnostik memandang rendah kaum kristen yang ingin tetap melekat pada guru-guru mereka. Perbuatan tubuh tidak akan mungkin menghalangi Roh ke Surga apabila Roh telah menyatu dengan Allah. Demikian pendapat mereka hingga mereka memiliki kebebasan yang tidak terbatas. Pemahaman inilah yang membuat mereka memiliki toleransi terhadap dosa perzinahan hingga Paulus menerima berita bahwa anak hidup dgn isteri ayahnya (1Kor 5:1-13)

Dengan latar belakang tersebut dapatlah kita pahami mengapa Rasul Paulus menuliskan ayat 1-3. Benar, kita mempunyai pengetahuan, tapi pengetahuan mudah menimbulkan kecongkakan, karena dengan pengetahuan kita dapat memberikan jawaban-jawaban yang licik, dan umumnya untuk kepentingan sendiri, tapi yang lebih penting adalah kasih. Karena dengan kasih kita mengingat kebaikan orang lain. Dan berarti dikenal oleh Allah, artinya diakuiNya sebagai milikNya. (2 Tim 2:19)
Ayat 4 dan 5 Kebenaran tentang Allah bahwa tidak ada Allah lain daripada Allah yang Esa (Ul. 6 :4) Sekalipun banyak berhala, tidaklah seperti Allah, berhala bukanlah apa-apa. (Ul. 32 :17) Jika nenek moyang kita saja dikatakan tidak gentar kepada roh-roh jahat mengapa kita pada saat ini harus gentar akan berhala tersebut ?. Adalakah kita masih mempercayai benda-benda tertentu yang dapat kita gunakan sebagai perisai diri atau lainnya ?
Ayat 6 Dengan jelas mengajarkan kepada kita hanya ada satu Allah, yaitu Bapa dan satu Tuhan saja yaitu Yesus Kristus.
Ayat 7 Mengapa tidak semua orang mempunyai pengetahuan bahwa hanya satu Allah, yaitu Bapa dan satu Tuhan saja yaitu Yesus Kristus.?
Karena masih ada orang yang :
1. Masih terikat pada berhala-berhala, berhala-berhala bukan hanya patung-patung yang kita sembah, tetapi kita telah memberhalakan anak kita, kita bahkan sudah lupa untuk berharap kepada Tuhan teteapi kepada anak kita yang saat ini telah mampu membantu kita, atau kepada pasangan hidup kita. Padahal firman Tuhan dengan jelas mengatakan "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! (Yeremia 17:5)
2. Orang yang masih makan daging berhala persembahan berhala
3. Orang yang memiliki hati nurani yang lemah, (Rom. 14 :23)
4. Orang yang memiliki hati nurani dinodai oleh berhala.

Ayat 8 Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah, karena segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban? (Mark. 7:18-19) dan kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.(Rom 14 :17)
Apakah dengan kemerdekaan yang diberikan tersebut kita dapat memakan apa saja dan dimana saja yang kita imani ??
Inilah yang diajarkan Paulus kepada kita, sebagaimana di jemaat Korintus yang memiliki pemahaman beragam akan berbagai hal termasuk tingkat kekuatan hati nurani yang berbeda.
Saya percaya kita disini ditempat ini juga, terdapat orang-orang yang memiliki pemahaman (pengetahuan) yang lebih, maka sebagai orang yang memiliki pengetahuan dan telah mendapat pencerahan, yang dengan imannya dapat menikmati kebebasannya maka kebebasan tersebut janganlah digunakan untuk mendorong teman-temannya seiman yang lemah hati nuraninya, artinya yang belum mendapat pencerahan, untuk melakukan hal yang baginya masih salah, dan ini berarti akan menjadikan batu sandungan baginya. (9)
Di Korintus pada saat itu cukup banyak kuil, dan biasanya orang-orang yang tidak percaya kerap melakukan hidangan makan bersama didalam kuil tersebut, apabila ada seorang yang telah memiliki pengetahuan dan pencerahan, hingga baginya makan didalam kuil tidak menimbulkan keraguan, tetapi perbuatan tersebut telah mendorong orang yang lemah nuraninya, untuk melakukan hal yang sama, tetapi dia merasa bersalah melakukan hal tersebut hingga ia berdosa sebab Firman Tuhan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa. (Roma 14 :23 ) maka orang yang memiliki pengetahuan tersebut telah menjadi batu sandungan bagi saudaranya. Sekalipun dengan pengetahuannya dia dapat memberikan jawaban untuk membenarkan tindakannya tetapi dia tidak memiliki kasih yang membangun.
Dengan demikian Orang yang ”berpengetahuan” apabila dengan pengetahuannya ia mengakibatkan saudaranya ”binasa” maka ia telah melakukan kesalahan ganda yaitu kepada saudaranya yang binasa tersebut dan kepada Kristus. Perbuatan ini juga disebut dengan melukai yang lemah tanpa belas kasihan. Maka Paulus sebagai Rasul lebih memilih untuk selama-lamanya tidak makan daging apabila hal itu menjadi batu sandungan bagi saudaranya.

Penutup :
Kebebasan yang bertanggung jawab ukurannya bukanlah hanya sekedar benar atau salah, karena masalah kerajaan surga bukanlah masalah makanan dan minuman (Roma 14 :17) dan Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah (8), tetapi apakah kita sebagai orang yang ”dianggap” berpengetahuan dapat menjadikan orang yang lebih lemah nuraninya atau yang kurang berpengetahuan dapat menjadi dikuatkan, dan bukan sebaliknya mendorong orang lain memperoleh kebinasaan atau tergelincir dalam ”keraguan” yang menghasilkan Dosa, karena segala sesuatu yang tidak berdasarkan Iman adalah Dosa (Roma 14 :23)
Sekali lagi ukuran kebebasan yang bertanggung jawab adalah APAKAH AKU DENGAN PENGETAHUAN DAN IMAN YANG KUMILIKI TELAH MEMBANGUN SAUDARA KU SEIMAN UNTUK TIDAK RAGU DALAM BERTINDAK?? ATAU ADAKAH UCAPAN DAN PRILAKUKU TELAH MENJADIKAN SAUDARAKU YANG RAGU – RAGU JATUH KEDALAM DOSA ?
Marilah kita sebagai yang dikaruniakan oleh Tuhan memiliki ”pengetahuan” dan telah memperoleh ”pencerahan” menggunakan karunia Tuhan tersebut sebagai perwujudan Kasih untuk membangun Jemaat. Kiranya Tuhan Yesus. menolong kita UNTUK MENOLONG ORANG YANG RAGU MENJADI PERCAYA Amin.


*) Disampaikan dalam Kotbah Minggu di GKI Gunung Simanuk-manuk Pematang Siantar

Februari 2006.

GAMBAR (TSELEM) DAN RUPA (DEMUT) ALLAH

P. Erianto Hasibuan *)

Bacaan : Kolose 1 : 15-20
Nats : Kej. 1 : 26 – 28

Pendahuluan :
Ungkapan Gambar, tanda (Tselem) dan Rupa (demut) merupakan ungkapan yang sering dan ramai dibicarakan orang. Ungkapan ini menjadi topik yang menarik dan ramai dibicarakan karena sesungguhnya berbicara perihal topik ini akan berbicara masalah “ Apa manusia itu?, Apa artinya menjadi manusia ?
Kita coba lihat bagaimana tselem dan demut diterjemahkan dari berbagai bahasa. King Jame Version (KJV) our image (gambar, kesan, bayang-bayang), our likeness (persamaan, kesamaan) To day English Version (TEV) like us (sama, seperti kita) and resemble (menyerupai, mirip, Rupa) us. Toba tumiru rupanta, tudos tu pangalahonta, Simalungun songon rupanta, pakon songon parlahouta; Karo sentudu (sama, mirip, serupa) ras tempasTa, si menam (hampir) seri (mirip)ras Kita.
Banyak penafsiran oleh para pakar perihal Gambar (Tselem) dan Rupa (Demut)Allah . Ada yang mengartikan “gambar” secara jasmani, yang menyatkan andaikan Allah datang ditengah-tengah kita dalam dunia materi ini, Ia akan menjadi manusia. Penafsir lain menunjuk pada sikap berdiri manusia yang tegak lurus, bertentangan dengan binatang-binatang, dan menganggap hal ini sebagai hal yang membedakan manuisa dengan makhluk yg lain. Atau penafsir lain yang mengkaji makna kualitas-kualitas moral, akali atau rohani manusia, dan mengemukakan pendapat mereka bahwa “gambar” itu adalah cara lain untuk melukiskan moralitas atau rasionalitas, atau kebolehan mengenal Allah. Penafsir lain juga menghubungkan “gambar” dengan “kekuasaan” yang didelegasikan kepada manusia. Pada kesempatan ini kita tidak akan memperdebatkan penafsiran atau pengertian mana yang paling benar. Karena hal ini dapat kita analogikan dengan seorang buta yang mencoba melukiskan rupa seekor gajah dari apa yang ia raba, lalu ia bersikeras bahwa gajah adalah sama seperti bagian tubuh gajah yang disentuhnya. Dengan cara yang sama, semua tafsiran yang disebut di atas mengenai “gambar dan rupa Allah” itu ada benarnya, tapi ada beberapa hal lain yang harus dikemukakan.

ISI
Terjemahan terbaik dari Gambar dan Rupa Allah adalah dalam TEV dan Toba serta Simalungun TEV they will be like us and resemble us (menyerupai, mirip, Rupa) Toba tumiru rupanta, tudos tu pangalahonta (simalungun) songon rupanta, pakon songon parlahouta.
Dengan demikian Gambar dan Rupa Allah disini menunjukkan bahwa Manusia diciptakan sedemikian rupa sehingga keberadaanya adalah HUBUNGANNYA DENGAN ALLAH. Dengan demikian pengertian “gambar Allah” bukan sesuatu yang dimiliki manusia, atau sesuatu kemampuan untuk menjadi atau berbuat sesuatu, melainkan SUATU HUBUNGAN.
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dimana Allah menempatkan diriNya terhadap manusia, suatu hubungan dalam mana manusia menjadi mitra kerja, wakil dan kemuliaan Allah di atas bumi.
Bagaimana “Gambar Allah” itu dinyatakan dalam Perjanjian Baru ? Hanya ada seorang manusia satu-satunya, tentang siapa secara spesifik dikatakan bahwa : “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan” (Kol 1 : 15) Dalam hal ini kita tidak dibiarkan menebak siapa yang dimaksudkan, tetapi secara tegas dinyatakan bahwa bila kita mau melihat gambar Allah yang sesungguhnya, maka itu ada didalam diri Yesus Kristus. Dalam 2 Kor 4 : 4 Paulus menyebut :” kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah. Dalam 2 Kor. 3 : 18, apabila Paulus menulis tentang ihwal kita diubah menjadi serupa dengan Kristus, ia memakai kiasan cermin : “kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan. maka kita sedang diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya.”
Mengapa kita mengatakan bahwa Yesus Kristus mencerminkan sifat Allah yang benar ? Karena Ia berada dalam hubungan yang pas cocok dan serasi dengan Allah yang dicerminkan-Nya, yaitu hubungan seorang anak dengan BapaNya. Sebagaimana dengan cermin, sebuah objek akan terlihat dalam cermin hanya jika cermin tersebut mencerminkan objek dari sudut yang cocok, atau dengan kata lain, berada dalam hubungan yang cocok dengan objek itu. Dialah gambar dan kemuliaan Bapa di bumi ini.
Diatas kita telah mengatakan bahwa Gambar dan Rupa Allah bukan sesuatu yang dimiliki manusia, atau sesuatu kemampuan untuk menjadi atau berbuat sesuatu, melainkan SUATU HUBUNGAN. Mergery Williams dalam bukunya The Velveteen Rabbit menceritakan sebuah cerita untuk anak-anak tentang binatang mainan yang berbicara tentang hidup yang nyata.
“Si Kelinci Beludru berpaling kepada si Kuda Kulit yang tua lagi bijaksana, dan bertanya, “Apakah artinya Nyata? Apakah sesuatu mainan menjadi nyata jika dijalnkan oleh mesin dan ia mempunyai gagang dan ada bunyi mendengung di dalamnya ?” Si Kuda Kulit menjawab, “Tidak. Nyata itu bukan soal cara bagaimana kita dibuat. Itu adalah sesuatu yang terjadi atasmu. Bila seorang anak menyayangimu lama sekali, bukan sekedar sebagai mainan, melainkan benar-benar menyayangimu secara nyata, maka kau akan menjadi nyata.” “Apakahmenjadi nyata itu menyakitkan? Tanya si Kelinci Beludu. Kadang-kadang,”Jawab si Kuda Kulit, sebab ia selalu menyatakan yang benar. “Apakah itu terjadi dengan seketika atau sedikit demi sedikit ?” “Itu tidak terjadi dengan seketika, “kata si Kuda Kulit. Untuk menjadi Nyata, memerlukan waktu … Biasanya menjelang kau menjadi nyata, bulumu sudah hampir habis gara-gara terlalu banyak disayang, matamu sudah hilang, dan kau kelihatan kumu sekali ….. Tapi, sekali kau sudah nyata, kau takkan bisa menjadi tidak nyata lagi. Kau akan nyata untuk selama-lamanya.

Kita menjadi nyata melalui hubungan yang penuh Kasih.
Jadi apa manusia itu ? Manusia adalah hubungan dimana Allah menempatkan diriNya terhadap manusia, suatu hubungan dalam mana manusia menjadi mitra kerja, wakil dan kemuliaan Allah di atas bumi.

Apa artinya menjadi manusia ? Menjadi manusia sama halnya seperti pada cerita si Kelinci Beludru, yaitu bahwa kemanusiaan yang sejati adalah hal “Menjadi” bukan sekedar hal berada. Terjadinya dan terjalinya suatu hubungan memang membutuhkan waktu, karena itu mempunyai hubungan dengan Allah berarti mempunyai sejarah dengan Allah.
Ayat 27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Gambar Allah yang jelas dapat kita lihat didalam Yesus Kristus. Gambar Allah yang masing-masing kita lihat dalam diri sesama kitamemang suatu gambar yang kabur, karena hubungan kita dengan Allah jauhdari sempurna. Dari pihak Allah, hubungan itu berarti Dia harus selalu mengampuni, melahirkan kembali dan membangkitkan kita. Dari pihak kita, hubungan itu berarti : Kita harus berusaha untuk mencapai Kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. (Ef. 4 :13)
Kita orang Kristen dapat dikatakan sedang ditengah jalan menuju suatu pribadi. Allah-lah Pribadi yang nyata itu, yang dengan menfasihi kita membuat kita menjadi pribadi yang nyata.
*) Disampaikan pada Kotbah di Gereja POUK MARANATHA HELVETIA 03 Juni 2007

MENJADI LEMAH UNTUK YANG LEMAH

Oleh : P. Erianto Hasibuan *)

Bacaan : YESAYA 53 : 1-12
Nats : YESAYA 53 : 11

Saudara-saudara yang terkasih didalam Tuhan Yesus Kristus !

Pada suatu ketika di salah satu universitas terkemuka di AS datanglah sepasang suami isteri tua, bermaksud untuk menghadap Rektor di Universitas tersebut. Karena mereka bukanlah orang terkenal dan pakaian serta penampilannya juga sederhana, maka mereka tidak terlalu diperhatikan oleh si sekretaris rektor (pimpinan universitas tersebut), tetapi dengan sabarnya kedua orang tua itu menunggu gilirannya, sekalipun ada tamu yang baru datang telah didulukan oleh si sekeretaris. Akhirnya sampailah giliran kedua orang tua ini untuk menghadap si Rektor. Sebelum memulai pembicaraan si Rektor mengatakan bahwa dia tidak mempunyai banyak waktu, jadi biar terus terang saja. Lalu si Bapak mulai menceriterakan, bahwa anak tunggal mereka tadinya adalah mahasiswa di Universitas tersebut, tapi kemudian meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas, lalu mereka bermaksud hendak menyumbang dengan mendirikan suatu bangunan di universitas tersebut sebagai kenangan bagi anak mereka. Sang Rektor karena mungkin tidak yakin akan penampilan si orang tua ini lalu menjawab, bahwa biaya yang dibuthkan untuk mendirikan bangunan di Universitas sangat mahal setidaknya diperlukan biaya 5 juta dollar. Mendengar angka itu si isteri Jane nyeletuk kepada si suami ”Cuma segitu?”, lalu kedua orang tua itu pamit kepada si Rektor, dan mengurungkan nitnya memberikan sumbangan kepada universitas tersebut. Enam tahun setelah peristiwa tersebut tepatnya pada tanggal 1 Oktober1981 diresmikanlah satu universitas yang didirikan oleh pasangan suami isteri Leland dan Jane Stanford dengan nama Leland Stanford Junior Unversity atau lebih dikenal dengan Stanford University, yang saat ini merupakan salah satu universitas terkemuka di dunia.
Secara sadar atau tidak sadar, kadang juga kita berlaku seperti kisah di atas, terhadap anak kita misalnya. Kita kerap lebih memperhatikan anak kita yang berprestasi, dan mengabaikan yang kurang berprestasi, karena menurut kita tidak ada yang dapat dibanggakan dari anak tersebut. Atau mungkin pembedaan itu juga telah masuk kedalam gereja kita ?. Itulah yang akan dibicarakan Firman Tuhan pada hari ini melalui tema ” Menjadi Lemah untuk Yang Lemah”.
Kalau kita memperhatikan Kitab Yesaya, secara keseluruhan kitab Yesaya dibedakan menjadi 3 yaitu, Nabi Yesaya (1-39); Nabi Deutero Yesaya (40-55) dan Trito Yesaya (56-66). Sedangkan Bacaan kita kali ini adalah Yes. 53 yang termasuk dalam penulisan Deutero Yesaya, yaitu masa saat Orang Israel ada di Pembuangan Babel. Didalam Deutero Yesaya terdapat empat perikop nyanyian ”Hamba Tuhan” yaitu Yes 42 : 1-9; 49:1-7; 50 :4-9 dan 52 :13-53 :12. Keempat Nyanyian Hamba Tuhan ini merupakan bagian PL yang paling banyak dibicarakan. Keempat Nyanyian Hamba Tuhan ini merupakan perwujudan dari perkembangan pengenalan orang Israel akan peran dari Hamba Tuhan, dimulai dari seorang yang dipilih dan dibentuk Tuhan untuk menyatakan berita Allah kepada umatnya (42 : 1-9), Hamba Tuhan sebagai terang ditengah-tengah segala Bangsa (49:1-7), Hamba Tuhan adalah pemberi semangat (50 : 4-9) dan Hamba Tuhan yang siap menderita bagi orang lain (52 :13-53 :12).
Sebagai umat yang ada di Pembuangan tentu Umat Israel membutuhkan penghiburan atau dukungan semangat, sebab kalau tidak demikian, maka mereka akan hidup sebagai orang-orang yang tidak memiliki semangat dan ini akan menjadi kehancuran bagi mereka. Disinilah Hamba Tuhan mengumandangkan Nyanyiannya sebagaimana yang kita baca pada Nats pembimbing (50 : 4-9). Dalam situasi tersebut mereka mencoba untuk memahami arti penderitaan yang sedang mereka hadapi. Pemahaman yang mereka yakini bahwa Penderitaan itu adalah akibat Dosa (Ayub 33 : 19; 27 : 13-23), Sehingga Seorang Hamba Tuhan sekalipun yang mengalami penderitaan tidak dapat mereka terima pemberitaannya bahkan lebih dari itu mereka menghinanya (3), dan nubuatan ini telah terjadi didalam diri Yesus sebagaimana yang dituliskan didalam Injil Yohanes (Yoh. 1 : 11)
Pemahaman tersebut oleh nabi Deutero Yesaya, kemudian diluruskan dengan menguraikan bahwa Hamba Tuhan itu menderita penyakit bukan karena tulah Tuhan tetapi karena ia menanggung penyakit dan kesalahan kita. (4), dan hal ini telah digenapi Oleh Yesus sebagaimana yang disampaikan dalam Mat. 8:17. Pemahaman yang baru ini oleh bangsa Israel akan menolong mereka untuk tidak hanya melihat pada masalah (penderitaan) yang sedang mereka hadapi pada saat itu, tetapi mereka harus melihat bahwa mereka masih memiliki harapan dibalik penderitaan itu karena dibalik penderitaan itu mereka akan melihat terang dan menjadi puas (11). Dan penderitaan tersebut ternyata membuat banyak orang dibenarkan.
Firman saat ini mengajak kita untuk melihat kembali apa yang telah dilakukan Yesus bagi kita dan bagaimana respon kita. Dalam Injim Yoh. 1 : 11
” Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.”
Mengapa bangsa Yahudi tidak menerima Yesus sebagai Mesias ?, karena Ia datang dengan kehinaan, yang tidak sesuai dengan jalan pikiran bangsa Yahudi, bahwa “Mesias” Pembebas mereka seharusnya datang dengan penuh kemuliaan dan bukannya hanya sebagai anak seorang tukang kayu yang orang tuanya mereka kenal. Pada saat Yesus hendak disalibkan, hingga disalibkan banyak pihak yang terlibat, ada Pontius Pilatus, yang mengetahui kebenaran tetapi tidak memiliki keberanian untuk menyampaikannya, ada para Imam dan ahli Taurat yang mencemooh dengan mengatakan Orang lain ia selamatkan, tetapi dirinya sendiri tidak dapat diselamatkan ! Ia Raja Israel ? (Mat 27 : 42). Atau sebagai orang yang lewat dari hadapan salib Yesus dan mencemooh dia atau para penjahat yang disalibkan bersama Dia ?. Atau seperti seorang penjahat yang lain yang mengakui ke Allahan Yesus ?
Andai kita ada disana, dimanakah kiranya posisi kita ?, apakah kita seperti Pontius Pilatus yang mencuci tangannya sebagai pertanda dia tidak terlibat ?, atau sebagai pencemooh tersebut ? ataukah kita sebagai penjahat satunya yang membesarkan hati Yesus.?
Jika di rumah tangga kita, digereja kita atau bahkan dilingkungan kita, ada mereka yang lemah karena mereka tidak sempurna seperti yang lain atau mereka lemah karena penderitaan, bagaimana kita bersikap terhadap mereka ? Apakah kita juga ikut menghakimi mereka dengan mengatakan bahwa itu adalah “tulah” dari Tuhan, atau kita diam saja bila ada orang lain yang mengatakan demikian sekalipun kita mengerti bahwa itu salah, atau justru kita ikut mencemooh, ataukah kita menguatkan dia.
Dengan eloknya Paulus menggambarkan bagaimana kita adalah satu tubuh yang sekalipun banyak anggota tetapi satu tubuh sebagaimana tubuh manusia. Justru pada anggota tubuh yang menurut pandangan mata kita tidak elok, kita memberikan perhatian khusus. Tujuannya agar supaya tidak terjadi perpecahan ( 1 Kor. 12 : 23-26).
Akhirnya, Marilah kita merubah cara pandang kita terhadap kelemahan orang lain, siapa pun itu, utamanya sesama anggota tubuh kristus. Tidak ada manusia yang sempurna. Kalau ada kelemahan mereka baiklah kita mendukungnya, dan memberikan dorangan padanya, hari ini Tuhan mengajak kita untuk dapat mewujudkan bahwa kita adalah satu tubuh yang saling menguatkan satu sama lain. Kiranya Tuhan menolong kita Amin.
*) Disampaikan pada Kotbah di GKI Sumut Tj. Rejo 22 Oktober 2006