SELAMAT DATANG DI "TEOLOGI KAUMAWAM"

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih telah mampir di blog yg sederhana ini. Kami sangat berterimakasih bila saudara berkenan memberi tanggapan atas tulisan yang saudara baca di blog ini. Karena dengan tanggapan itu kami akan dapat belajar dan berbagi, sebab untuk itulah blog ini dibuat agar hidup kita tetap terpelihara dalam persekutuan. Semua tulisan dalam blog ini dapat dikutip dengan tetap mencantumkan sumbernya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Pax Vobiscum, Erianto Hasibuan

Kamis, 13 Desember 2007

KEBEBASAN YANG BERTANGGUNG JAWAB

Oleh : P. Erianto Hasibuan*)

Bacaan : I Korintus 8 : 1-13
Nats : I Korintus 8 : 9

Saudara-saudara yang terkasih didalam Tuhan Yesus Kristus !

Sebelum saya menyampaikan kotbah pada pagi menjelang siang ini, ijinkanlah saya menggunakan waktu untuk memperkenalkan diri sebagai orang yang baru pertama kali melayani di tempat ini. Pertama-tama saya sampaikan salam dan permohonan maaf dari Bpk. Pdt. Thomas Supardji yang seharusnya melayani ditempat ini, tetapi karena ada pelayanan yang tidak dapat beliau tinggalkan hingga beliau meminta saya untuk melayani ketempat ini.
Beliau meminta saya kemari tentu karena beliau tahu bahwa saya senang ke Kota Pematang Siantar, karena memang saya orang siantar. Nama saya Erianto Hasibuan, saat ini saya sebagai Pnt. Di GKI Sumut Tj.Rejo dan juga sebagai sekretaris di BPHM Klasis Medan, serta sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan BPHM Sinode GKI Sumut periode 2004 -2008. Saya sudah menikah dengan isteri saya Dian Wigati Kun Indah Saksami br. Simamora dengan 2 orang putri.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Keristus, sesuai dengan topik kotbah yang diberikan kepada saya, maka kotbah kita kali ini berthema Kebebasan yang bertanggung jawab.
Mengapa Rasul Paulus sampai menuliskan suratnya ke jemaat Korintus perihal Persembahan Berhala ?, untuk itu kita mencoba melihat bagaimana kehidupan di jemaat korintus pada masa itu .
Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dan merupakan kota metropolitan yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota yang angkuh secara intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral. Segala macam dosa merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa nafsu. Bahkan Korintus dikenal sebagai kota maksiat.
Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan adalah orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala. Di kota ini terdapat kuil yang terkenal yaitu kuil Aprodite, dengan dewi kasih sayang yang ditempatkan di ketinggian kota. Paulus meninggalkan Korintus, setelah ia tinggal disana selama 18 bulan, berbagai macam masalah timbul dalam gereja yang masih muda itu, yang memerlukan wewenang dan pengajaran rasulinya melalui surat-menyurat dan kunjungan pribadi.
Saya mencoba menginventarisir kejahatan-kejahatan atau persoalan-persoalan yang dialami oleh jemaat Korintus agar kita dapat dengan jelas membayangkan bagaimana situasi jemaat kala itu, antara lain adalah :
1. Hidup secara "duniawi" (1Kor 3:1-3)
2. Tidak secara tegas memisahkan diri dari masyarakat di sekelilingnya yang menyembah berhala (2Kor 6:17)
3. Sifat memecah belah => gol. Paulus, Apolos dan Kefas(1Kor 1:10-13; 1Kor 11:17-22),
4. Toleransi terhadap dosa perzinaan => anak hidup dgn isteri ayahnya (1Kor 5:1-13)
5. Kebejatan seksual => Percabulan dan Pencemaran diri (1Kor 6:12-20)
6. Berperkara diantara seiman dan mencari keadilan kpd orang yg tdk percaya (1Kor 6:1-11)
7. Pikiran manusiawi tentang kebenaran rasuli (1Kor 15:1-58)
8. Perkara yg berkaitan dengan hal membujang dan perkawinan (1Kor 7:1-40)
9. Perselisihan mengenai "kemerdekaan Kristen" (pasal 8, 10; 1Kor 8:1-13; 1Kor 10:1-33).

Salah satu yang akan kita bahas saat ini adalah Perselisihan mengenai Kemerdekaan Kristen.
Kemerdekaan menjadi persoalan di jemaat Korintus utamanya adalah masyarakat Kosmopolitan yang berisi bukan hanya orang Yahudi yang mengutamakan kesucian, tetapi sebagian besar adalah orang Yunani yang menomor satukan kebebasan yang dikenal dengan kaum Helenis. Jemaat Kristen Korintus bahkan didominasi oleh kalangan Kristen Non Yahudi, yaitu kaum Helenis yang semula adalah penyembah berhala dan memiliki banyak dewa.
Perkembangan jemaat Korintus yang cukup pesat dan keterbatasan waktu bagi Paulus untuk secara langsung memberi pegajaran bagi jemaat baru tersebut, telah menimbulkan ketidak samaan pemahaman akan kebenaran firman Tuhan dikalangan jemaat tersebut. Bahkan ada yang memahami bahwa mereka terkotak-kotak, bukan karena ajaran, melainkan semata-mata karena beberapa orang menjadi ”fanatik” terhadap salah seorang guru, sehingga mereka menyebut dirinya golongan Paulus Apolos, Kefas bahkan golongan Kristus. (1 Kor 1 : 12).

Jemaat di Korintus juga dipengaruhi oleh pengajaran Gnostik. Kaum Gnostik percaya bahwa mereka diselamatkan oleh pengetahuan (gnosis). Tubuh tidak mungkin kesurga, tapi Roh kembali kepada Allah. Dengan pemahaman ini kaum gnostik memandang rendah kaum kristen yang ingin tetap melekat pada guru-guru mereka. Perbuatan tubuh tidak akan mungkin menghalangi Roh ke Surga apabila Roh telah menyatu dengan Allah. Demikian pendapat mereka hingga mereka memiliki kebebasan yang tidak terbatas. Pemahaman inilah yang membuat mereka memiliki toleransi terhadap dosa perzinahan hingga Paulus menerima berita bahwa anak hidup dgn isteri ayahnya (1Kor 5:1-13)

Dengan latar belakang tersebut dapatlah kita pahami mengapa Rasul Paulus menuliskan ayat 1-3. Benar, kita mempunyai pengetahuan, tapi pengetahuan mudah menimbulkan kecongkakan, karena dengan pengetahuan kita dapat memberikan jawaban-jawaban yang licik, dan umumnya untuk kepentingan sendiri, tapi yang lebih penting adalah kasih. Karena dengan kasih kita mengingat kebaikan orang lain. Dan berarti dikenal oleh Allah, artinya diakuiNya sebagai milikNya. (2 Tim 2:19)
Ayat 4 dan 5 Kebenaran tentang Allah bahwa tidak ada Allah lain daripada Allah yang Esa (Ul. 6 :4) Sekalipun banyak berhala, tidaklah seperti Allah, berhala bukanlah apa-apa. (Ul. 32 :17) Jika nenek moyang kita saja dikatakan tidak gentar kepada roh-roh jahat mengapa kita pada saat ini harus gentar akan berhala tersebut ?. Adalakah kita masih mempercayai benda-benda tertentu yang dapat kita gunakan sebagai perisai diri atau lainnya ?
Ayat 6 Dengan jelas mengajarkan kepada kita hanya ada satu Allah, yaitu Bapa dan satu Tuhan saja yaitu Yesus Kristus.
Ayat 7 Mengapa tidak semua orang mempunyai pengetahuan bahwa hanya satu Allah, yaitu Bapa dan satu Tuhan saja yaitu Yesus Kristus.?
Karena masih ada orang yang :
1. Masih terikat pada berhala-berhala, berhala-berhala bukan hanya patung-patung yang kita sembah, tetapi kita telah memberhalakan anak kita, kita bahkan sudah lupa untuk berharap kepada Tuhan teteapi kepada anak kita yang saat ini telah mampu membantu kita, atau kepada pasangan hidup kita. Padahal firman Tuhan dengan jelas mengatakan "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! (Yeremia 17:5)
2. Orang yang masih makan daging berhala persembahan berhala
3. Orang yang memiliki hati nurani yang lemah, (Rom. 14 :23)
4. Orang yang memiliki hati nurani dinodai oleh berhala.

Ayat 8 Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah, karena segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban? (Mark. 7:18-19) dan kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.(Rom 14 :17)
Apakah dengan kemerdekaan yang diberikan tersebut kita dapat memakan apa saja dan dimana saja yang kita imani ??
Inilah yang diajarkan Paulus kepada kita, sebagaimana di jemaat Korintus yang memiliki pemahaman beragam akan berbagai hal termasuk tingkat kekuatan hati nurani yang berbeda.
Saya percaya kita disini ditempat ini juga, terdapat orang-orang yang memiliki pemahaman (pengetahuan) yang lebih, maka sebagai orang yang memiliki pengetahuan dan telah mendapat pencerahan, yang dengan imannya dapat menikmati kebebasannya maka kebebasan tersebut janganlah digunakan untuk mendorong teman-temannya seiman yang lemah hati nuraninya, artinya yang belum mendapat pencerahan, untuk melakukan hal yang baginya masih salah, dan ini berarti akan menjadikan batu sandungan baginya. (9)
Di Korintus pada saat itu cukup banyak kuil, dan biasanya orang-orang yang tidak percaya kerap melakukan hidangan makan bersama didalam kuil tersebut, apabila ada seorang yang telah memiliki pengetahuan dan pencerahan, hingga baginya makan didalam kuil tidak menimbulkan keraguan, tetapi perbuatan tersebut telah mendorong orang yang lemah nuraninya, untuk melakukan hal yang sama, tetapi dia merasa bersalah melakukan hal tersebut hingga ia berdosa sebab Firman Tuhan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa. (Roma 14 :23 ) maka orang yang memiliki pengetahuan tersebut telah menjadi batu sandungan bagi saudaranya. Sekalipun dengan pengetahuannya dia dapat memberikan jawaban untuk membenarkan tindakannya tetapi dia tidak memiliki kasih yang membangun.
Dengan demikian Orang yang ”berpengetahuan” apabila dengan pengetahuannya ia mengakibatkan saudaranya ”binasa” maka ia telah melakukan kesalahan ganda yaitu kepada saudaranya yang binasa tersebut dan kepada Kristus. Perbuatan ini juga disebut dengan melukai yang lemah tanpa belas kasihan. Maka Paulus sebagai Rasul lebih memilih untuk selama-lamanya tidak makan daging apabila hal itu menjadi batu sandungan bagi saudaranya.

Penutup :
Kebebasan yang bertanggung jawab ukurannya bukanlah hanya sekedar benar atau salah, karena masalah kerajaan surga bukanlah masalah makanan dan minuman (Roma 14 :17) dan Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah (8), tetapi apakah kita sebagai orang yang ”dianggap” berpengetahuan dapat menjadikan orang yang lebih lemah nuraninya atau yang kurang berpengetahuan dapat menjadi dikuatkan, dan bukan sebaliknya mendorong orang lain memperoleh kebinasaan atau tergelincir dalam ”keraguan” yang menghasilkan Dosa, karena segala sesuatu yang tidak berdasarkan Iman adalah Dosa (Roma 14 :23)
Sekali lagi ukuran kebebasan yang bertanggung jawab adalah APAKAH AKU DENGAN PENGETAHUAN DAN IMAN YANG KUMILIKI TELAH MEMBANGUN SAUDARA KU SEIMAN UNTUK TIDAK RAGU DALAM BERTINDAK?? ATAU ADAKAH UCAPAN DAN PRILAKUKU TELAH MENJADIKAN SAUDARAKU YANG RAGU – RAGU JATUH KEDALAM DOSA ?
Marilah kita sebagai yang dikaruniakan oleh Tuhan memiliki ”pengetahuan” dan telah memperoleh ”pencerahan” menggunakan karunia Tuhan tersebut sebagai perwujudan Kasih untuk membangun Jemaat. Kiranya Tuhan Yesus. menolong kita UNTUK MENOLONG ORANG YANG RAGU MENJADI PERCAYA Amin.


*) Disampaikan dalam Kotbah Minggu di GKI Gunung Simanuk-manuk Pematang Siantar

Februari 2006.

Tidak ada komentar: