SELAMAT DATANG DI "TEOLOGI KAUMAWAM"

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih telah mampir di blog yg sederhana ini. Kami sangat berterimakasih bila saudara berkenan memberi tanggapan atas tulisan yang saudara baca di blog ini. Karena dengan tanggapan itu kami akan dapat belajar dan berbagi, sebab untuk itulah blog ini dibuat agar hidup kita tetap terpelihara dalam persekutuan. Semua tulisan dalam blog ini dapat dikutip dengan tetap mencantumkan sumbernya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Pax Vobiscum, Erianto Hasibuan

Minggu, 21 Juli 2013

Masih adakah waktu buat Tuhan ?


Oleh : P. Erianto Hasibuan, M. Div

            Pagi tadi saat mengikuti kebaktian di gereja, hati ini terusik saat menyaksikan seorang bapak paruh baya yang duduk di sebelah. Entah karena sibuknya si bapak, ia ke gereja dengan bekal dua gadget dan satu tablet. Sejak awal kebaktian ia sudah disibukkan dengan kedua gadgetnya dan satu tablet saat mulai kotbah. Entah sepenting apa aktivitasnya hingga ia sibuk mengirimkan pesan secara bergantian dari gadget yang satu ke yang lain.

            Mungkin pemandangan seperti ini banyak ditemukan di tempat lain. Tetapi peristiwa itu menjadi inspirasi penulis untuk menulisan karena kebetulan kotabah di mimbar tadi berkaitan dengan peristiwa Marta dan Maria. (Luk. 10 : 38-42)
           
            Ada benarnya apa yang banyak dibicarakan orang menyangkut kehadiran smart phone akhir-akhir ini, apakah itu HP, BB, iPhone, iPad, Tablet dan apapun jenis dan namanya yaitu “menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh”.  Sudah lazim melihat sebuah keluarga duduk di rumah makan sambil menunggu pesanan, tetapi tidak satu pun dari mereka yang berkomunikasi satu sama lain, tetapi masing-masing tertunduk menatap gadgetnya dengan serius sambil tersenyum sendiri. Padahal semula tujuan mereka makan ke luar bukan semata karena tidak ada  makanan di rumah, tetapi untuk “wisata kuliner” dan menjalin keakraban, karena sepanjang hari bahkan minggu masing-masing telah disibukkan oleh urusan masing-masing.  Sayangnya, makna kebersamaannya hilang karena di renggut oleh kehadiran gadget yang lebih memesona dibandingkan dengan keakraban “live” tiap individu.

            Tak ayal lagi dengan si bapak di sebelah  penulis, dia memang ke gereja untuk memuji dan memuliakan Nama Tuhan. Secara fisik yah, tetapi apakah dia memberi waktu dan hatinya pada hadirat Tuhan yang tidak lebih dari dua jam ?  Itulah yang dilakukan Marta, saat Yesus mampir ke rumahnya, ia sibuk dgn urusan yang dia anggap penting bagi Tuhan, tanpa pernah bertanya “apakah yang Tuhan ingin aku lakukan buat Tuhan?”  

            Saat ia merasa tidak diperhatikan oleh Tuhan Yesus, sementara kelelahan melingkupi dirinya, ia mulai protes kepada Tuhan.  Protes tanda kecemburuan mulai hadir saat ia mempersalahkan saudaranya Maria yang hanya duduk manis di dekat Yesus. Mari kita lihat lebih jauh produk karakter Marta. Orang banyak akan melihat Marta adalah orang yang dekat dengan Yesus dan mengenal Yesus dengan baik, karena Tuhan kerap mampir di rumahnya. Tetapi sesungguhnya Marta tidak mengenal Yesus dengan baik, perhatikan saat saudaranya Lazarus meninggal dunia dan Yesus datang, keraguan Marta mempertegas “aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman” (Yoh. 11:24b).

            Marta ternyata tidak mengenal Yesus dengan baik, walaupun ia kerap ada di mana Yesus ada. Ia hadir tetapi tidak memberi hatinya, ia ada tetapi seolah tiada. Berapa banyak kita memberi waktu “untuk Tuhan” menurut pemikiran kita, bukan menurut Tuhan. Kita mungkin menghabiskan waktu berjam-jam untuk melayani dan bekerja untuk aktivitas gerejawi atau rohani, tetapi kita melupakan memberikan hati dan telinga kita buat mendengar apa yang Tuhan mau kita lakukan.

            Saat kita lelah dan harapan-harapan kita tidak tergapai, kita mulai memprotes Tuhan seperti Marta mempersalahkan saudaranya Maria yang duduk saja. Kita mulai memperbandingkan diri kita dengan orang lain yang “kelihatannya” tidak seaktif kita di gereja atau aktivitas lainnya. Pada hal sesungguhnya Tuhan justru menertawakan kita, sebagai mana Yesus menjawab Marta : “Marta, Marta, Engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara,  tetapi hanya satu yang perlu : Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil daripadanya.” (Luk. 10: 41b-42)
           
            Masih adakah waktu untuk Tuhan? Bukan dimaksudkan untuk menghitung kuantitas semata, tetapi kualitas. Saat kita menyatakan bahwa waktu ini untuk Tuhan di Gereja, Kebaktian Rumah Tangga, PA dan apapun itu, biarlah itu seratus persen untuk Tuhan.  Jika Gadget membuat hatimu terpaut tinggalkanlah itu, tidak sekedar silent. Jika kebaktian Rumah tangga atau PA dimulai, lupakanalah seluruh aktivitas yang lain, ikutilah dengan baik, jika memang belum siap lebih baik kita tunda. Anak kecil sekalipun harus dididik untuk memberi waktu untuk Tuhan secara utuh. Bukan hanya kehadiran semata tanpa makna dan pemahaman.

Semoga tidak perlu lagi ada tulisan di gereja sebelum ibadah untuk menonaktifkan HP atau sejenisnya, karena seluruh jemaat telah “mengharamkannya” untuk ikut ibadah bersamanya.  erh-bth, 21072013.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Terimakasih Pak EH
Ya benar sekali, melalui karakter Marta ini anak2 Tuhan ditegur setidaknya dalam dua hal:
1. Banyak anak Tuhan merasa sudah melayani dengan berbuat berbagai hal, bahkan menuduh orang lain tidak berbuat apa2 dan menganggap dialah yg paling benar. Bahkan Marta telah berani memerintah Tuhan untuk menegur Maria. Kitapun sering dalam doa kita, kita mengucapkan doa yg memerintah Tuhan berbuat sesuatu. Marta lupa yg dikerjakannya itu sanggup disediakan Tuhan jika memang perlu.
2. Hal kedua, Marta sangat khawatir akan banyak perkara duniawi ini, sehingga menyusahkannnya sendiri. Kita juga sering sangat khawatir tentang hidup ini. Apa yg harus kita buat untuk menyongsong masa depan. Khawatir dengan usaha kita, khawatir dengan persiapan anak kita, dll, dll. Percuma rasanya kita mempunyai Tuhan yg sanggup mengubah seluruh yg kelihatannya mustahil menjadi kenyataan. Oleh sebab itu, ketika kita datang kepada Tuhan percayakan saja segala sesuatu tentang hidup kita kepada Tuhan, yg perlu hanya datang mendengarkan Dia dan berbincang dari hati ke hati.
LUAR BIASA SEKALI TUHAN KITA. JBU.