SELAMAT DATANG DI "TEOLOGI KAUMAWAM"

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih telah mampir di blog yg sederhana ini. Kami sangat berterimakasih bila saudara berkenan memberi tanggapan atas tulisan yang saudara baca di blog ini. Karena dengan tanggapan itu kami akan dapat belajar dan berbagi, sebab untuk itulah blog ini dibuat agar hidup kita tetap terpelihara dalam persekutuan. Semua tulisan dalam blog ini dapat dikutip dengan tetap mencantumkan sumbernya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Pax Vobiscum, Erianto Hasibuan

Rabu, 12 Desember 2007

NYANYIAN UMAT YANG MENANG

Oleh : P. Erianto Hasibuan *)

Bacaan : 1 Tim.1 : 12 – 17
Nats : Kel. 15 : 19 – 21

Pendahuluan :
Minggu 11 Maret 2007 di Malang ditemukan jenazah Mercy Junaina (31) bersama keempat anaknya Athena Latonia (11) Pricenssa Ladova (10), Hendrison (7) dan Gabriella Alcein (2) yang diperkirakan meninggal pada hari Sabtu 10 Maret 2007setelah sang ibu Mercy meracuni anaknya sendiri dengan Potasium yang dimasukkan dalam kapsul, dan akhirnya meracuni dirinya sendiri.
Berdasarkan berita yang ada di detik..com diuraikan bahwa penyebab tragedi ini dipicu oleh permasalahan keuangan, karena usaha bengkel suami Mercy mengalami kebangkrutan sementara salah satu anaknya mengalami gagal ginjal sehingga harus melakukan cuci darah seminggu sekali.
Kasus yang lain terjadi di Medan, yaitu Melawati br. Simanjuntak (34) warga Jl. Cinta Karya Gang Muhajirin Kel. Sari Rejo Medan Polonia seorang PNS di BAKN isteri dari seorang Bintara Polri pada Senin 16 April 2007 bunuh diri dengan cara menembakkan senjata api milik suaminya ke perutnya sendiri. Menurut Kabid Humas PoldaSU Kombes Aspan Nainggolan sebagaimana dilaporkan harian Analisa 18 April 2007, penyebabnya diduga karena ybs depresi akibat sakit yang diderita selama ini tidak kunjung sembuh. Berdasarkan informasi dari teman sekerjanya, yang kebetulan berhubungan dengan teman kantor saya, diceritakan bahwa ybs sehari-hari dalam bekerja juga sering mengalami depresi.
Dua kasus di atas sengaja saya sampaikan sebagai pembuka Kotbah pada siang ini, dengan maksud memberikan gambaran yang nyata atas situasi yang dihadapi bangsa Israel pada saat sebelum mereka menyeberangi laut Teberau (Kel 14 :9-12). Saat orang Israel berkemah di tepi laut dekat Pi-Hahirot 600 kereta kuda (+/- 1200-1800 orang) mengejar mereka, dapat dibayangkan bagaimana besarnya gemuruh yang keluar dari barisan kereta kuda tersebut dan debu yang dihasilkan tak ubahnya seperti asap yang keluar dari kebakaran besar. Dibelakang mereka pasukan Mesir yang terus bergerak, sedang didepan mereka terbentang laut yang luas, yang tak mungkin terseberangi, begitulah gentingnya situasi bangsa Israel, sehingga mereka seolah tidak punya harapan lagi, sekalipun mereka berseru kepada TUHAN (14:10) tetapi sesungguhnya mereka telah putus asa, terbukti dengan rintihan mereka kepada Musa. Situasi inilah yang dihadapi oleh Mercy dan Melawati, mereka tidak melihat lagi jalan keluar karena dibelakang ada sakit penyakit yang terus mengejar bagaikan tentara Mesir, sedangkan didepan usaha suami yang bangkrut bagaikan laut yang tak terseberangi. Inilah situasi yang kerap kita hadapi setiap hari, tetapi Puji Tuhan, diantara orang Israel tersebut masih ada seorang Musa, yang tidak hanya melihat kepada persoalan tetapi kepada JANJI TUHAN. Tuhanlah yang memerintahkan orang Israel untuk berkemah di Pi-Hahirot (14:2) dan Tuhan telah berjanji akan menyatakan kemulian Nya, agar orang Mesir mengetahui bahwa Akulah TUHAN, Firman Tuhan (14:4). Tetapi atas janji ini, orang Israel tidak mengindahkannya, bahkan mereka telah melupakan bagaimana ke 10 tulah yang dibuat Allah di Mesir. Mereka tidak lagi mengingat itu tetapi hati mereka hanya tertuju pada fakta yang mereka lihat, yaitu tentara Mesir dan Laut Teberau. Inilah gambaran hidup kita, yang sekalipun baru pulang dari Gereja dan mendengarkan Janji Allah, tetapi kita melupakannya dan hati kita terpaut hanya pada persoalan yang kita hadapi, seperti kisah kita terdahulu. Ah... bagaimana nanti kalau anak ku tidak lulus UAN, atau bagaimana nanti kalau anakku tidak masuk PTN, bagaimana nanti kalau jualanku tidak laku, atau bagaimana nanti kalau aku di PHK. dst. Saat ini kita mau belajar dari Musa, bagaimana Musa mampu memimpin bangsa Israel menyeberangilaut Taberau, Alkitab mencatat hanya karena Iman sebagaimana dituliskan dalam Ibr. 11 : 27 & 29.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus, Nats kita hari ini berbicara bagaimana Nyanyian Umat yang Menang. Andaikan tidak ada seorang Musa di kelompok bangsa Israel, dapat dipastikan bahwa tidak akan ada nyanyian kemenangan bagi orang Israel, karena tidak ada yang berpegang pada janji Allah. Musa tetap berpegang pada janji Allah, sehingga ia dengan kepercayaan yang penuh membawa bangsa itu menghadapi masalah yang tak terseberangi menurut pikiran manusia yaitu Laut Teberau. Tetapi dengan mengingat janji Tuhan ia terus berjalan dan dan mengikuti perintah Tuhan. Ketaatan Musa telah memecahkan masalah yang tak terseberangi, yaitu dengan terbelahnya laut Teberau (15:22) sehingga mereka dapat berjalan dengan tenang ditanah yang kering.
Apa yang terjadi dengan tentara Mesir?, kembali Allah menunjukkan kesetiannya pada JanjiNya bahwa Allah akan menyatakan KemuliaanNya. Tentara Mesir yang melewati jalan yang ditempuh orang Israel kemudian dilenyapkan oleh Allah, didepan mata bangsa Israel.
Perjalanan Bangsa Israel ini menunjukkan kepada kita bahwa Penyelamatan Allah adalah penyelamatan yang sempurna dan tuntas. Allah tidak hanya menjanjikan sebuah negeri yang penuh dengan susu dan madu, tetapi Allah juga memisahkan bangsa Israel dari bangsa Mesir yang Kafir dan dari Perbudakan di tanah Mesir. Allah sendiriyangmelakukannya melalui Tiang awan untuk melindungi Bangsa Israel dan Laut Teberau untuk memusnahkan orang Mesir. Bahkan Paulus menyamakan Awan dan Laut sebagai Baptisan pada Perjanjian Baru. (1 Kor 10 : 1-2) untuk melakukan pemisahan antara orang-orang beriman dan orang-orang tak beriman.
Kuasa-kuasa perbudakan dan berhala yang selalu menghantui bangsa Israel telah dihancurkan oleh Allah sehingga tidak lagi memiliki kuasa. Peristiwa ini juga mengingatkan kita akan penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus Kristus, melalui kematian dan kebangkitannya, seluruh kuasa kegelapan dan Iblis telah ditaklukkan sama seperti tentara Mesir yang ditelan gelombang laut.
Keselamatan inilah yang disukuri oleh Musa sehingga ia memuji-muji Allah, dengan nyanyiannya (15 : 1-19) lau Miryam nabiah yang juga saudara Musa tampil untuk memimpin kaummnya untuk memuju-muji Allah sebagai ucapan syukur atas kemenangan yang diberikan Allah kepada mereka. Kaum wanita yang kerap digambarkan pasif, kembali diperlihatkan Allah perannya untuk memimpin pujian bagi Allah. Mengapa Alkitab secara khusus mencatat Miryam (nabiah) sebagai pemimpin kaumnya untuk memuji Tuhan, dan bukan Harun selain Musa. Ini menunjukkan bahwa Allah tidak membedakan jenis kelamin. Dan partisipasi ini juga terlihat didalam gereja kita dengan adanya koor Ama (Kaum Bapak), Ina (Kaum Ibu). Peran serta ini sampai saat ini juga dituntut Tuhan dari kita, bahkan seluruh tradisi kita, apakah itu alat musik yang kita miliki secara tradisional ataupun kemampuan kita.
Kita yang hidup saat ini juga selayaknya bernyanyi dengan sungguh-sungguh sebagai ungkapan syukur kita sebagai umat dan juga pribadi yang telah diselamatkan. Bagaimana kita diselamatkan, persis sebagaimana orang Israel diselamatkan dari keputus asaan mereka sehingga mereka memiliki jalan keluar yang indah dibawah kuasa Allah. Keselamatan yang diberikan Allah dan yang dinyatakan juga didalam Yesus melalui kematian dan kebangkitannya adalah keselamatan yang tuntas. Sebagaimana tentara Mesir tidak lagi memiliki kuasa dan kekuatan untuk berbuat apapun bagi orang Israel. Demikian juga kita saat ini, kuasa maut tidak memiliki kuasa lagi pada kita jika kita ada didalam Yesus.
Nyanyian kemenangan tersebut tidak hanya berlaku pada era Musa, tetapi juga pada masa kita saat ini, kita yang dapat bertahan sampai pada akhirnya akan dapat bernyanyi diiringi KECAPI ALLAH dan menyanyikan nyayian Musa :
”Besar dan Ajaib Segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Maha Kuasa, Adil dan Benar segala jalan Mu, ya Raja Segala Bangsa” (Wahyu 15 : 2-3)
Nyanyian ini tentu tidak dikumandangan dibawah wajah yang sedih ataupun muram, tetapi dibawah suasana hati yang penuh syukur dan pujian, karena bagaimana selayaknya kita mati (sebagaimana rintihan orang Israel), tetapi karena janji Tuhan kita dilepaskan dan diselamatkan.
Akhirnya marilah kita senantiasa menunjukkan didalam kehidupan kita bahwa kita adalah UMAT PEMENANG yang layak menyanyikan Nyanyian KEMENANGAN. Caranya :
1. Wujudkanlah setiap hari wajah seorang pemenang, yang menunjukkan SUKA CITA.
2. Milikilah IMAN bahwa didalam TUHAN ada JALAN KELUAR untuk jadi PEMENANG.
*) Disampaikan dalam Kotbah pada Ibadah Minggu di POUK MARANATHA HELVETIA Medan 06 MEI 2007

Tidak ada komentar: