Oleh : P. Erianto Hasibuan
Bacaan : I Yohanes 5 : 1-12
Nats : I Yohanes 5 : 4-5
Saudara-saudara yang terkasih didalam Tuhan Yesus Kristus !
Beberapa waktu yang lalu kami mengalami musibah. Dimana terjadi manipulasi transaksi yang melibatkan seorang teller dan seorang pejabat bank. Manipulasi ini berlangsung cukup lama, tapi karena melibatkan pejabat bank, hingga tertutupi dalam jangka waktu yang lama. Kerugian yang diderita Bank cukup besar bahkan dapat membeli lebih dari 2 unit rumah di Bukit Hijau.
Setelah dilakukan pemeriksaan di Kepolisian, ternyata. dana tersebut digunakan pertama-tama untuk membeli HP sesuai trend, perhiasan, kemudian shoping ke Singapura, tamasya ke Bali bersama Keluarga, dan membayar cicilan kredit mobil dlsb. Teller si wanita belia yang berpenghasilan resmi sekitar Rp. 2 juta an. Ternyata tidak mampu menyesuaikan prilakunya dengan tingkat penghasilannya. Materialisme (pemujaan terhadap kepemilikan materi), Konsumtifisme (Kegilaan untuk membeli tanpa memperhatikan kebutuhan), Narsisisme (kecintaan berlebihan pada diri sendiri) dan Hedonisme (pengagungan pada kenikmatan dan kesenangan badani) Itulah yang menyebabkan si wanita belia tersebut terjerumus untuk melakukan seluruh manipulasi, yang sudah barang tentu menjauhkan darinya dari hadapan Tuhan.
Bagaimana kita dapat mengalahkan daya tarik duniawi yang menawarkan kenikmatan dan kesenangan ragawi agar kita tidak terseret kedalamnya ? Itulah yang menjadi Topik Kotbah kita kali ini yaitu IMAN MENGALAHKAN KEDUNIAWIAN.
Persoalan yang paling menonjol yang melatar belakangi penulisan surat I Yohanes ialah ajaran palsu mengenai keselamatan dalam Kristus dan cara bekerjanya di dalam diri orang percaya. Beberapa orang, yang dahulu merupakan bagian dari jemaat, kini sudah meninggalkan persekutuan jemaat (1Yoh 2:19), tetapi hasil dari ajaran palsu mereka masih memutarbalikkan Injil mengenai bagaimana mereka bisa "mengetahui" bahwa mereka mempunyai hidup kekal. Dari segi doktrin, ajaran sesat mereka menyangkal bahwa Yesus itulah Kristus (1Yoh 2:22; bd. 1Yoh 5:1) atau bahwa Kristus menjelma menjadi manusia (1Yoh 4:2-3); Ajaran sesat mereka yang banyak beredar saat itu menyatakan bahwa Yesus hanyalah seorang manusia biasa, lalu Kristus sebagai Ilahi mendiami tubuh Yesus (terjadi saat peristiwa babtisan Yesus) dan saat peristiwa penyaliban, Kristus meninggalkan Yesus sehingga yang mati dikayu salib hanyalah seorang manusia biasa saja. Pengajaran ini secara nyata bertentangan dengan Firman Tuhan yang meyakini bahwa Yesus Kristus datang dalam Daging (I Yoh 4 :2) Itu berarti Yesus orang Nazaret itu adalah Anak Allah yang sungguh-sungguh menempuh eksistensi manusiawi.
Jika penyesatan yang terjadi pada masa itu adalah penggugatan akan eksistensi Yesus sebagai manusia, maka pada saat ini secara, sadar atau tidak sadar kita harus senantiasa waspada untuk melawan para penyesat. Penyesatan yang nyata adalah keadaan dimana orang lebih suka memperhatikan hubungannya dengan Allah namun lupa mengasihi sesama. Bacaan kita Yoh 5 : 1 Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga dia yang lahir dari pada-Nya. Ayat ini menandung 2 kebenaran :
Pertama : Orang yang lahir dari Allah adalah mereka yang dengan tegas percaya bahwa Yesus adalah Kristus atau Mesias.
Kedua : Orang yang mengasihi Allah juga mengasishi ”pihak” yang lahir dari Allah.
William Barclay menuliskan bahwa dalam menuliskan ayat tersebut Yohanes dilatarbelakangi oleh pemikiran :
(1) Kasih Allah dan kasih manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Didalam menjawab pertanyaan para ahli Taurat Yesus mengatakan bahwa terdapat dua perintah besar. Yang pertama berbunyi bahwa ita harus mengasihi allah dengan segenap hati dan jiwa dan pikiran dan kekuatan; dan yang kedua berbunyi bahwa kita harus mengasihi sesama manusia sebagaimana kita mengasihi diri kita sendiri. Tidak ada yang lebih besar dari kedua hukum ini (Mark. 12 : 28-31). Yohanes mengingat akan kata Tuhannya ini pada waktu menuliskan surat ini.
(2) Ia juga ingat akan hukum alam dari kehidupan manusia. Kasih keluarga adalah bagian dari alam. Anak tentu saja mengasihi orang tuanya; demikian juga dengan sauidaranya laki-laki maupun perempuan. Bagian kedua dari ayat 1 secara harafia berbunyi ” setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga dia yang lahir dari pada-Nya ” Kalau lebih disederhanakan lagi kalimat itu berbunyi : ” Setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi pula dia yang dilahirkan olehNya. Kalau lebih disederhanakan lagi kalimat tersebut berbunyi sbb : ”Jikalau kita mengasihi seorang bapa, maka kita juga mengasihi anaknya.” Yohanes sedang berfikir disini mengenai kasih yang tentu saja mengikat seorang kepada bapa yang melahirkannya dan kepada anak-anak lain yang oleh bapa itu dilahirkan.
Yohanes memindahkan pengertian ini ke lapangan pemikiran dan pengalaman Kristen. Orang Kristen mengalami pengalaman dilahirkan kembali; Bapa dalah Allah; dan orang kristen diikat untuk mengasihi Allah bagi segala sesuatu yang telah diperbuatNya untuk jiwanya. Tetapi kelahiran senantiasa selalu berarti kelahiran kedalam keluarga, dan orang kristen dilahirkan kembali kedalam keluarga Allah. Sebagaimana hal itu berlaku bagi Yesus Kristus maka demikianlah jug ia berlaku bagi kita, yaitu apabila kita melakukan kehendak Bapa kita, seperti Ia sendiri melakukannya, menjadi ibunya, kakak perempuannya dan kakak lelakinya (Mrk 3 :35). Maka jikalau orang kristen mengasihi Allah Bapa yang memperanakkannya, maka ia juga harus mengasihi anak-anak lain yang oleh Allah telah dilahirkan. Kasihnya kepada Allah dan kasihnya kepada saudara-saudara Kristen mestilah merupakan bahagian dari kasih yang sama, begitu rapat kedua kasih itu saling jalin menjalin sehingga tidak pernah dapat dipisahkan keduanya.
Bagaimana caranya kita dapat memiliki Iman yang mengalahkan Keduniawian ?. Ada 3 Cara :
1. Lahir baru, sebagaimana yang telah diuraikan diatas, lahir baru adalah menjadi keluarga Allah. Lahir baru adalah berasal dari Allah, menjadi orang yang ada di pihak Allah. Lahir baru bukanlah masalah seremoni atau baptisan semata, tetapi masalah hati yang terpaut kepada Allah.
2. Bertumbuh dalam pengalaman iman dan tindakan sebagai orang percaya. Pengalaman Iman lah yang membuat Ayub dapat mengatakan Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. (Ayub 42.5). Sebagaimana pertanyaan yang muncul pada PA dirumah Bpk. Dr. Thomas beberapa waktu yang lalu. Bagaimana caranya seorang Raja yang berkuasa dapat memuji-muji bahwa Allah adalah Raja sebagaima ada pada Maz. 97, sementara manusia saat ini belum lagi memiliki kekuasaan seperti raja telah meninggikan dirinya. Jawabannya adalah pengalaman Iman yang membawa dia berjumpa secara pribadi dengan Allah.
3. Pengakuan percaya bahwa Yesus adalah Kristus dan Anak Allah. Pertumbuhan pengalaman Iman kita dengan Allah pada akhirnya akan membawa kita pada pengakuan tersebut dan memampukan kita mengasihiNya dan juga mengasihi sesama.
Bagaimana ciri orang yang memiliki Iman yang mengalahkan Keduniawian ?
(1) Dimampukan untuk mengasihi Allah dengan mentaati perintah-perintah Nya, dengan menaruh kehendak dan keinginan pribadi dibawah kehendak dan keinginan Allah. Kita dimampukan karena perintah-perintah Allah itu tidaklah berat dilakukan bila kita memang sungguh mengasihi Allah. Untuk menggambarkan hal ini, konon ada cerita kuno. Sekali waktu seseorang bertemu dengan seorang pemuda yang sedang pergi ke sekolah pada saat itu alat-alat transport belum tersedia. Pemuda itu memikul seorang bocah yang jelas-jelas lumpuh dan tidak sanggup berjalan. Orang asing itu berkata kepada Pemuda itu, ”Apakah anda membawa dia kesekolah setiap hari?” Ya, kata pemuda itu. ”Itulah beban berat bagi anda untuk membawanya” kata orang asing itu. ”Ia bukan beban, ” kata pemuda itu. Ia adalah saudara saya”. Kasih mengubahkan beban menjadi bukan beban sama sekali. Demikian hendaknya kita dengan Kristus. Perintah-Nya bukanlah beban, karena Kristus tidak pernah meletakkan suatu perintah ke atas kita , tetapi menyediakan kesempatan yang lain untuk memperlihatkan kasih kita.
(2) Kita dimampukan untuk mengasihi sesama anak-anak Allah dan tidak lagi hidup hanya untuk diri sendiri dan memuaskan hawa nafsu pribadi.
Kemenangan atas dunia menjamin hidup yang kekal (nanti, di sana) Orang yang lahir dari Allah, mengasihi dan tat kepada perintah-perintahNya, tidak akan menolak kesaksian Yesus Kristus, anak Allah yang turun kedunia dan mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosa dunia. Setiap orang yang menerima Yesus, sumber hidup akan menfalami hidup yang kekal.
Marilah kita mewaspadai godaan dunia yang berusaha membuat kita jauh dari Allah dan menjadi musuh Allah. Dunia memang menawarkan kenikmatan dan kesenangan duniawi, tetapi yang dikejar Anak-anak Allah adalah kemenangan surgawi yaitu hidup yang kekal. Kemenangan atas dunia tidak terjadi begitu saja atau karena kehebatan kita. Kemengan itu dimulai saat kita lahir baru, beriman kepada Allah dan percaya kepada Yesus Kristuis yang tampak lewat Kasih kepada sesama dan ketaatan melakukan perintah-perintaNya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar