SELAMAT DATANG DI "TEOLOGI KAUMAWAM"

Salam dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih telah mampir di blog yg sederhana ini. Kami sangat berterimakasih bila saudara berkenan memberi tanggapan atas tulisan yang saudara baca di blog ini. Karena dengan tanggapan itu kami akan dapat belajar dan berbagi, sebab untuk itulah blog ini dibuat agar hidup kita tetap terpelihara dalam persekutuan. Semua tulisan dalam blog ini dapat dikutip dengan tetap mencantumkan sumbernya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Pax Vobiscum, Erianto Hasibuan

Kamis, 13 Desember 2007

MENJADI LEMAH UNTUK YANG LEMAH

Oleh : P. Erianto Hasibuan *)

Bacaan : YESAYA 53 : 1-12
Nats : YESAYA 53 : 11

Saudara-saudara yang terkasih didalam Tuhan Yesus Kristus !

Pada suatu ketika di salah satu universitas terkemuka di AS datanglah sepasang suami isteri tua, bermaksud untuk menghadap Rektor di Universitas tersebut. Karena mereka bukanlah orang terkenal dan pakaian serta penampilannya juga sederhana, maka mereka tidak terlalu diperhatikan oleh si sekretaris rektor (pimpinan universitas tersebut), tetapi dengan sabarnya kedua orang tua itu menunggu gilirannya, sekalipun ada tamu yang baru datang telah didulukan oleh si sekeretaris. Akhirnya sampailah giliran kedua orang tua ini untuk menghadap si Rektor. Sebelum memulai pembicaraan si Rektor mengatakan bahwa dia tidak mempunyai banyak waktu, jadi biar terus terang saja. Lalu si Bapak mulai menceriterakan, bahwa anak tunggal mereka tadinya adalah mahasiswa di Universitas tersebut, tapi kemudian meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas, lalu mereka bermaksud hendak menyumbang dengan mendirikan suatu bangunan di universitas tersebut sebagai kenangan bagi anak mereka. Sang Rektor karena mungkin tidak yakin akan penampilan si orang tua ini lalu menjawab, bahwa biaya yang dibuthkan untuk mendirikan bangunan di Universitas sangat mahal setidaknya diperlukan biaya 5 juta dollar. Mendengar angka itu si isteri Jane nyeletuk kepada si suami ”Cuma segitu?”, lalu kedua orang tua itu pamit kepada si Rektor, dan mengurungkan nitnya memberikan sumbangan kepada universitas tersebut. Enam tahun setelah peristiwa tersebut tepatnya pada tanggal 1 Oktober1981 diresmikanlah satu universitas yang didirikan oleh pasangan suami isteri Leland dan Jane Stanford dengan nama Leland Stanford Junior Unversity atau lebih dikenal dengan Stanford University, yang saat ini merupakan salah satu universitas terkemuka di dunia.
Secara sadar atau tidak sadar, kadang juga kita berlaku seperti kisah di atas, terhadap anak kita misalnya. Kita kerap lebih memperhatikan anak kita yang berprestasi, dan mengabaikan yang kurang berprestasi, karena menurut kita tidak ada yang dapat dibanggakan dari anak tersebut. Atau mungkin pembedaan itu juga telah masuk kedalam gereja kita ?. Itulah yang akan dibicarakan Firman Tuhan pada hari ini melalui tema ” Menjadi Lemah untuk Yang Lemah”.
Kalau kita memperhatikan Kitab Yesaya, secara keseluruhan kitab Yesaya dibedakan menjadi 3 yaitu, Nabi Yesaya (1-39); Nabi Deutero Yesaya (40-55) dan Trito Yesaya (56-66). Sedangkan Bacaan kita kali ini adalah Yes. 53 yang termasuk dalam penulisan Deutero Yesaya, yaitu masa saat Orang Israel ada di Pembuangan Babel. Didalam Deutero Yesaya terdapat empat perikop nyanyian ”Hamba Tuhan” yaitu Yes 42 : 1-9; 49:1-7; 50 :4-9 dan 52 :13-53 :12. Keempat Nyanyian Hamba Tuhan ini merupakan bagian PL yang paling banyak dibicarakan. Keempat Nyanyian Hamba Tuhan ini merupakan perwujudan dari perkembangan pengenalan orang Israel akan peran dari Hamba Tuhan, dimulai dari seorang yang dipilih dan dibentuk Tuhan untuk menyatakan berita Allah kepada umatnya (42 : 1-9), Hamba Tuhan sebagai terang ditengah-tengah segala Bangsa (49:1-7), Hamba Tuhan adalah pemberi semangat (50 : 4-9) dan Hamba Tuhan yang siap menderita bagi orang lain (52 :13-53 :12).
Sebagai umat yang ada di Pembuangan tentu Umat Israel membutuhkan penghiburan atau dukungan semangat, sebab kalau tidak demikian, maka mereka akan hidup sebagai orang-orang yang tidak memiliki semangat dan ini akan menjadi kehancuran bagi mereka. Disinilah Hamba Tuhan mengumandangkan Nyanyiannya sebagaimana yang kita baca pada Nats pembimbing (50 : 4-9). Dalam situasi tersebut mereka mencoba untuk memahami arti penderitaan yang sedang mereka hadapi. Pemahaman yang mereka yakini bahwa Penderitaan itu adalah akibat Dosa (Ayub 33 : 19; 27 : 13-23), Sehingga Seorang Hamba Tuhan sekalipun yang mengalami penderitaan tidak dapat mereka terima pemberitaannya bahkan lebih dari itu mereka menghinanya (3), dan nubuatan ini telah terjadi didalam diri Yesus sebagaimana yang dituliskan didalam Injil Yohanes (Yoh. 1 : 11)
Pemahaman tersebut oleh nabi Deutero Yesaya, kemudian diluruskan dengan menguraikan bahwa Hamba Tuhan itu menderita penyakit bukan karena tulah Tuhan tetapi karena ia menanggung penyakit dan kesalahan kita. (4), dan hal ini telah digenapi Oleh Yesus sebagaimana yang disampaikan dalam Mat. 8:17. Pemahaman yang baru ini oleh bangsa Israel akan menolong mereka untuk tidak hanya melihat pada masalah (penderitaan) yang sedang mereka hadapi pada saat itu, tetapi mereka harus melihat bahwa mereka masih memiliki harapan dibalik penderitaan itu karena dibalik penderitaan itu mereka akan melihat terang dan menjadi puas (11). Dan penderitaan tersebut ternyata membuat banyak orang dibenarkan.
Firman saat ini mengajak kita untuk melihat kembali apa yang telah dilakukan Yesus bagi kita dan bagaimana respon kita. Dalam Injim Yoh. 1 : 11
” Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.”
Mengapa bangsa Yahudi tidak menerima Yesus sebagai Mesias ?, karena Ia datang dengan kehinaan, yang tidak sesuai dengan jalan pikiran bangsa Yahudi, bahwa “Mesias” Pembebas mereka seharusnya datang dengan penuh kemuliaan dan bukannya hanya sebagai anak seorang tukang kayu yang orang tuanya mereka kenal. Pada saat Yesus hendak disalibkan, hingga disalibkan banyak pihak yang terlibat, ada Pontius Pilatus, yang mengetahui kebenaran tetapi tidak memiliki keberanian untuk menyampaikannya, ada para Imam dan ahli Taurat yang mencemooh dengan mengatakan Orang lain ia selamatkan, tetapi dirinya sendiri tidak dapat diselamatkan ! Ia Raja Israel ? (Mat 27 : 42). Atau sebagai orang yang lewat dari hadapan salib Yesus dan mencemooh dia atau para penjahat yang disalibkan bersama Dia ?. Atau seperti seorang penjahat yang lain yang mengakui ke Allahan Yesus ?
Andai kita ada disana, dimanakah kiranya posisi kita ?, apakah kita seperti Pontius Pilatus yang mencuci tangannya sebagai pertanda dia tidak terlibat ?, atau sebagai pencemooh tersebut ? ataukah kita sebagai penjahat satunya yang membesarkan hati Yesus.?
Jika di rumah tangga kita, digereja kita atau bahkan dilingkungan kita, ada mereka yang lemah karena mereka tidak sempurna seperti yang lain atau mereka lemah karena penderitaan, bagaimana kita bersikap terhadap mereka ? Apakah kita juga ikut menghakimi mereka dengan mengatakan bahwa itu adalah “tulah” dari Tuhan, atau kita diam saja bila ada orang lain yang mengatakan demikian sekalipun kita mengerti bahwa itu salah, atau justru kita ikut mencemooh, ataukah kita menguatkan dia.
Dengan eloknya Paulus menggambarkan bagaimana kita adalah satu tubuh yang sekalipun banyak anggota tetapi satu tubuh sebagaimana tubuh manusia. Justru pada anggota tubuh yang menurut pandangan mata kita tidak elok, kita memberikan perhatian khusus. Tujuannya agar supaya tidak terjadi perpecahan ( 1 Kor. 12 : 23-26).
Akhirnya, Marilah kita merubah cara pandang kita terhadap kelemahan orang lain, siapa pun itu, utamanya sesama anggota tubuh kristus. Tidak ada manusia yang sempurna. Kalau ada kelemahan mereka baiklah kita mendukungnya, dan memberikan dorangan padanya, hari ini Tuhan mengajak kita untuk dapat mewujudkan bahwa kita adalah satu tubuh yang saling menguatkan satu sama lain. Kiranya Tuhan menolong kita Amin.
*) Disampaikan pada Kotbah di GKI Sumut Tj. Rejo 22 Oktober 2006

Tidak ada komentar: