Oleh : P. Erianto Hasibuan
Bacaan : Mazmur 133
Nats : Kej. 37 : 12 – 24
Pendahuluan :
Nats kita pada minggu ini berbicara tentang Cerita Yusuf , Cerita Yusuf adalah cerita yang paling hidup dan menarik dalam PL. Tetapi apa yang akan kita bicarakan saat ini adalah mengenai persaudaraan dalam keluarga Yakub. Yusuf adalah anak ke 11 dari 12 anak Yakub. Yusuf adalah anak pertama dari Rahel dan merupakan anak yang paling dikasihi oleh Yakub. Arti Kata Yusuf (bhs Ibrani Yosef) Yusuf adalah bentuk perintah dari kata kerja Yasaf, artinya “menambahi/menambahkan” arti kata Yusuf adalah “Kiranya ditambahkan Allah lagi (anak lelaki) (Kej. 30 : 24.)
Fakta bahwa Yusuf adalah anak yang paling dikasihi Yakub, adalah diberikannya kepadanya berupa satu “jubah” (ketonet passim) yang maha indah (37:3). Untuk dapat memahami dengan baik latar belakang keluarga Yusuf, maka secara singkat akan kita uraikan perihal ayahnya Yakub. Yakub anak Ishak, yang dilahirkan kembar dengan saudaranya Ishak, Yakub memiliki 2 Isteri yaitu Lea dan Rahel, tetapi karena persaingan diantara kedua saudara ini mereka masing-masing kemudian memberikan seorang budaknya kepada Yakub untuk menjadi selirnya yaitu Bilha dan Zilpa. Sejak semula saat Yakub bekerja pada mertuanya ia menginginkan Rahel sebagai Isterinya, tetapi dengan tipu daya mertuanya ia harus bekerja selama 14 tahun untuk mendapatkan Rahel. Setelah menikah dengan Rahel ia pun sempat mendapatkan bahwa Rahel Mandul, sampai pada akhirnya dimasa tuanya ia mendapatkan Yusuf.
Bacaan kita pada Epistola Mazmur 133 merupakan Syair tentang kerukunan kekeluargaan dari umat Allah. Pokok ini dinampakkan dalam peristiwa berkumpulnya bangsa yang terpisah-pisah itu pada pesta ziarah. Pemazmur menggambarkan berkat-berkat yang diperoleh oleh umat yang bersatu, yaitu :
1 . Minyak yg baik diatas kepala (ayat 2) mengutarakan betapa Tuhan berlimpah-limpah memberkati dan menguduskan UmatNya melalui persekutuan mereka.
2. Kesatuan digambarkan seperti embun yang menyegarkan ( ay. 3) mengendap digunung Hermon dan turun di gunung sion. Embun mengungkapkan kesegaran Ilahi : Karunia Allah, yaitu kehidupan dan buah-buahnya. Tapi pengaitan Gunung Hermon (di Kerajaan Utara) dengan Sion (Yerusalem/Kota Daud/Yehuda) memberi petunjuk bahwa Allah memberikan karuniaNya kepada umatNya apabila mereka berada dalam persekutuan. Turunnya embun Hermon ke atas Sion akan merupakan mujizat, dan persekutuan adalah mujizat anugerah ilahi dan menjadi bukti pemilikan kehidupan untuk selama-lamanya (1 Yoh 3 : 14).
Sementara Bacaan kita pada Epistola menunjukkan indahnya berkat dalam hidup persekutuan (bersaudara) tetapi Nats kita menunjukkan terjadinya perpecahan dalam ikatan persaudaraan yang dialami oleh keluarga yakub (anak-anak Yakub).
Didalam Alkitab banyak cerita yang mengutarakan bagaimana pecahnya persaudaraan, dimulai dari Kain dan Habil, Ishak dan Yakub hingga Yusuf dan saudara-saudaranya.
Lalu muncul 2 pertanyaan besar :
Apa sesungguhnya yg membuat pecahnya persaudaraan tersebut ??
Mengapa perpecahan tersebut tak dapat dicegah ?
Berdasarkan cerita Yusuf yang menjadi topik kita ada 2 hal penyebab pecahnya persaudaraan tersebut, yaitu :
1. Iri Hati (Kej. 37:11; Kis. 7:9) Saudara-saudara Yusuf yang lain merasa Iri atas perlakukan Yakub terhadap Yusuf, ia diperlakukan sangat istimewa, bahkan dapat dikatakan Yusuflah sebagai orang kepercayaan Yakub. Puncaknya adalah saat Yusuf menceritakan mimpinya kepada para saudara-saudara dan ayahnya Yakub, bahwa mereka akan menyembah dia.
2. Ambisi, Saudara-saudara Yusuf memandang bahwa mimpi Yusuf adlah gambaran ambisinya untuk menguasai para saudaranya, sehingga mereka termotivasi (berambisi) untuk menggagalkan ambisi saudaranya tersebut lewat pembunuhan yang mereka rencanakan (20).
Apa yang dialami oleh Yusuf juga menjadi keprihatinan kita pada saat ini. Coba saja kita tilik apa yang terjadi disekitar kita. Tidak usah jauh-jauh dilingkungan Gereja, ambisi untuk berkuasa telah memecah belah persaudaraan diantara sesama warga gereja dan anak Tuhan. Bahkan peristiwa yang terjadi beberapa tahun yang lalu pertikaian sesama warga gereja bahkan menelan korban nyawa yang tidak sedikit.
2. Mengapa perpecahan tersebut tak dapat dicegah ?
Ruben adalah putra sulung Yakub dan oleh karena itu seharusnya menjadi pemimpin saudara-saudaranya. Akan tetapi perbuatannya yang tuna susila dengan Bilha (Kej. 35:22) membuatnya kehilangan kepemimpinan rohaninya yang efektif dan tidak bisa mempengaruhi saudara-saudaranya dengan baik. (22). Bahkan kepada bapanya sendiri Ruben harus menggadaikan kedua nyawa anaknya untuk mendapat kepercayaan dari ayahnya.(Kej. 42:37)
Ini juga yang sering terjadi saat ini, kita kehilangan kepenmimpinan yang dapat mempersatukan karena ketidak mampuan untuk memberikan contoh. Berapa banyak orang mengaku sebagai pemimpin rohani baik dirumah tangga sebagai kepala rumah tangga, dilingkungan sektor sebagai majelis sektor atau sebagai ketua majelis di Gereja, tetapi tidak dpat menjadi panutan (teladan) Ki Hajar Dewantara mengatakan Ing Ngarso Sung Tulodo.
Sebagai contoh bagaimana mungkin saya mengatakan kepada anak saya Unang marjuji ho da (jangan main judi kamu ya ???), sementara setiap ada acara arisan atau kelahiran anak si orang tua sendiri tidak pernah absen untuk main joker karo atau main leng. Bagaimana mungkin si pemimpin memiliki kewibawaan atas kata-katanya ??? Demikian halnya Ruben dia sudah membakar habis status kepemimpinannya saat ia melakukan tuna susila dengan gundik Ayahnya.
Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Pada saat ini persaudaraan kita sudah disempurnakan lagi oleh Tuhan Yesus Kristus, melalui doa Bapa kami, kalau kita mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita pribadi lepas pribadi maka kita telah menjadi anak Allah dan menyapa Allah dengan sebutan Bapa. Kalau dikatakan sekarang saya dengan Ibu Sitompul adalah satu Bapa yaitu anaknya Bpk. Hasibuan (Sr) juga dengan Bpk. Manalu serta Mas Eko, tentu masing-masing kita akan berkeberatan, karena dari ujung nama (marga) kita saja sudah menunjukkan perbedaan tersebut, tetapi adakah kita berkeeratan saat kita mengatakan Bapa kami yang di Sorga pada saat berdoa doa Bapa kami?? Tentu tidak. Ini menunjukkan bahwa sesungguhnya kita adalah satu Bapa apapun marga kita apapun suku kita, kalau kita satu Bapa berarti kita adalah bersaudara, bersaudara kandung. Jadi perlakukanlah satu sama lain sebagai saudara kandung dengan tetap menjaga persekutuan agar kita mendapatkan berkat seperti Maz 133. Dengan cara Hindarkan Iri Hati dan Ambisi-ambisi negatif.
Demikian juga halnya didalam kehidupan bermasyarakat, sekalipun kita hidup dengan orang yang berbeda agama, tetapi ingatlah bahwa kita dilahirkan dan dibesarkan di Negara yang sama dan memiliki tanah air yang sama yaitu Indonesia. Dengan demikian kita tetap menjadi saudara sebangsa dengan saudara-saudara kita yang berbeda kepercayaan sekalipun, sehingga tidak ada alasan untuk kita untuk tidak berbuat baik kepada mereka.
Inilah yang harus selalu kita pegang teguh, sebagaimana Yusuf tetap memegang teguh arti persaudaraan baik dari sisi kekeluargaan maupun dari sisi kewarganegaraan saat ia menjadi penguasa tertinggi setelah raja di Mesir. Perbedaan selalu ada, bahkan mereka yang bersaudara kembar sekalipun seperti Ishak dan Yakub selalu ada perbedaan, tetapi yang penting kita perhatikan bukanlah perbedaan, tetapi persamaan yang dapat membangun persekutuan untuk mendapatkan Minyak yang baik dia tas kepala dan embun yang ada di gunung Hermon dan mengalir ke Sion.
Kiranya Tuhan menolong kita untuk selalu mengatakan Engakau adalah Saudara ku.
Disampaikan pada Kotbah Minggu di Gereja POUK MARANATHA HELVETIA 05 AGUSTUS 2007
Pendahuluan :
Nats kita pada minggu ini berbicara tentang Cerita Yusuf , Cerita Yusuf adalah cerita yang paling hidup dan menarik dalam PL. Tetapi apa yang akan kita bicarakan saat ini adalah mengenai persaudaraan dalam keluarga Yakub. Yusuf adalah anak ke 11 dari 12 anak Yakub. Yusuf adalah anak pertama dari Rahel dan merupakan anak yang paling dikasihi oleh Yakub. Arti Kata Yusuf (bhs Ibrani Yosef) Yusuf adalah bentuk perintah dari kata kerja Yasaf, artinya “menambahi/menambahkan” arti kata Yusuf adalah “Kiranya ditambahkan Allah lagi (anak lelaki) (Kej. 30 : 24.)
Fakta bahwa Yusuf adalah anak yang paling dikasihi Yakub, adalah diberikannya kepadanya berupa satu “jubah” (ketonet passim) yang maha indah (37:3). Untuk dapat memahami dengan baik latar belakang keluarga Yusuf, maka secara singkat akan kita uraikan perihal ayahnya Yakub. Yakub anak Ishak, yang dilahirkan kembar dengan saudaranya Ishak, Yakub memiliki 2 Isteri yaitu Lea dan Rahel, tetapi karena persaingan diantara kedua saudara ini mereka masing-masing kemudian memberikan seorang budaknya kepada Yakub untuk menjadi selirnya yaitu Bilha dan Zilpa. Sejak semula saat Yakub bekerja pada mertuanya ia menginginkan Rahel sebagai Isterinya, tetapi dengan tipu daya mertuanya ia harus bekerja selama 14 tahun untuk mendapatkan Rahel. Setelah menikah dengan Rahel ia pun sempat mendapatkan bahwa Rahel Mandul, sampai pada akhirnya dimasa tuanya ia mendapatkan Yusuf.
Bacaan kita pada Epistola Mazmur 133 merupakan Syair tentang kerukunan kekeluargaan dari umat Allah. Pokok ini dinampakkan dalam peristiwa berkumpulnya bangsa yang terpisah-pisah itu pada pesta ziarah. Pemazmur menggambarkan berkat-berkat yang diperoleh oleh umat yang bersatu, yaitu :
1 . Minyak yg baik diatas kepala (ayat 2) mengutarakan betapa Tuhan berlimpah-limpah memberkati dan menguduskan UmatNya melalui persekutuan mereka.
2. Kesatuan digambarkan seperti embun yang menyegarkan ( ay. 3) mengendap digunung Hermon dan turun di gunung sion. Embun mengungkapkan kesegaran Ilahi : Karunia Allah, yaitu kehidupan dan buah-buahnya. Tapi pengaitan Gunung Hermon (di Kerajaan Utara) dengan Sion (Yerusalem/Kota Daud/Yehuda) memberi petunjuk bahwa Allah memberikan karuniaNya kepada umatNya apabila mereka berada dalam persekutuan. Turunnya embun Hermon ke atas Sion akan merupakan mujizat, dan persekutuan adalah mujizat anugerah ilahi dan menjadi bukti pemilikan kehidupan untuk selama-lamanya (1 Yoh 3 : 14).
Sementara Bacaan kita pada Epistola menunjukkan indahnya berkat dalam hidup persekutuan (bersaudara) tetapi Nats kita menunjukkan terjadinya perpecahan dalam ikatan persaudaraan yang dialami oleh keluarga yakub (anak-anak Yakub).
Didalam Alkitab banyak cerita yang mengutarakan bagaimana pecahnya persaudaraan, dimulai dari Kain dan Habil, Ishak dan Yakub hingga Yusuf dan saudara-saudaranya.
Lalu muncul 2 pertanyaan besar :
Apa sesungguhnya yg membuat pecahnya persaudaraan tersebut ??
Mengapa perpecahan tersebut tak dapat dicegah ?
Berdasarkan cerita Yusuf yang menjadi topik kita ada 2 hal penyebab pecahnya persaudaraan tersebut, yaitu :
1. Iri Hati (Kej. 37:11; Kis. 7:9) Saudara-saudara Yusuf yang lain merasa Iri atas perlakukan Yakub terhadap Yusuf, ia diperlakukan sangat istimewa, bahkan dapat dikatakan Yusuflah sebagai orang kepercayaan Yakub. Puncaknya adalah saat Yusuf menceritakan mimpinya kepada para saudara-saudara dan ayahnya Yakub, bahwa mereka akan menyembah dia.
2. Ambisi, Saudara-saudara Yusuf memandang bahwa mimpi Yusuf adlah gambaran ambisinya untuk menguasai para saudaranya, sehingga mereka termotivasi (berambisi) untuk menggagalkan ambisi saudaranya tersebut lewat pembunuhan yang mereka rencanakan (20).
Apa yang dialami oleh Yusuf juga menjadi keprihatinan kita pada saat ini. Coba saja kita tilik apa yang terjadi disekitar kita. Tidak usah jauh-jauh dilingkungan Gereja, ambisi untuk berkuasa telah memecah belah persaudaraan diantara sesama warga gereja dan anak Tuhan. Bahkan peristiwa yang terjadi beberapa tahun yang lalu pertikaian sesama warga gereja bahkan menelan korban nyawa yang tidak sedikit.
2. Mengapa perpecahan tersebut tak dapat dicegah ?
Ruben adalah putra sulung Yakub dan oleh karena itu seharusnya menjadi pemimpin saudara-saudaranya. Akan tetapi perbuatannya yang tuna susila dengan Bilha (Kej. 35:22) membuatnya kehilangan kepemimpinan rohaninya yang efektif dan tidak bisa mempengaruhi saudara-saudaranya dengan baik. (22). Bahkan kepada bapanya sendiri Ruben harus menggadaikan kedua nyawa anaknya untuk mendapat kepercayaan dari ayahnya.(Kej. 42:37)
Ini juga yang sering terjadi saat ini, kita kehilangan kepenmimpinan yang dapat mempersatukan karena ketidak mampuan untuk memberikan contoh. Berapa banyak orang mengaku sebagai pemimpin rohani baik dirumah tangga sebagai kepala rumah tangga, dilingkungan sektor sebagai majelis sektor atau sebagai ketua majelis di Gereja, tetapi tidak dpat menjadi panutan (teladan) Ki Hajar Dewantara mengatakan Ing Ngarso Sung Tulodo.
Sebagai contoh bagaimana mungkin saya mengatakan kepada anak saya Unang marjuji ho da (jangan main judi kamu ya ???), sementara setiap ada acara arisan atau kelahiran anak si orang tua sendiri tidak pernah absen untuk main joker karo atau main leng. Bagaimana mungkin si pemimpin memiliki kewibawaan atas kata-katanya ??? Demikian halnya Ruben dia sudah membakar habis status kepemimpinannya saat ia melakukan tuna susila dengan gundik Ayahnya.
Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Pada saat ini persaudaraan kita sudah disempurnakan lagi oleh Tuhan Yesus Kristus, melalui doa Bapa kami, kalau kita mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita pribadi lepas pribadi maka kita telah menjadi anak Allah dan menyapa Allah dengan sebutan Bapa. Kalau dikatakan sekarang saya dengan Ibu Sitompul adalah satu Bapa yaitu anaknya Bpk. Hasibuan (Sr) juga dengan Bpk. Manalu serta Mas Eko, tentu masing-masing kita akan berkeberatan, karena dari ujung nama (marga) kita saja sudah menunjukkan perbedaan tersebut, tetapi adakah kita berkeeratan saat kita mengatakan Bapa kami yang di Sorga pada saat berdoa doa Bapa kami?? Tentu tidak. Ini menunjukkan bahwa sesungguhnya kita adalah satu Bapa apapun marga kita apapun suku kita, kalau kita satu Bapa berarti kita adalah bersaudara, bersaudara kandung. Jadi perlakukanlah satu sama lain sebagai saudara kandung dengan tetap menjaga persekutuan agar kita mendapatkan berkat seperti Maz 133. Dengan cara Hindarkan Iri Hati dan Ambisi-ambisi negatif.
Demikian juga halnya didalam kehidupan bermasyarakat, sekalipun kita hidup dengan orang yang berbeda agama, tetapi ingatlah bahwa kita dilahirkan dan dibesarkan di Negara yang sama dan memiliki tanah air yang sama yaitu Indonesia. Dengan demikian kita tetap menjadi saudara sebangsa dengan saudara-saudara kita yang berbeda kepercayaan sekalipun, sehingga tidak ada alasan untuk kita untuk tidak berbuat baik kepada mereka.
Inilah yang harus selalu kita pegang teguh, sebagaimana Yusuf tetap memegang teguh arti persaudaraan baik dari sisi kekeluargaan maupun dari sisi kewarganegaraan saat ia menjadi penguasa tertinggi setelah raja di Mesir. Perbedaan selalu ada, bahkan mereka yang bersaudara kembar sekalipun seperti Ishak dan Yakub selalu ada perbedaan, tetapi yang penting kita perhatikan bukanlah perbedaan, tetapi persamaan yang dapat membangun persekutuan untuk mendapatkan Minyak yang baik dia tas kepala dan embun yang ada di gunung Hermon dan mengalir ke Sion.
Kiranya Tuhan menolong kita untuk selalu mengatakan Engakau adalah Saudara ku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar