SELAMAT DATANG DI "TEOLOGI KAUMAWAM"

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih telah mampir di blog yg sederhana ini. Kami sangat berterimakasih bila saudara berkenan memberi tanggapan atas tulisan yang saudara baca di blog ini. Karena dengan tanggapan itu kami akan dapat belajar dan berbagi, sebab untuk itulah blog ini dibuat agar hidup kita tetap terpelihara dalam persekutuan. Semua tulisan dalam blog ini dapat dikutip dengan tetap mencantumkan sumbernya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Pax Vobiscum, Erianto Hasibuan

Kamis, 13 Desember 2007

GAMBAR (TSELEM) DAN RUPA (DEMUT) ALLAH

P. Erianto Hasibuan *)

Bacaan : Kolose 1 : 15-20
Nats : Kej. 1 : 26 – 28

Pendahuluan :
Ungkapan Gambar, tanda (Tselem) dan Rupa (demut) merupakan ungkapan yang sering dan ramai dibicarakan orang. Ungkapan ini menjadi topik yang menarik dan ramai dibicarakan karena sesungguhnya berbicara perihal topik ini akan berbicara masalah “ Apa manusia itu?, Apa artinya menjadi manusia ?
Kita coba lihat bagaimana tselem dan demut diterjemahkan dari berbagai bahasa. King Jame Version (KJV) our image (gambar, kesan, bayang-bayang), our likeness (persamaan, kesamaan) To day English Version (TEV) like us (sama, seperti kita) and resemble (menyerupai, mirip, Rupa) us. Toba tumiru rupanta, tudos tu pangalahonta, Simalungun songon rupanta, pakon songon parlahouta; Karo sentudu (sama, mirip, serupa) ras tempasTa, si menam (hampir) seri (mirip)ras Kita.
Banyak penafsiran oleh para pakar perihal Gambar (Tselem) dan Rupa (Demut)Allah . Ada yang mengartikan “gambar” secara jasmani, yang menyatkan andaikan Allah datang ditengah-tengah kita dalam dunia materi ini, Ia akan menjadi manusia. Penafsir lain menunjuk pada sikap berdiri manusia yang tegak lurus, bertentangan dengan binatang-binatang, dan menganggap hal ini sebagai hal yang membedakan manuisa dengan makhluk yg lain. Atau penafsir lain yang mengkaji makna kualitas-kualitas moral, akali atau rohani manusia, dan mengemukakan pendapat mereka bahwa “gambar” itu adalah cara lain untuk melukiskan moralitas atau rasionalitas, atau kebolehan mengenal Allah. Penafsir lain juga menghubungkan “gambar” dengan “kekuasaan” yang didelegasikan kepada manusia. Pada kesempatan ini kita tidak akan memperdebatkan penafsiran atau pengertian mana yang paling benar. Karena hal ini dapat kita analogikan dengan seorang buta yang mencoba melukiskan rupa seekor gajah dari apa yang ia raba, lalu ia bersikeras bahwa gajah adalah sama seperti bagian tubuh gajah yang disentuhnya. Dengan cara yang sama, semua tafsiran yang disebut di atas mengenai “gambar dan rupa Allah” itu ada benarnya, tapi ada beberapa hal lain yang harus dikemukakan.

ISI
Terjemahan terbaik dari Gambar dan Rupa Allah adalah dalam TEV dan Toba serta Simalungun TEV they will be like us and resemble us (menyerupai, mirip, Rupa) Toba tumiru rupanta, tudos tu pangalahonta (simalungun) songon rupanta, pakon songon parlahouta.
Dengan demikian Gambar dan Rupa Allah disini menunjukkan bahwa Manusia diciptakan sedemikian rupa sehingga keberadaanya adalah HUBUNGANNYA DENGAN ALLAH. Dengan demikian pengertian “gambar Allah” bukan sesuatu yang dimiliki manusia, atau sesuatu kemampuan untuk menjadi atau berbuat sesuatu, melainkan SUATU HUBUNGAN.
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dimana Allah menempatkan diriNya terhadap manusia, suatu hubungan dalam mana manusia menjadi mitra kerja, wakil dan kemuliaan Allah di atas bumi.
Bagaimana “Gambar Allah” itu dinyatakan dalam Perjanjian Baru ? Hanya ada seorang manusia satu-satunya, tentang siapa secara spesifik dikatakan bahwa : “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan” (Kol 1 : 15) Dalam hal ini kita tidak dibiarkan menebak siapa yang dimaksudkan, tetapi secara tegas dinyatakan bahwa bila kita mau melihat gambar Allah yang sesungguhnya, maka itu ada didalam diri Yesus Kristus. Dalam 2 Kor 4 : 4 Paulus menyebut :” kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah. Dalam 2 Kor. 3 : 18, apabila Paulus menulis tentang ihwal kita diubah menjadi serupa dengan Kristus, ia memakai kiasan cermin : “kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan. maka kita sedang diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya.”
Mengapa kita mengatakan bahwa Yesus Kristus mencerminkan sifat Allah yang benar ? Karena Ia berada dalam hubungan yang pas cocok dan serasi dengan Allah yang dicerminkan-Nya, yaitu hubungan seorang anak dengan BapaNya. Sebagaimana dengan cermin, sebuah objek akan terlihat dalam cermin hanya jika cermin tersebut mencerminkan objek dari sudut yang cocok, atau dengan kata lain, berada dalam hubungan yang cocok dengan objek itu. Dialah gambar dan kemuliaan Bapa di bumi ini.
Diatas kita telah mengatakan bahwa Gambar dan Rupa Allah bukan sesuatu yang dimiliki manusia, atau sesuatu kemampuan untuk menjadi atau berbuat sesuatu, melainkan SUATU HUBUNGAN. Mergery Williams dalam bukunya The Velveteen Rabbit menceritakan sebuah cerita untuk anak-anak tentang binatang mainan yang berbicara tentang hidup yang nyata.
“Si Kelinci Beludru berpaling kepada si Kuda Kulit yang tua lagi bijaksana, dan bertanya, “Apakah artinya Nyata? Apakah sesuatu mainan menjadi nyata jika dijalnkan oleh mesin dan ia mempunyai gagang dan ada bunyi mendengung di dalamnya ?” Si Kuda Kulit menjawab, “Tidak. Nyata itu bukan soal cara bagaimana kita dibuat. Itu adalah sesuatu yang terjadi atasmu. Bila seorang anak menyayangimu lama sekali, bukan sekedar sebagai mainan, melainkan benar-benar menyayangimu secara nyata, maka kau akan menjadi nyata.” “Apakahmenjadi nyata itu menyakitkan? Tanya si Kelinci Beludu. Kadang-kadang,”Jawab si Kuda Kulit, sebab ia selalu menyatakan yang benar. “Apakah itu terjadi dengan seketika atau sedikit demi sedikit ?” “Itu tidak terjadi dengan seketika, “kata si Kuda Kulit. Untuk menjadi Nyata, memerlukan waktu … Biasanya menjelang kau menjadi nyata, bulumu sudah hampir habis gara-gara terlalu banyak disayang, matamu sudah hilang, dan kau kelihatan kumu sekali ….. Tapi, sekali kau sudah nyata, kau takkan bisa menjadi tidak nyata lagi. Kau akan nyata untuk selama-lamanya.

Kita menjadi nyata melalui hubungan yang penuh Kasih.
Jadi apa manusia itu ? Manusia adalah hubungan dimana Allah menempatkan diriNya terhadap manusia, suatu hubungan dalam mana manusia menjadi mitra kerja, wakil dan kemuliaan Allah di atas bumi.

Apa artinya menjadi manusia ? Menjadi manusia sama halnya seperti pada cerita si Kelinci Beludru, yaitu bahwa kemanusiaan yang sejati adalah hal “Menjadi” bukan sekedar hal berada. Terjadinya dan terjalinya suatu hubungan memang membutuhkan waktu, karena itu mempunyai hubungan dengan Allah berarti mempunyai sejarah dengan Allah.
Ayat 27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Gambar Allah yang jelas dapat kita lihat didalam Yesus Kristus. Gambar Allah yang masing-masing kita lihat dalam diri sesama kitamemang suatu gambar yang kabur, karena hubungan kita dengan Allah jauhdari sempurna. Dari pihak Allah, hubungan itu berarti Dia harus selalu mengampuni, melahirkan kembali dan membangkitkan kita. Dari pihak kita, hubungan itu berarti : Kita harus berusaha untuk mencapai Kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. (Ef. 4 :13)
Kita orang Kristen dapat dikatakan sedang ditengah jalan menuju suatu pribadi. Allah-lah Pribadi yang nyata itu, yang dengan menfasihi kita membuat kita menjadi pribadi yang nyata.
*) Disampaikan pada Kotbah di Gereja POUK MARANATHA HELVETIA 03 Juni 2007

1 komentar:

Unknown mengatakan...

thank so much