.jpg)
Minggu, 24 Januari 2010
Senin, 04 Januari 2010
Selaput
Semakin keras, keraguan terlihat pd langkahnya kala dia menatap gelombang laut. Saat kupegang tangannya dia kembali melangkah, namun keraguan kembali hadir saat angin semakin kencang, tak lagi cukup satu tanganku memegangnya, namun harus kedua dengan erat. Namun ku heran saat kubiarkan dia sendiri dibeton setapak tanpa kugapai, ia mampu berdiri sendiri untuk mengabadikan ku. Keberaniannya hadir kala ucapan yg kuberikan adalah penguatan bahwa ia mampu menentang angin dan berdiri sendiri. Begitulah kerap sang khalik terhadap ku kala aku lelah dan berbeban berat, atau mengalami suka cita, namun kerap aq hanya menggunakan mata dan telinga jasmani, sehingga tak kulihat Ia disisi ku dan tak kudengan Sabdanya memnguatkan ku, atau sabdanya yang mengingatkan ku untuk berbagi suka cita ku kepada sesama. Aku memang tidak pernah sendiri, karena Dia selalu ada dekat dengan ku namun aku yang kerap tak melihatnya karena mataku ditutupi selaput ketidak pekaan dan kesibukan. Selaput itukah yang kerap menghalangi ku untuk menguatkan sesamaku yang lemah ? atau mengeluarkan kata pemutus asa kepada sesama ? atau seoalah tak mendengar mereka yang berkelu kesah ? melalukan mereka yang terluka karena memang aku tak mengenalnya, sekalipun aku memahami bahwa dia juga adalah ciptaan Sang Khalik?. (has 050110)
Langganan:
Postingan (Atom)