Wednesday, September 23, 2009 at 2:04am
Semasa kecil aku selalu dijanjikan oleh Mamaku bahwa hanya dengan sekolah dapat membuat hidupku lebih baik. Janji itu semula tidak kumengerti dengan baik, tapi yang bergema dibenakku hanya satu, aku ingin menjadi lebih baik. Lingkungan kecilku bukanlah lingkungan yang baik untuk menumbuhkan semangat bersekolah. Rekan seusiaku hanya menikmati sekolah hingga SLTP, sesudahnya mereka lebih menikmati bermain dan bekerja atau berdagang. Tidak ada hal yang istimewa untuk membuatku bertahan, sekalipun kerap aku ditertawakan rekan sebayaku karena masih terus bersekolah, kecuali janji Mama kepadaku. Setelah 44 tahun Sang Khalik memberiku izin untuk menikmati kehidupan, banyak pasang surut yang kualami, kekecewaan, kebahagiaan dan kegagalan dan keberhasilan silih berganti. Bahkan kerap yang paling getir sekalipun, kala orang disekitar belum dapat memahami pemikiranku atau aku yang belum dapat memahami pemikiran lingkunganku. Jika masa kecilku aku berbeda karena “janji” yang selalu didengungkan oleh Mama dan Ompungku (maaf aku tidak pernah mengenal Ayahku secara fisik) dan aku mempercayainya, saat ini aku masih dapat tersenyum juga karena JANJI, tapi bukan lagi sekedar janji sementara, tetapi pada janji yang melampaui segala abad, sebagaimana Abraham percaya kepada JANJI ALLAH dan hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. (Kej. 15:5-6). JANJI itu yang memberikan kegairahan baru bagiku, sekalipun aku mulai mendalaminya sejak Tahun 2005, ternyata semakin “jauh” bagi ku untuk memahaminya, jadi janganlah tanyakan kepadaku apa makna JANJI itu, karena kulakukan dan kulakukan adalah untuk tetap mempercayai JANJI itu, walau fakta berseberangan dengan Janji, bukankah “Orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya” (Hab.2:4b; Gal.3:11b). Jadi saudaraku, jangan pernah berhenti memberi Janji, karena dengannya banyak orang akan dapat menghadapi masa kini dengan tersenyum, melupakan masa lalu dan berharap pada masa depan. Tanpanya yang terjadi adalah hilangnya kegairahan hidup hingga keputusasaan, bahkan hilangnya kendali diri. Hari ini, kala aku menerima berkat penyertaan satu tahun lagi, yang akan ku lakukan tidak hanya berpegang terhadap Janji itu, tetapi meneruskan janji itu kepada orang sekitarku, pertama-tama adalah anak isteriku, lalu lingkungan dimana aku berada. Marilah menjadi pemegang Janji dan pemberi Janji, karena jika kita setia maka kita akan dihormati oleh PEMILIK JANJI (Yoh.12:26b). (has23092009 02.04)
Semasa kecil aku selalu dijanjikan oleh Mamaku bahwa hanya dengan sekolah dapat membuat hidupku lebih baik. Janji itu semula tidak kumengerti dengan baik, tapi yang bergema dibenakku hanya satu, aku ingin menjadi lebih baik. Lingkungan kecilku bukanlah lingkungan yang baik untuk menumbuhkan semangat bersekolah. Rekan seusiaku hanya menikmati sekolah hingga SLTP, sesudahnya mereka lebih menikmati bermain dan bekerja atau berdagang. Tidak ada hal yang istimewa untuk membuatku bertahan, sekalipun kerap aku ditertawakan rekan sebayaku karena masih terus bersekolah, kecuali janji Mama kepadaku. Setelah 44 tahun Sang Khalik memberiku izin untuk menikmati kehidupan, banyak pasang surut yang kualami, kekecewaan, kebahagiaan dan kegagalan dan keberhasilan silih berganti. Bahkan kerap yang paling getir sekalipun, kala orang disekitar belum dapat memahami pemikiranku atau aku yang belum dapat memahami pemikiran lingkunganku. Jika masa kecilku aku berbeda karena “janji” yang selalu didengungkan oleh Mama dan Ompungku (maaf aku tidak pernah mengenal Ayahku secara fisik) dan aku mempercayainya, saat ini aku masih dapat tersenyum juga karena JANJI, tapi bukan lagi sekedar janji sementara, tetapi pada janji yang melampaui segala abad, sebagaimana Abraham percaya kepada JANJI ALLAH dan hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. (Kej. 15:5-6). JANJI itu yang memberikan kegairahan baru bagiku, sekalipun aku mulai mendalaminya sejak Tahun 2005, ternyata semakin “jauh” bagi ku untuk memahaminya, jadi janganlah tanyakan kepadaku apa makna JANJI itu, karena kulakukan dan kulakukan adalah untuk tetap mempercayai JANJI itu, walau fakta berseberangan dengan Janji, bukankah “Orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya” (Hab.2:4b; Gal.3:11b). Jadi saudaraku, jangan pernah berhenti memberi Janji, karena dengannya banyak orang akan dapat menghadapi masa kini dengan tersenyum, melupakan masa lalu dan berharap pada masa depan. Tanpanya yang terjadi adalah hilangnya kegairahan hidup hingga keputusasaan, bahkan hilangnya kendali diri. Hari ini, kala aku menerima berkat penyertaan satu tahun lagi, yang akan ku lakukan tidak hanya berpegang terhadap Janji itu, tetapi meneruskan janji itu kepada orang sekitarku, pertama-tama adalah anak isteriku, lalu lingkungan dimana aku berada. Marilah menjadi pemegang Janji dan pemberi Janji, karena jika kita setia maka kita akan dihormati oleh PEMILIK JANJI (Yoh.12:26b). (has23092009 02.04)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar