SELAMAT DATANG DI "TEOLOGI KAUMAWAM"

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih telah mampir di blog yg sederhana ini. Kami sangat berterimakasih bila saudara berkenan memberi tanggapan atas tulisan yang saudara baca di blog ini. Karena dengan tanggapan itu kami akan dapat belajar dan berbagi, sebab untuk itulah blog ini dibuat agar hidup kita tetap terpelihara dalam persekutuan. Semua tulisan dalam blog ini dapat dikutip dengan tetap mencantumkan sumbernya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Pax Vobiscum, Erianto Hasibuan

Minggu, 16 November 2008

KITAB SUCI HARTA YANG BERHARGA.

Nats : 2 Tim 3 : 15-17

Pendahuluan :
Disebuah desa di Eropa hiduplah seorang janda yang sangat miskin dan menderita. Suaminya telah meninggal beberapa tahun sebelumnya, dan anaknya laki-laki satu-satunya telah pindah ke Amerika, meninggalkan ibunya seorang diri di desa itu. Pada saat beberapa orang tetangganyamengetahui keadaannya yang sangat menyedihkan itu, mereka pun pergi untuk mengunjunginya. Ketika mereka menanyakan tentang anak laki-lakinya, dia pun menjawab, ” Oh, dia mendapatkan pekerjaan yang baik dan melakukan pekerjaannya itu dengan baik sekali.”
”Apakah dia tidak mengirimkan sesuatu apa[un untuk menolong engkau?” tanya seorang diantara mereka.
”Dia sangat sering mengirim surat untukku”, jawabnya, ”namun dia sama sekali tidak pernah mengirimkan uang padaku. Aku tahu bahwa dia mampu seandainya dia mau. Tetapi saat berkirim surat, biasanya dia menyertakan jega beberapa lembar kertas yang masih asing bagiku. Pada lembar kertas-kertas itu terdapat gambar dan angka-angka yang tidak berarti apa-apa bagiku. Hanya itulah yang dia kirimkan. Tetapi uang sama sekali tidak pernah!”.
”Bolekah aku melihat beberapa lembar dari kertas-kertas itu? Tanya salah seorang pengunjung itu. Ketika janda tersebut memperlihatkan lembar kertas itu, orang tersebut segera mengenalinya sebagai cek dalam jumlah lima puluh atau seratus dollar setiap lembarnya, yang sebenarnya cukup untuk memenuhi semua kebutuhan hidup janda itu, bahkan malah berkelebihan.
Injil memberitakan kepada kita tentang sengsara dan kematian Kristus. Bagi beberapa orang, Injil tidak berarti apa-apa sama sekali selain hanya sebagai lembaran-lembaran kertas yang dikirimkan dari tempat yang jauh. Karena mereka tidak memahaminya, akibatnya mereka hidup dalam kemiskinan rohani. Akan tetapi bagi kita yang memahami artinya, Injil memberikan kepada kita kekayaan yang tak terhitung nilainya.[1]
Peran Kitab Suci bagi Timotius
Timotius adalah seorang murid Paulus, ibunya adalah seorang Yahudi dan telah menjadi percaya, sedangkan ayahnya seorang Yunani. (Kis. 16:1). Sejak kecil ia sudah percaya kepada Tuhan Yesus, dan didik dengan baik didalam iman kepada Yesus pertama-tama oleh nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu. (2Tim.1:5).
Sebagai seorang anak yang sejak kecil telah mengenal Firman Tuhan, melalui nenek dan ibunya, yang tidak memandang Kitab Suci sebagai lembaran-lembaran tanpa arti tetapi mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat dan menuntun dia kepada keselamatan kepada Kristus Yesus (2Tim3:15) dalam Bahasa Batak dikatakan na margogo pabisukkon ho, asa taruli di haluaon marhite-hite haporseaon di Kristus Jesus, buah pengenalan tersebut adalah Timotius dikenal baik oleh saudara-saudara di Listra dan di Ikonium (Kis.16:2). Dalam bahasa Batak di Ulaon ni Apostel 16 :2 16:2 Denggan do baritana, dihatindangkon angka dongan na di Listra dohot Ikonium.
Timotius dikenal baik dalam bahasa aslinya (Yun) digunakan kata hemartureito yang berasal dari kata martureo atau yang sering kita kenal dengan marturia atau bersaksi, tetapi martureo berarti kata kerja memberi kesaksian, mengatakan baik atau membuktikan baik, artinya dalam Kis. 16:2 Timotius telah membuktikan bahwa ia baik baik dalam perbuatan maupun dalam kata-kata kepada saudara-saudar di Listra dan di Ikonium. Bahkan Paulus menyebutnya sebagai anakku yang kekasih dan yang setia dalam Tuhan. (1Kor.4:17). (anakkonku, haholongan jala haposan ni rohangku marhitehite Tuhan i)
Kalau kita melihat bagaimana Timotius dapat menjadi orang yang baik dimata banyak orang, ternyata ada 3 pihak yang berperan :
1. Neneknya Lois (ompung)
Peran ompung nya Lois, ternyata sejak kecil Ompungnya sudah memperkenalkan Firman Allah kepada Lois. Bukan hanya itu, Ompungnya pasti juga telah memberikan contoh yang baik kepadanya baik dalam tindakan dan ucapan. Bagaimana dengan kita, utamanya etnis Batak, gelar ompung adalah kebanggaan karena kelahiran cucu akan menjadi pembawa nama. Kelahiran cucu (pahoppu) akan di rayakan secara meriah utamanya bila cucu pembawa nama (pahoppu panggoaran).
Pertanyaan kepada kita sebagai Ompung, apa yang kita ajarkan kepada mereka, apakah kita menyampaikan Firman Tuhan, atau justru tarombo yang pertama kali kita ajarkan kepada nya atau masalah parjambaron. Saya tidak mengatakan bahwa adat itu tidak perlu, tetapi seharusnya Firman Tuhan mendapat prioritas utama. Kemudian prilaku apa yang kita contohkan kepada mereka, apakah ketekunan kita untuk bersaat teduh setiap hari, atau ketekunan kita ke Lapo ?.
2. Ibunya Eunike
Ibu Timotius seorang Yahudi, sedangkan ayahnya seorang Yunani. Timotius dilahirkan dari keluarga campuran, tetapi ibunya sebagai seorang Yahudi ternyata telah memberikan pengajaran yang baik kepada Timotius, dapat dipastikan sekalipun Eunike seorang Yahudi, ternyata ia masih mendahulukan mengajarkan Firman Tuhan kepada Timotius dibandingkan dengan adat istiadat Yahudi mereka. Selain itu ibunya tentu memberikan contoh yang baik dalam perkataan dan tindakan, bukankah pepatah batak mengatakan dang dao tubu sian bonana? Pertanyaan bagi para orang tua, bukan saja ibu contoh apa yang telah engkau berikan kepada anak mu ? Pertengkaran kah atau damai sejahtera didalam rumah tangga.
3. Firman Tuhan
Segala tulisan atau setiap nas Alkitab yang diilhamkan (theopneustos) Allah memang bermanfaat untuk (2Tim 3 :16) :
(1) Mengajar
Untuk dapat mengajar maka kita harus mengetahui apa yang harus kita ajarkan, Paulus telah menasehatkan Timotius akan hal ini dengan mengatakan untuk bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci (Firman Tuhan), dalam membangun dan dalam mengajar. (1Tim4:13)
(2) Untuk menyatakan kesalahan
Kita yang hidup didalam Tuhan dapat menilai apa yang dilakukan oleh sesama kita, dengan tujuan untuk mengembalikan kepada Allah, maka Tuhan menasihatkan kita untuk mengigatkan mereka, "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. (Mat.18:15)

(3) Untuk memperbaiki kelakuan
Pertobatan bukanlah sebuah ritual atau upacara semata, pertobatan adalah pengakuan akan kesalahan dan keinginan yang kuat untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan tersebut, demikianlah yang dikritisi oleh Yohanes pembapis pada saat orang Farisi dan Saduki datang untuk dibaptis di sungai Yordan ia mengatakan. Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. (Mat.3:8).
(4) Untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Kebenaran disini menggunakan kata dikaiosune yang berarti perbuatan benar atau keadilan, kata yang sama digunkan dalam Rom. 14:17 Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Kata kebenaran adalah terjemahan dari dikaiosune. Artinya orang yang menerima Firman Allah sebagai kitab suci seharusnya didalam hidupnya menunjukkan prilaku yang adil. Adil dalam arti yang luas, adil terhadap diri sendiri, adil terhadap Tuhan dan Adil terhadap sesama. Adil artinya ada keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan kepentingan orang lain, ada keseimbangan antara waktu untuk diri sendiri dan waktu untuk Tuhan. Sulit memang, bahkan seolah tidak mungkin diwujud nyatakan, tetapi untunglah Tuhan tidak membiarkan kita seorang diri, jika kita didalam Roh Kudus maka kita akan dimampukan untuk melakukannya.
Penutup :
Kita akan dapat menjadi manusia kepunyaan Allah jika Firman Allah bagi kita bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran, bukan hanya sebagai lembar kertas-kertas yang terdapat gambar dan angka-angka yang tidak berarti apa-apa, seperti wanita janda memandang cek yang dikirimkan oleh anaknya. Seandainya dia mengetahui fungsi dan kegunaan cek itu, maka ia akan hidup dengan berkecukupan bahkan berkelimpahan, tetapi ketidak tahuannya membuat ia menderita bahkan bisa saja ia menganggap anaknya anak yang tidak baik.
Apa yang kita peroleh jika kita menjadi manusia kepunyaan Allah ? kita akan diperlengkapi untuk perbuatan baik (2Tim3:17). Dengan demikian seperti halnya Timotius, maka kita akan dikenal baik oleh orang-orang disekitar kita. Amin.
[1] Hariyono (penyunting), Sketsa Kehidupa – 78 Ilustrasi Terbaru, Yayasan Andi, Yogyakarta,1993. hal 3-4.
Disampaikan dalam Ibadah Minggu di GKPI Sari Rejo Medan 28 Oktober 2007

Tidak ada komentar: