SELAMAT DATANG DI "TEOLOGI KAUMAWAM"

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih telah mampir di blog yg sederhana ini. Kami sangat berterimakasih bila saudara berkenan memberi tanggapan atas tulisan yang saudara baca di blog ini. Karena dengan tanggapan itu kami akan dapat belajar dan berbagi, sebab untuk itulah blog ini dibuat agar hidup kita tetap terpelihara dalam persekutuan. Semua tulisan dalam blog ini dapat dikutip dengan tetap mencantumkan sumbernya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Pax Vobiscum, Erianto Hasibuan

Minggu, 01 Juni 2008

PENGUTUSAN MENJADI MURID

Oleh : P. Erianto Hasibuan

MINGGU II SETELAH TRINITAS
Nats : Luk. 10 :1-12 BACAAN : Kel. 3 : 10-12

PENDAHULUAN :
Ketika masih kanak-kanak, saya punya hobby menonton film action ala Hongkong. Bintang film hongkong seperti Fu Shen, Chen Kuan Tai, Bruce Lee, Ti Lung dsb. Adalah nama-nama yang begitu akrab ditelinga saya dan mungkin ditelinga generasi se usia saya. Film mereka umumnya menceritakan hubungan guru dan murid. Thema-nya tidak jauh dari balas dendam. Ini memang tidak mendidik, tapi terlepas dari thema tersebut yang selalu saya nantikan dalam film tersebut adalah adengan saat si murid sedang latihan keras dalam menuntut ilmu kungfu dari gurunya. Si murid pada akhirnya akan menjadi miniatur dari gurunya, cara ia berkelahi, jurus yang dimiliki, bahkan hingga gaya bicaranya pun diikuti oleh muridnya. Kemampuan seorang murid akan mencapai puncaknya pada saat sang guru meninggal, karena dianiaya oleh kelompok lain. Jika pada saat gurunya hidup ia masih mau melalaikan jadwal latihannya atau berlatih sesukanya, tetapi pada saat gurunya telah almarhum, ia berlatih sangat keras dan melakukan seluruh yang pernah diajarkan gurunya kepadanya, semua ini didasari oleh motivasi balas dendam.
Nats kita pada saat ini berbicara mengenai pengutusan murid. Yesus memang masih hidup secara manusiawi pada saat itu. Tetapi bagi kita yang hidup saat ini Yesus adalah seorang guru yang telah membuktikan KASIHNYA kepada kita, bahwa IA mau dianiaya dan mati demi untuk menebus kita, agar kita diselamatkan dari hukuman yang kekal.
Saat ini, SANG GURU memanggil kita untuk di utus menjadi murid, bagaimana tanggapan kita atas panggilan tersebut ?
Siapa yang di utus ?
Ayat 1 Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain,..
Angka 70 adalah angka simbolis Yahudi yang menunjukkan tua-tua yang dipilih untuk membantu Musa (Bi. 11:16); Juga angka anggota Sanhendrin, dewan tertinggi Yahudi. Juga dipercaya sebagai jumlah dari bangsa-bangsa di dunia (Kej.10), yang menunjukkan pandangan yang bersifat universitalitas.
Dengan demikian ayat ini menunjukkan bahwa Yesus mengutus mereka ke segala bangsa, dan tidak terbatas pada bangsa tertentu. Mereka yang di utus bukanlah para RASUL tetapi murid yang lain, yang boleh jadi adalah orang-orang biasa (Kis. 11:20)
Yesus saat ini juga memilih setiap kita untuk di utus menjadi murid. Menjadi utusan berarti Mewakili Tuhan. Karena kita akan mewakili Tuhan maka apa yang kita sampaikan adalah maksud Tuhan semata, artinya untuk menjadi utusan kita harus mengenal dengan baik siapa yang kita wakili dan apa yang hendak Ia sampaikan melalui kita. Dengan demikian kita tidak hanya sebagai penyampai pesan dalam kata-kata, tetapi prilaku dan gaya hidup kita juga menggambarkan siapa yang mengutus kita. Seperti halnya seorang murid yang menjadi miniatur sang guru.

Mengapa kita di utus sebagai murid ?
Karena :
Ayat 2 . "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.

Melalui ayat ini, juga ayat pararel (Mat.9:37) Yesus memperingatkan semua orang percaya bahwa orang yang terhilang mempunyai jiwa abadi yang sangat berharga dan harus tinggal di sorga atau neraka, dan banyak dari mereka dapat diselamatkan apabila ada yang memberitakan injil kepada mereka.

Ayat 2b Mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu
Ayat. 3 Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.

Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak melupakan salah satu prinsip rohani Allah sendiri. Sebelum Allah bertindak biasanya IA memanggil umatnya untuk berdoa. Hanya setelah umatnya berdoa, barulah Allah melakukan pekerjaanNya. Jadi bagaimana Allah mengirimkan pekerja-pekerjaNya bila kita sendiri tidak pernah berdoa ?.
Jadi murid diperlukan untuk mengembalikan orang-orang yang terhilang, hingga pada saatnya jiwanya yang abadi akan tinggal di sorga. Tetapi panggilan untuk Pergi bukanlah pekerjaan yang mudah, karena para murid susungguhnya pergi ketengah-tengah serigala. Mengapa Lukas menuliskan hal tersebut ?. Pada saat Lukas menuliskan Injilnya sekitar tahun 60-63 M. Saat itu pemimpin Roma adalah Kaisar Nero (54-68). Nero pasca membunuh ibunya Agrippina thn 59M, ia menjadi raja yang tak terkendali. Kebenciannya terhadap pengikut Kristus telah dimulai dengan penganiayaan, sekalipun belum sedasyat pasca kebakaran besar di Roma thn 64 M. Pada masa itu, ia menuduh orang Kristen yang melakukan pembakaran tersebut untuk mengalihkan tuduhan terhadap dirinya yang berambisi membangun Gedung Emasnya, yaitu sebuah Istana megah yang dibangun di atas bukit Esquilline seluas 50 Ha.
Bagaimana sikap seorang murid yang diutus ketengah serigala ? Penulis Injil Matius memberikan jalan keluar Mat. 10:16 "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Ayat yang baik ini, cenderung banyak disalah artikan oleh banyak kalangan dengan memberi arti negatif kepada kata cerdik. Dalam bahasa aslinya (Yun) kata itu berasal dari phronimos (fronimos) yang digunakan sebanyak 14 kali, antara lain digunakan dalam Mat. 7:24; 24:25; 25:2,4,8,9;Luk.12:42; 1Kor.10:15; 2Kor.11:19 yang diterjemahkan dengan bijaksana. Dengan demikian phronimos sesungguhnya berarti positif, sehingga dapat saja Mat. 10:16 diterjemahkan menjadi bijaksana seperti ular dan tulus seperti merpati. (Terjemahan ini mungkin sulit bagi pembaca karena pemahaman bahwa ular adalah si “pendosa” yang menggoda Hawa untuk jatuh kedalam dosa. Jadi bagimana mungkin si “pendosa” yang terhukum disebut dengan bijaksana).
Dengan demikian seorang murid yang akan di utus ketengah-tengah serigala haruslah murid yang bijaksana dan tulus. Jadi serigala tidak ditaklukkan dengan kekerasan tetapi dengan bijaksana dan tulus, yang juga merupakan perwujudan dari buah-buah Roh yang ajarkan Sang Guru Agung kepada kita.

Fokus Pada Panggilan
Ayat 4 Seorang murid yang akan memberitakan Firman Tuhan haruslah fokus pada tugas panggilannya, sehingga ia tidak boeh dibebani hal-hal yang bersifat :
1. Materialitas (4a)
Murid harus dapat berjalan dengan cepat ketempat tujuannya, tanpa harus dibebani dengan perkara-perkara makan dan minum serta peralatan lainnya. Situasi saat itu transportasi bukan seperti saat ini, setiap murid dalam kebiasaan orang Yahudi selalu membawa keranjang dipundaknya yang dapat diisi dengan berbagai keperluan termasuk makanan. Ingat, mengapa saat Tuhan Yesus memberi makan lima ribu orang ada sisa 12 bakul, karena kedua belas murid Yesus masing-masing membawa satu bakul. Perjalanan yang cukup jauh, umumnya ditempuh dengan jalan kaki. Berjalan kaki dengan bekal macam-macam akan memperlambat ruang gerak para murid. Dalam hal ini Tuhan Yesus mengajarkan agar para murid tidak dibebani oleh hal-hal yang bersifat material, yang dapat mengganggu tugas panggilannya.
Bukankah hal ini juga kerap kita alami saat ini. Kita merespon panggilan Tuhan, bahkan mungkin kita mengatakan “ini aku Tuhan, utuslah aku” Tapi pada saat yang hampir bersamaan kita mengkawatirkan akan bagaimana dengan barang daganganku bila aku harus ke gereja pada hari minggu, padahal justru hari minggulah jualanku laku. Sebagai pelayan memang kita sering mudah terpikat dengan hal-hal yang material, ah lebih baik melayani si A karena kalau ketempatnya pasti ada sesuatu, tapi kalau si B pasti kosongan. dst.

2. Hal-hal kecil yang menggangu tugas panggilan (4b)
Janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Nats ini bukanlah pengajaran untuk tidak ramah, tetapi kita jangan diganggu dengan hal-hal yang kecil. Memberi salam berarti berhenti berjalan dan bertegur sapa sesaat untuk meluangkan waktu berbicara akan hal-hal yang tidak begitu penting. Hal-hal kecil jangan sampai mengganggu hal besar yang akan dituju. Pada etnis Batak banyak ditemukan kumpulan (arisan) yang didasari pada ikatan marga. Kumpulan ini Pada saat pendirian kumpulan itu tujuannya adalah untuk mempererat persekutuan dan memuji nama Tuhan, sehingga setiap pertemuan selalu dimulai dengan ibadah singkat dan kotbah. Tetapi tujuan mulia ini pada akhirnya akan menjadi rutinitas yang kalau perlu lebih dipersingkat lagi karena peserta membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk bermain joker, atau hal-hal yang tidak begitu penting.

Tugas seorang utusan
Ayat 5-12 Tugas seorang utusan tidaklah selalu direspon dengan positif. Dalam hal utusan diterima beritakanlah bahwa Kerajaan Allah sudah dekat padamu (9) dan sembukanlah orang-orang sakit yang ada disitu. Artinya keadaan orang yang menerima pemberitaan akan dipulihkan (diubahkan). Bagaimana dengan penolakan, bila itu yang terjadi pemberitaan tetap harus dilakukan, karena pemberitaan tidak tergantung pada si penerima. Tetapi dalam hal ini tidak terjadi penyembuhan terhadap orang sakit ditempat itu, tetapi yang terjadi adalah pemberitaan akan hukuman (12).
Dengan demikian Kabar baik yang disampaikan yaitu Kerajaan Allah sudah dekat padamu bagi yang menerima akan disembuhkan tetapi bagi yang menolak akan mendapatkan hukuman bahkan yang lebih berat dari Sodom.

Simpulan
Bagaikan seorang murid pada cerita kungfu yang berlatih siang malam untuk dapat mewarisi ilmu yang dimiliki oleh gurunya yang telah mati teraniaya, agar ia dapat membalaskan dendam sang guru. Kita yang saat ini sebagai murid Yesus, yang telah mati teraniaya demi pembebasan kita dari hukuman abadi, sudah seyogianya juga berlatih siang malam untuk menjadi segambar dengan sang guru yaitu Yesus Kristus, sehingga kita dapat menjadi utusan yang mewakilinya untuk membawa jiwa-jiwa yang abadi untuk tinggal di sorga, karena Tuaian memang banyak tetapi pekerja sedikit. Sekalipun sebagai pekerja kita diutus ketengah-tengah serigala, tetapi dengan menjadi murid yang bijaksana dan tulus kita dapat menjadi pekerja yang baik karena kita tetap fokus kepada panggilan untuk memberitakan kabar baik yaitu Kerajaan Allah sudah dekat padamu.


Disampaikan pada Kotbah Minggu 1 Juni 2008 Pkl. 10.15 GEREJA POUK MARANATHA MEDAN – SUMUT.

Tidak ada komentar: